Penyesalan memang selalu datang terlambat, itulah yang dialami gadis cantik bernama Clara.
Efek mabuk dan ketampanan seorang pria bernama Dean, ia sampai kehilangan kesuciannya di malam itu dan mengandung.
Ia tak punya pilihan lain selain harus menikah kontrak dengan Dean.
Saat Clara berharap akan cinta Dean, masa lalu Dean terus mengganggunya.
Apakah ia bisa menggantikan posisi wanita pengisi hati Dean pada akhirnya?
Atau semuanya akan berakhir sesuai tanggal batas akhir kontrak pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xoxo_lloovvee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Tinggal dua minggu hari pernikahan itu. Verona yang seharusnya bahagia akan hari istimewanya, mengunci dirinya di dalam kamar. Ia kehilangan selera makan dan keinginan untuk hidup.
Pikirannya kalut seperti benang kusut. Ibunya tak memedulikannya. Hanya sibuk menyebar undangan pada kenalannya.
Gilang adalah menantu idaman ibunya. Usianya enam tahun di atas Verona. Lulusan magister Harvard dan mengelola bisnis properti ayahnya. Seorang anak tunggal dari pengusaha kaya raya yang pastinya akan mewarisi semua kekayaan itu.
Siapa pun akan merasa iri padanya karena berhasil menikahi Gilang. Untuk ulang tahunnya tahun ini saja ia diberikan sebuah kalung berlian dari brand asal Kanada. Belum lagi hadiah tas desainer di hari valentine. Tapi Verona tak merasa bahagia sedikit pun.
Ia melirik jam di tangannya. Sudah pukul sebelas malam. Entah godaan jin yang mana, Verona meraih kunci mobilnya. Ia tak perlu berhati-hati agar tak ketahuan, meskipun ibunya tahu ia keluar malam, ia tak akan peduli.
Mobil Verona melaju dalam gelapnya malam. Jalanan lengang hanya beberapa mobil yang ia temui. Ia terus menyetir mobilnya hingga sampai di suatu tempat.
Itu adalah sebuah kos-kosan pria yang agak di pinggiran kota. Dulu, ia hampir setiap hari berada di sini untuk menemui kekasih hatinya.
Cukup lama Verona berdiam di dalam mobil. Jika menuruti hatinya, maka dari tadi ia sudah berada dalam salah satu kamar. Tapi ia mengurungkan niatnya. Hanya akan mengorek luka lama jika ia melakukannya. Terlebih lagi, ia mungkin akan membatalkan pernikahannya.
Hampir setengah jam Verona duduk diam di dalam mobilnya sampai waktu hampir menyentuh jam tengah malam.
"Aku akan menyesali ini."
Meski tahu itu, Verona melangkahkan kakinya keluar mobil. Ia masuk melalui gerbang yang tak terkunci. Para penghuni kos tidak pernah menguncinya. Motor dimasukkan ke dalam garasi yang terkunci.
Tok. Tok.
Verona mengetuk pintu bernomor 24.
Tok. Tok.
Verona mengetuk lagi saat tak ada jawaban dari dalam.
Tok. Tok.
Suara langkah kaki terdengar. Engsel pintu yang berkarat berderit saat terbuka.
Pria yang membuka pintu bertampang berantakan. Ia sudah tertidur pulas saat Verona mengetuk pintu.
"Abad..."
"Ngapain kamu di sini?"
"Aku..." Verona tergagap.
"Ini sudah malam Verona."
"Izinkan aku masuk," pinta Verona.
Abad menatap lekat Verona, geleng-geleng dengan kelakuannya.
"Masuk." Perintah Abad.
Verona tanpa ragu melangkah masuk. Matanya hanya tertuju pada satu orang yang tertidur di atas kasur. Ia tampak kelelahan karena seharian bekerja.
"Kau mau membangunkannya?" tanya Abad.
"Tidak usah..." Verona menitikkan air mata. Ia mau membangunkan Felix tapi tak ingin mengganggunya. Jika Felix bangun apa yang harus ia katakan? Ia bahkan mengutuki kakinya yang membawanya ke kamar ini.
"Huh." Abad mendengus kesal. Ia melempar bantalnya ke wajah Felix yang tertidur pulas.
"Hei apa..." Verona terdiam saat Felix mulai bergerak.
"Si*lan, kenapa lagi kau?" Felix membalas perbuatan Abad dengan melempar kembali bantal tadi.
"Kau ada tamu."
Bertepatan dengan kalimat itu, mata Felix terarah pada Verona yang mematung memandang ke arahnya.
"Kamu ngapain ke sini?" tanya Felix, duduk di atas kasurnya.
"Tidak kenapa-napa." Verona menahan hasrat dirinya untuk memeluk Felix. Ia tak boleh melakukannya.
"Sebaiknya kau pulang. Sekarang tengah malam."
Abad yang terganggu dengan percakapan keduanya menutup telinganya dengan bantal.
"Aku..." Merindukanmu.
Kata itu tertahan di tenggorokannya. Ia menatap Felix dengan perasaan hancur lebur. Ia masih mencintai pria itu meski sudah berpisah setahun lebih.
"Verona. Ayo pulang," ucap Felix, bangkit menarik Verona keluar kamar.
Ia bahkan membukakan pintu mobil untuk Verona. Sebenarnya ia tak tega menyuruhnya pulang sendiri malam-malam seperti ini, tapi ia tak ingin sesuatu terjadi jika berduaan dengan Verona.
Verona sudah tak kuat. Ia tak mampu lagi membendung perasaan rindunya pada Felix. Ia memeluk pria itu dengan erat.
"Aku mencintaimu Felix," ucapnya disela tangisan.
Felix membatalkan keinginannya untuk membelai gadis dalam pelukannya itu. Tapi juga tak tega mendorongnya apalagi Verona menangis tersedu-sedu.
"Kau harus pulang Ver, ini sudah sangat malam."
"Aku hanya ingin bersamamu."
"Ayo masuk mobil, aku antar kamu pulang."
Felix mendorong tubuh Verona dengan lembut ke dalam mobil. Ia mengambil alih mobil Verona dan mengantarnya pulang.
"Aku akan menikah sebentar lagi," ucap Verona setelah tangisannya mereda.
Felix tak langsung menjawab. "Kau mengundangku?"
Verona terdiam. Mana mungkin ia mengundang Felix ke acara pernikahannya.
"Verona," Felix berucap.
Verona sedari tadi menatapnya.
"Kau harus melupakan aku. Hargai Gilang yang sebentar lagi akan jadi suamimu." Felix berkata dengan suara lembut. "Anggap saja aku tak pernah ada dalam hidupmu."
"Aku tak akan bisa melakukan itu. Aku hanya mencintaimu Felix dalam hidupku."
"Pernikahan itu hal yang sakral. Kau tak boleh menodainya dengan perasaan egoismu."
Verona terdiam. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi mobil. "Perasaan egois ya?"
"Aku akan melupakanmu. Jadi kau harus melakukannya juga. Kisah kita... sudah benar-benar berakhir."
Air mata Verona kembali berjatuhan di pipinya. Ia tak kuasa membendung kesedihan itu. Felix melupakannya? Ia tak bisa membayangkan itu.
"Tapi kita bisa diam-diam kan?" Verona menunggu jawaban tak sabar. Felix selalu menolak saat Verona mengajaknya berhubungan di belakang Gilang.
Felix tak menjawab hingga mereka tiba di depan rumah Verona. Felix menghentikan mobilnya.
"Kau benar-benar egois. Kau bukan hanya mempermainkan aku tapi Gilang juga. Ini adalah keputusanmu dari awal jadi mengapa kau seolah menyesalinya?"
"Kau tahu aku hanya ingin dirimu. Pernikahan ini..."
"Verona! Berhentilah mencari-cari alasan. Kita sudah putus dan akan tetap seperti itu!" Felix membentak Verona.
"Oh, jangan-jangan kau sudah punya penggantiku ya?" tuduh Verona menahan amarah.
"Kenapa? Apa hanya kau yang boleh berhubungan dengan orang lain dan aku tak boleh?" Dean tak merendahkan suaranya. Ia terpaksa membentak mantan kekasihnya itu. Jika tidak, seperti yang Dean katakan, Verona mungkin akan membatalkan pernikahannya yang tinggal menghitung hari.
"Jadi benar? Ada orang lain. Pantas saja kau melepasku dengan mudahnya."
Felix menatap Verona. "Kau yang melepasku."
Verona terdiam. Bukan dirinya yang meminta perpisahan. Saat kabar pertunangannya diumumkan di media, Felix langsung meminta putus.
Verona menolak pertunangannya dengan Gilang namun ibunya mengancam akan menyakiti Felix jika ia tak menerima Gilang. Ia masuk ke dalam jebakan pernikahan ini semata untuk melindungi Felix yang malah mengira dirinya memilih kekayaan dibanding dirinya.
asekkk
yang tegas kau dengan Verona agar dia tidak semena mena terhadapmu