Kekasih Ku, Suami Adikku

Sementara itu, malam ini Alena terlihat tengah berdiri di balkon kamar hotel miliknya. Dia tengah memegang ponsel di tangannya. Hanya saja, dia sama sekali tidak berniat mengaktifkan ponsel tersebut.

Akan tetapi, Alena tengah merasa gelisah bukan main malam ini. Entah apa yang terjadi, tapi dia selalu teringat pada Raffa.

"Raff, kau baik-baik saja bukan? kenapa aku terus mengingat mu?" batin Alena.

dia kembali menatap layar ponselnya, dan mencoba menimbang apakah dia harus menghidupkan ponselnya.

Dan setelah beberapa saat bertarung dengan pikirannya sendiri, akhirnya Alena mengaktifkan benda pipih tersebut.

"aku yakin jika aku akan menerima banyak pesan dari Raffa." gumam Alena.

dan sepertinya, apa yang dia pikirkan memang benar. Ada ratusan pesan bahkan puluhan panggilan tidak terjawab dari Raffa.

dan entah kenapa, ada rasa bersalah yang saat ini bersarang di hatinya. Namun, saat dirinya tengah melamun, tiba-tiba saja ponsel miliknya berdering. Dan Alena bisa lihat jika nama Anne lah yang terpampang di layar ponselnya saat ini.

"mama? Apa sesuatu terjadi pada Raffa? Sejauh ini, Raffa bahkan tidak pernah mengadu pada mama untuk urusan hubungan kami. Apa kali ini Raffa cerita? Atau, mama ingin menyampaikan sesuatu yang lain?"

Alena menggeleng, dia menekan tombol hijau dan mengangkat panggilan dari ibu Raffa tersebut.

"Hallo, mama?"

"astaga Alena, akhirnya nomor mu aktif."

"ada apa ma? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Len, mama tahu apa yang terjadi pada hubungan mu dengan Raffa. Hanya saja, bisakah selesaikan masalah kalian baik-baik? Raffa mencari mu seharian ini hingga dia demam."

"apa? Raffa demam ma?"

"iya sayang, bisakah kau datang kemari dan temui Raffa? Kalian sudah dewasa dan bisa membicarakan masalah kalian baik-baik."

"sekarang sudah malam ma, apa tidak bisa Alena datang besok pagi saja?"

"len, mama mohon. Datanglah kemari sekarang, Raffa bahkan tidak ingin makan apapun jika belum bertemu dengan mu."

"baiklah ma, Lena akan kesana sekarang."

"iya sayang, mama tunggu."

Alena hanya mengangguk, dia bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya. Alena hanya membawa tas kecil miliknya sebelum pergi dari hotel tersebut.

Alena berjalan tergesa keluar dari hotel. Dia benar-benar khawatir jika terjadi sesuatu pada Raffa. Karena jika seperti ini, dirinya lah yang patut di salahkan untuk apa yang terjadi pada Raffa saat ini.

"Alena?"

Saat Alena tengah berjalan tergesa, seorang pria tiba-tiba saja memanggilnya. Dan Alena menoleh, dia bisa melihat Jordan yang saat ini tengah berjalan ke arahnya.

"Jordy?"

"Len, kau mau kemana tengah malam seperti ini?"

"kekasih ku sakit Jordy, aku harus menemui dia sekarang."

"astaga, apa kediaman kekasih mu cukup jauh? Kau tidak akan berjalan kaki kan?"

"lumayan jauh. Aku akan mencari taksi untuk mengantarku."

keadaan hening sejenak. Dan Jordy tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah kunci dari dalam sakunya.

"ayo aku antar, aku memiliki motor dan akan lebih cepat jika kau menaiki motor bersama ku."

"tapi Jordy, kediaman kekasih ku lumayan jauh. Aku tidak bisa merepotkan seperti ini."

"ayo ikut aku. Jika kau tidak ingin merepotkan ku, anggap saja jika aku sedang mengutangkan sesuatu pada mu. Dan jika ada kesempatan, kau bisa membalasnya nanti."

Alena akhirnya mengangguk, dia tidak mungkin menolak tawaran Jordy untuk saat ini. Karena demi apapun, Alena ingin segera sampai di kediaman Raffa.

Alena bisa melihat sebuah motor sport yang terparkir tidak jauh darinya. Jordy menaiki motor tersebut dan memberikan sebuah helm pada Alena. Sebelum kemudian, Alena mendudukkan dirinya di jok belakang, sebelum Jordy menarik pedal gas nya.

***

sementara itu, saat ini Anne masih berada di kamar Raffa bersama suaminya. Mereka tengah membujuk Raffa untuk memakan sesuatu. Karena Raffa benar-benar tidak makan apapun sejak pulang tadi.

"ma, apa Alena sudah mengangkat panggilan mu?"

"sudah pa, dan Alena akan datang sebentar lagi."

Bram mengangguk, dia cukup iba melihat putranya. Dan dia tahu jika Raffa begitu mencintai Alena.

"Raffa, sebaiknya kau makan Nak. Mama sudah menghubungi Alena, dan dia akan kemari nanti."

Raffa menggeleng. matanya tertutup, hanya saja dia masih mendengar jelas apa yang di katakan oleh kedua orang tuanya.

"aku akan makan jika Alena sudah di sini ma. Aku rindu Alena, dan aku akan minta maaf padanya."

"kami tahu Raffa. Hanya saja, Alena tidak akan senang jika melihatmu yang sakit seperti ini." ucap Bram.

"biarkan saja pa, mungkin ini hukuman untuk Raffa karena Raffa sudah menyakiti hati Alena. Sungguh pa, jika bisa, aku ingin sekali menceraikan Liana. Dia ular yang akan menghancurkan hubungan ku dengan Alena."

"kuta akan membahas hal itu nanti. Dan sebaiknya, kau istirahat sampai Alena datang nanti."

Raffa mengangguk, dia terdiam dan berharap jika Alena segera datang. dan beberapa saat kemudian, mereka bisa mendengar suara mesin motor yang berhenti di depan rumah mereka.

Raffa membuka matanya, dan segera bangkit dari duduknya. Dia melihat dari jendela siapa yang baru saja berhenti di depan rumahnya.

Sedangkan kedua orang tua Raffa, mereka hanya bisa menggeleng melihat tingkah Raffa Yang seperti anak kecil.

Raffa bisa melihat jika motor yang berhenti di depan rumahnya itu di tumpangi Alena. Hanya saja, siapa pria yang mengemudikan motor tersebut? Kenapa Raffa tidak kenal?

"raff, kenapa?" tanya Anne.

Anne melihat raut wajah putranya yang tiba-tiba saja merengut setelah melihat ke arah jendela.

"Alena ma. tapi, dia datang dengan siapa?"

Dan tidak lama setelah Raffa mengatakan hal tersebut, terdengar suara ketukan pintu dari pintu depan. Anne bergegas membuka pintu tersebut, karena dia sudah tahu jika itu Alena.

Ceklek ..

Anne membuka pintu, dia melihat jika Alena tengah menatapnya saat ini, Anne segera menubruk tubuh Alena dan memeluk gadis tersebut.

"kau kemana saja? kenapa tidak menghubungi kami? jika kau sedang ada masalah dengan Raffa, mama mohon bicarakan semuanya baik-baik sayang."

"maaf ma, maafkan Alena. Alena tahu jika Alena kekanakan ma."

Anne menggeleng, tangannya mengusap lembut punggung Alena.

"jangan bicara seperti itu. sebaiknya, ayo kita naik ke atas dan temui Raffa."

Alena mengangguk, dia mengurai pelukan Anne, sebelum keduanya berjalan menaiki tangga menuju kamar Raffa.