Setelah kecelakaan yang hampir mengakibatkan Ashana keguguran, suaminya malah ingin meninggalkan nya. Bagai sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah keadaan miris yang harus dihadapi wanita muda yang baru berusia 21 tahun itu.
"Mas Nathan! Apa yang kamu katakan, Mas!" teriak Asha yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
"Aku menceraikan mu, Ashana! Mulai detik ini kau bukan lagi istriku!"
Setelah mengatakannya, laki-laki yang sudah membersamai hidup Ashana selama satu tahun sebagai suami itu pergi tanpa berbalik lagi.
Bahkan musibah tidak sampai disana, setelah pulang dari rumah sakit ada yang membakar rumah yang dimana Asha berada di dalam rumah itu. Meskipun nyawa Asha tertolong namun wajah dan tubuh Asha rusak terbakar.
Lima tahun kemudian, Asha dengan sosok baru telah kembali dengan nama Belvina Gania untuk membalas dendam dan merenggut kembali apa yang seharunya menjadi miliknya.
Cekidot...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Tidak Sia-Sia Menghasut Putrinya.
Di Perusahan asisten pribadi Arkan merinding melihat tatapan sang Bos yang nampak murka.
"Schedule ulang pertemuan dengan Mr.Tom!" titah Arkan.
"Baik, Pak."
Arkan gegas menelepon nomer istrinya, di dering ke tiga panggilannya akhirnya diangkat.
"Ya, sayang?" suara Selvina terdengar lembut.
"Apa kamu membawa Vana dari rumah Asha?"
"Iya, Vana bersamaku sekarang. Kami akan pergi mencari mainan, Vana ingin berenang juga. Gapapa, kan?"
"Harusnya kamu bicara padaku jika ingin membawa Vana, apalagi Vano juga ikut dengan mu! Semua orang khawatir!" bentak Arkan tak bisa menahan emosinya. "Jangan membawa mereka berenang, kondisi Vano nggak memungkinkan! Kembalikan Vano pada Ibunya, Bel!"
"Aku hanya ingin bertemu putriku dan menghabiskan waktu dengannya, jika karena itu kamu marah padaku... maafkan aku. Aku akan mengembalikan Vano pada Asha..."
Arkan mendengar suara istrinya yang bergetar terdengar menahan tangis, lelaki itu merasa bersalah karena membentak istrinya.
"Maaf, Bel. Bukan maksudku membentak mu, aku hanya khawatir dengan Vano karena putraku punya penyakit khusus dan Vano akan dalam bahaya jika terjadi sesuatu padanya. Dimana kamu? Aku yang akan menjemput Vano dan mengembalikan pada Asha..."
" Aku di Mall city X, kami sedang makan di gerai Japanese food."
"Jangan kemana-mana lagi, aku datang sekarang!"
Tuttt....
Arkan menghela nafas lalu mengetik pesan pada Asha memberitahukan posisi istri dan kedua anaknya. Lalu setelahnya dia pergi dari perusahan menuju tempat itu.
*
Di dalam mobil, Asha menerima kabar dari Arkan dan meminta Nathan menuju Mall yang disebutkan.
Sekitar 15 menit keduanya sampai di Mall tersebut, bertepatan dengan mobil Arkan yang juga baru datang.
Arkan keluar dari mobilnya lalu mendekati Asha yang baru saja turun dari mobil yang dikendarai Nathan, mobil Asha ditinggalkan di parkiran restoran.
"Sha... Maafkan aku karena Belvina tidak izin dulu padamu membawa Vana dan Vano."
"Aku nggak masalah jika istrimu membawa Vana karena dia ibunya, tapi dia juga membawa Vano tanpa Sus Mela. Kamu tau kan Sus Mela selalu siap dengan pengobatan darurat jika terjadi sesuatu pada Vano. Dia babysitter sekaligus perawat Vano, harusnya istrimu membawa serta Sus Mela!"
"Iya, maaf ya. Aku udah tegur Belvina tadi, tenanglah putra kita baik-baik saja kok."
Nathan yang melihat interaksi keduanya yang seperti sepasang orang tua yang mencemaskan anak mereka sedikit merasa nyeri di hatinya, lelaki itu segara menenangkan perasaan karena situasi sekarang tidak pantas untuk dirinya cemburu.
"Sha, ayok. Anak kita di dalam mungkin sedang menunggu," ajak Nathan akhirnya dan menekankan kata 'anak kita'.
Asha tidak menjawab, wanita itu mulai melangkahkan kaki ke arah dalam Mall. Tak lama ketiganya sampai di gerai tempat anak-anak sedang makan.
"Daddy!" kedua anak itu menghambur ke arah Arkan, rebutan ingin digendong Arkan.
Hati Nathan mencelos, putranya sendiri lebih memilih lelaki lain daripada dirinya. Namun dia tidak ingin berkecil hati, segera mendekat ke arah putranya.
"Vano, gendong sama Paman aja ya." Pinta Nathan.
"Enggak mau! Vano kangen Daddy!"
"Vana uga angen Daddy, jadi Vano ngalah aja!" Devana mendorong tubuh Vano yang mendekap tubuh Arkan sampai tubuh Devano akan terjatuh ke lantai namun Nathan tepat waktu menangkap tubuh Vano.
"Vana! Jangan kasar sama Vano! Jangan dorong-dorong!" tegur Arkan tanpa sengaja.
Raut wajah mungil Devana sontak berubah menjadi wajah sedih, tiba-tiba anak kecil itu menangis. "Huwaaaa... Daddy cuma cayang Vano... Daddy mayahin Vana..."
Keempat orang dewasa disana terkejut dengan teriakan Devana, Selvina gegas mendekati putrinya lalu menggendong tubuh kecil itu.
Selvina berwajah kecewa, menatap Arkan dengan kesal. "Kamu tega ya... Bang. Putrimu sendiri kamu bentak hanya demi anak orang lain! Aku kecewa padamu! Ayok sayang kita pergi!" dengan wajah marah Selvina membawa Devana keluar dari gerai menuju parkiran.
Arkan masih mematung, dia sendiri masih terkejut dengan tangisan sang putri, kini sebelum dia menjawab perkataan istrinya wanita itu malah sudah pergi membawa putri mereka.
Sedangkan Nathan langsung mengendong Devano, untung saja anak itu tidak menolak mungkin Vano juga terkejut dengan sikap kasar dari Devana yang tiba-tiba. Sejak kecil keduanya selalu akur, meskipun terkadang memperebutkan mainan namun mereka tidak pernah berebut kasih sayang Arkan dan Asha seperti yang baru saja terjadi. Tiba-tiba Devana bersikap kasar pada Devano hanya karena berebut digendong Arkan.
Asha juga masih syok sama seperti Arkan, baru saja Devana dibawa sebentar oleh Ibu kandungnya sendiri tetapi kelakuan Vana sedikit berubah. Apa yang terjadi pada Vana?
Di dalam mobil, bibir Selvina penuh dengan seringai licik. Tidak sia-sia terus menghasut putri kecilnya jika putrinya itu akan kehilangan kasih sayang dari sang Daddy jika terus mengalah pada Devano, bahkan Selvina mengatakan jika Devano bukanlah anak dari Arkan dan hanya Devana lah anak kandung Ayahnya itu.
Devana sudah berhenti menangis namun masih berwajah sedih.
"Benar 'kan apa kata Bibi, Daddy mu hanya menyayangi Vano. Daddy-mu tega membentak mu demi Vano, yang bukan anaknya..."
"Bibik, Vana cedih... kenapa Daddy mayah cama Vana demi Vano..." polos anak kecil itu bertanya, masih belum mengerti kenapa sang Ayah membentaknya.
"Vana sudah lihatkan, sayang... kalau cuma Bibi yang sayang sama Vana. Daddy-mu saja hanya diam saat kamu nangis, begitu pun Mommy-mu. Mereka berdua nggak perduli sama kamu..."
Devana semakin sedih mendengar ucapan Selvina, anak kecil itu tidak tahu menahu persoalan orang dewasa yang emang sengaja diatur sedemikian rupa oleh otak licik Selvina.
Sepertinya aku berhasil, mulai sekarang putriku hanya akan menjadi bonekaku! Hahaha!
Mobil yang dikendarai oleh supir pun melaju menuju Mansion.
___
Maaf ya up nya lama 🙈🙏🫶
suwun u/ upnya