NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:13.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cari Kesempatan

Rangga yang sedang mengemudi sesekali melirik ke arah Mutia, tampak sekali, Mutia itu memang cantik.

"Kenapa diam saja", ucap Rangga.

"Apa Kakak tidak salah, langsung memutuskan menikah", ucap Mutia tanpa melirik ke arah Rangga.

"Memangnya kenapa?", Rangga balik bertanya.

"Aku hanya merasa kalau Kakak itu kaya terpaksa, itu tidak baik buat kita kedepannya",

"Bukannya sama, kamu juga terpaksa kan menerima aku, mungkin kamu juga belum bisa move on dari pacar kamu",

"Kamu salah, aku tidak punya pacar, tepatnya, aku tidak pernah pacaran", tegas Mutia.

"Apa?, kamu belum pernah pacaran..., kamu mau bilang kalau aku ini laki-laki pertama yang kamu kenal, begitu?, lucu sekali ha...ha...ha..., aku saja lulus SMA itu mantanku sudah banyak, masa ini sudah Sarjana, sudah bekerja pula, ngaku belum pernah pacaran", kekeh Rangga.

"Terserah..., mau percaya mau tidak",

'Hhmm..., belum pernah pacaran, berarti dia itu masih asli, belum tersentuh sama sekali, boleh juga tuh...', pikir Rangga, ia melirik dengan pandangan evilnya kepada Mutia.

"Sudah terlalu malam untuk pulang ke rumah kamu, malam ini kamu menginap saja di rumahku, lagi pula aku cape nih, badan pegal-pegal ", alasan Rangga.

"Menginap ?, tapi aku belum ijin Bapak, nanti ...",

"Sudah, aku ini kan calon suami kamu, mereka tidak akan marah, lagi pula di rumah ada Bibi, ada Papi juga, mungkin Mami dan adik aku juga pulang malam ini", yakinkan Rangga.

"Eemmhh..., boleh juga, aku tidak berani kalau harus pulang sendiri", ucap Mutia datar.

"Yeesss....", gumam Rangga, terlihat senang. Ia melajukan mobilnya lebih cepat, sepertinya ia ingin segera sampai.

"Akhirnya kalian pulang juga, bagaimana sudah dapat?", Pak Dwi langsung menyambut kedatangan Mutia dan Rangga.

"Sudah dong Pi, semua aman, pokoknya acara minggu besok akan berjalan lancar", senyum Rangga.

"Pi..., malam ini Mutia harus nginep di sini, soalnya aku cape kalau harus nganter ke rumahnya",

"Ya..., tidak apa-apa, Mutia menginap saja di sini, ini akan menjadi rumahnya juga kan, lagi pula Papi juga khawatir kalau malam-malam begini, kalian ke sana",

"Ada kamar tamu, Mutia bisa pakai itu", imbuh Pak Dwi.

"Sana, antar Mutia istirahat , kalian pasti cape, calon pengantin harus banyak istirahat, biar tetap sehat sampai hari H", senyum Pak Dwi.

"Oke Pi...", Rangga kembali meraih lengan Mutia, dan segera membawanya menuju kamar tamu.

"Ini kamarnya", Rangga membuka kamar tamu dan langsung masuk ke dalam sambil tetap memegang lengan Mutia. Tidak lupa Rangga pun langsung menutup pintunya kembali.

Hal itu jelas membuat Mutia kaget, ia kini berada dalam satu ruangan dengan Rangga, walau sebentar lagi Rangga akan menjadi suaminya .

Tanpa di duga, Rangga langsung memeluk tubuh Mutia dan mendaratkan ciumannya di bibir Mutia. Sontak hal itu membuat Mutia kaget dan marah, ia sekuat tenaga mendorong tubuh Rangga, hingga terjatuh . Untung saja ia terjatuh ke atas tempat tidur.

"Kak?, apa-apaan sih, kamu kurang ajar sekali", ucap Mutia.

"Alaaah...., jangan jaim kamu, katanya kamu belum pernah pacaran kan?, jadi aku ajari dulu, biar besok kamu sudah pintar ", ucap Rangga sambil tersenyum, ia merasa tidak bersalah sama sekali.

"Ayolah Mutia, aku ini akan menjadi suamimu besok minggu, cicip sekarang juga boleh kali", imbuh Rangga, ia kembali mendekati Mutia.

"Stop..., stop Kak, aku teriak kalau berani mendekat!",

"Papi akan tahu kalau anaknya kurang ajar sama aku", ucap Mutia setengah berteriak.

"Aduh..., kamu ini kaya anak kecil saja, semua pacar -pacar aku tidak pernah menolak , kamu ini udik", ucap Rangga sambil meninggalkan Mutia .

Rangga keluar sambil membanting pintu, hal itu membuat Mutia terperanjat. "Ya Allah, perlahan Engkau tunjukkan siapa dia, mampukan aku untuk bisa membuatnya lebih baik", ucap Mutia lirih.

Lagi-lagi Mutia terduduk di pinggir tempat tidur, ia usap kasar bibirnya yang sempat diraup paksa oleh Rangga, ini adalah sentuhan pertamanya dengan laki-laki, walau tidak lama lagi akan menjadi suaminya, tapi tetap saja Mutia merasa tidak rela.

"Dia bilang semua pacarnya tidak pernah menolak, berarti kamu sudah melakukannya sejak lama bersama pacar-pacarmu Kak", gumam Mutia lagi.

Kini matanya benar-benar basah, Mutia menangis, namun kini ia sudah bisa mundur, cincin, baju pengantin, bahkan orang tuanya pun sudah menerima sejumlah uang dari Pak Dwi, kalau sampai pernikahannya batal, bisa kacau, ia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengganti semua uang Pak Dwi.

Mutia akhirnya mengunci pintu, ia takut Rangga kembali menghampirinya saat ia tertidur. Namun baru saja ia hendak memejamkan mata, keributan kembali pecah dari arah depan.

Mutia hanya diam, dia masih bisa mendengarnya.

Ternyata Mami dan adiknya Rangga baru pulang .

Bu Anggi dan Rani ternyata baru saja pulang dari perjalanan berliburnya. Mereka tampak membawa banyak sekali barang.

"Wah...wah..., banyak sekali oleh-olehnya", sambut Pak Dwi .

"Iya dong Pi, sekalian belanjanya, mumpung lagi sale juga", senyum Bu Anggi, ia menggelayuti mesra lengan suaminya.

"Ya..., tapi tidak sebanyak ini juga kan",

"Tenang saja Pi, ini ada barang buat mantu kita juga, aku pikir karena waktunya mepet, jadi tidak ada salahnya kalau Mami belikan juga keperluan buat mantu kita",

"Ah...ini baru Mami, selalu cepat tanggap, tapi apa muat buat Mutia?",

"Tenang Pi, Mami sudah punya CV mantu kita, nih...", Bu Anggi memperlihatkan layar ponselnya kepada Pak Dwi, di sana jelas terlihat foto Mutia beserta data dirinya, termasuk berat badan, dan tinggi badannya.

"Hebat lah Mami, memang tidak ada duanya", Pak Dwi merangkul tubuh istrinya itu.

"Eit...eit..., tunggu, itu semua karena aku juga Pi..., aku yang mencari tahu CV nya Kak Mutia, jadi aku juga hebat kan", senyum Rani tidak mau kalah.

"Iya...iya..., kalian berdua memang hebat", kini Pak Dwi memeluk anak dan istrinya itu.

"Oh iya..., Mutia sekarang menginap di sini, tadi habis diajak belanja mahar dan pitting baju pengantin, pulangnya terlalu malam, Rangga kecapean kalau harus mengantarnya pulang", beritahu Pak Dwi.

"Wah..., kebetulan , Rani sudah tidak sabar ingin bertemu Kak Mutia, Rani kan jadi ada teman di rumah", Rani sumringah .

"Eit...Rani..., besok pagi saja, kasihan Mutia, pasti sudah tidur sekarang", cegah Pak Dwi.

Rani yang sudah hampir berlari ke arah kamar tamu, menghentikan langkahnya, ia cemberut menghampiri Papi dan Maminya.

"Iya sayang, besok saja, lagian kamu juga sama kan cape", senyum Bu Anggi.

"Ya sudah..., Rani ke kamar dulu", ucap Rani.

"Iya, selamat istirahat sayang", Bu Anggi mengelus lembut rambut Rani.

Padahal Mutia masih terjaga, ia pun bisa mendengar semua obrolan calon mertuanya itu.

"Mereka ternyata baik, semoga Rangga pun akan sebaik mereka nantinya", harap Mutia.

1
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!