NovelToon NovelToon
Perfect Marriage

Perfect Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / dosen / nikahmuda / cintamanis / Pernikahan Kilat
Popularitas:20.8k
Nilai: 5
Nama Author: Vmina_

revisi dari my beloved lecture yaa

Syafa, sejak bayi, hidup dan dibesarkan oleh Ayahnya yang bernama Arya. Meskipun tanpa adanya kehadiran seorang Ibu, Syafa bisa tumbuh sehat dan penuh cinta seperti gadis pada umumnya.

Sampai suatu ketika, Arya risau anak semata wayangnya akan kesepian, mengingat usianya yang semakin tua. Dengan yakin ia menjodohkan putrinya dengan seorang lelaki mapan. Syafa yang saat itu diberitahu akan perjodohannya, ia menerima, tanpa ada drama.

Ia justru sangat senang saat mengetahui dengan siapa ia akan menikah.

Bagaimana kisah asmara Syafa dan suaminya nanti?

salam dari author amatir 🤍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vmina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sebelas

Syafa duduk bersandar dipunggung ranjang, matanya menatap ke depan. Tak terasa hari cepat berlalu, akhir dari bulan februari ini telah jatuh pada hari ini. Pertemuan dengan keluarga Hasby akan di laksanakan malam ini, Syafa tampak gusar.

Ia khawatir akan mengecewakan keluarga Hasby, takut ia bisa memenuhi kriteria keluarga mereka yang sangat kental dengan agama.

Tarikan nafas dalam lalu dihembuskan perlahan, Syafa mencoba menyakinkan dirinya. 

"Huft ... kamu pantes kok, kamu pasti bisa Syafa! hari ini cuma melewati pertemuan untuk saling mengenal aja."

"Jangan insecure, kamu cantik! "

Ia merebahkan tubuhnya, ia menoleh pada nakas yang diatasnya terletak jam weker dan bingkai foto pernikahan kedua orangtuanya. Perlahan ia meraih bingkai tersebut, diusapnya wajah sang ibu yang tampak teduh dengan senyum bahagianya.

"Syafa udah besar sekarang Bu, ibu liat Syafa, kan?"

"Ibu ... Syafa kalo sendiri gini suka kangen sama ibu ... Syafa pengen tau rasanya di peluk ibu, eh— bukan berarti Syafa nggak suka di peluk Ayah. Syafa cuma pengen tau sehangat apa pelukan ibu ... Kadang iri liat Ayah yang udah pernah pelukin ibu."

"Besok Syafa ke makam ibu ya, Syafa mau cerita banyak."

Matanya sembab saat menyalurkan rasa rindunya pada sang ibu. Ia berbicara dengan penuh keyakinan bahwa ibunya itu bisa mendengarkannya.

Jam menunjukkan pukul delapan malam, dan sholat isya telah selesai di laksanakan. Syafa berdiri didepan cermin, melihat pantulan dirinya yang tampak cantik dengan balutan abaya kaftan berwarna baby blue. Kulitnya tampak putih dan bersih di padu padan kan dengan pashmina yang berwarna senada dengan kaftan nya.

Pakaian ini, dipilihkan langsung oleh keluarga Hasby. Syafa benar-benar terima beres saja, semua sudah mereka siapkan.

Suara pintu terbuka, mengalihkan perhatian Syafa yang tengah mengagumi kecantikan pakaiannya.

"Masha Allah, cantiknya," pujian Arya lontarkan begitu melihat putri semata wayangnya yang tampak bersinar malam ini.

Syafa menunduk malu.

"Pangling Ayah, nak. cocok banget sama kamu. begitu buka pintu, ayah sempat mikir, bidadari dari surga mana ini," ucapnya dengan wajah senang.

"Bidadari Ayah," balas Syafa.

Tawa Arya pecah, ia meraih kedua tangan Syafa, lalu dikecupnya secara bergantian. "Kamu itu anugerah terindah yang Allah kasih buat Ayah."

Syafa tersenyum haru, ia memeluk tubuh Arya.

"Ayah, makasih ya ...."

Arya mengangguk, "Iya sayang."

"Yasudah kita harus berangkat sekarang, mereka udah nggak sabar. Mereka harus tau, putri ayah ini bidadari."

"Uhm."

Arya ini paling pandai membuatnya merasa lebih tenang, dan percaya diri. Cintanya begitu luar biasa, membuat Syafa menjadi gadis yang sempurna dan indah.

Didalam perjalanan, Syafa menoleh pada sang ayah lalu membuang muka lagi ke arah lain.

"Kenapa, sayang?" tanya Arya.

"Ayah, keluarga mereka itu mukanya pasti arab semua ya," ucap Syafa tiba-tiba.

"Terus?"

"Tapi kalo Syafa, arab maklum, hehe"

Tawanya diakhir membuat Arya menggelengkan kepala. "Putri ayah cantik kok, gapapa nggak arab, nak. Asalkan suamimu cinta," godanya.

Syafa tertawa geli, "Nanti Syafa pelet, ah. biar makin cinta sama Syafa," candanya.

"Hei, musyrik itu."

"Bleee ...." Syafa menjulurkan lidahnya.

Tak terasa keduanya telah tiba disebuah resto yang tampak tradisional dengan joglo-joglo yang sederhana namun enak dipandang dan nyaman. Begitu melangkah masuk, pengunjung disambut air mancur yang tak terlalu tinggi, bagian bawahnya diberi hiasan ukiran-ukiran yang indah.

Jantung Syafa berdegup kencang, ia merangkul lengan Arya.

"Syafa nervous," bisiknya.

Arya menepuk-nepuk pelan tangan Syafa, "Bismilah, terus baca sholawat nabi."

Sesuai arahan Arya, Syafa membaca sholawat atas nabi untuk menenangkan diri. Mereka berdua diarahkan oleh seorang pelayan, sampailah mereka pada sebuah joglo yang tampak luas dan lebih terkesan elegan dari pada yang ia lihat di awal tadi. Mungkin ini khusus VVIP, pikirnya.

Disana sudah ada keluarga Hasby, Syafa berusaha tenang tapi kakinya semakin gemetar.

"Syafa ..." Panggil Arya pelan.

"Ada ayah, jangan ragu," lanjutnya.

Syafa menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan, kemudian menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia sudah yakin.

Begitu melihat Syafa, keluarga Hasby mulai berbicara satu sama lain, dan melempar senyuman kearahnya, ia kini menjadi pusat perhatian.

Sejujurnya, melihat hidung mereka saja Syafa sudah minder, apalagi bentuk mata mereka yang cantik dan khas.

Tapi ... Hasby? Dimana pria itu? Semua keluarga ada disini, kenapa pemeran utamanya malah tidak terlihat.

"Assalamu'alaikum," ucap Syafa dan Arya bersamaan.

"Wa'alaikumsalam, Masha Allah, cantiknya," pujian itu yang pertama kali keluar dari mulut seorang wanita yang mengenakan Khimar berwarna pink pastel. Wanita itu adalah Bibah, ummi dari Hasby.

Syafa terkagum melihat wanita itu, ia tak tampak seperti orang pribumi. Wajahnya juga seperti orang arab, dan cantik sekali.

Dengan perlahan Syafa menciumi punggung tangan calon mertuanya.

"Cantik sekali, ya. Dari ujung sana, sudah di perhatikan. memang nggak salah pilih, ummi." kali ini pria yang gagah dan hidung mancungnya itu tersenyum pada Syafa, beliau adalah Rashaad, Abi dari hasby.

Bibah mengangguk, keduanya tampak tersenyum puas melihat calon anaknya yang tak mengecewakan.

Syafa tersenyum dengan canggung, "Terimakasih Om, Tante—"

"Hus! panggil saja Abi, sama ummi. Toh, kita Sebentar lagi jadi keluarga," ucap Bibah.

Syafa mengangguk, hatinya lega melihat orangtua Hasby menyambutnya dengan baik.

"Iya Abi, ummi."

"Oh, iya. Abi pengen tau nama panjang kamu, boleh, nak?" tanya Rashad.

"Syafa norah, Abi."

Rashad tampak senang, " Masha Allah, norah seperti nur yang artinya cahaya. Pantas saja kamu itu bercahaya," pujinya.

Setelah banyak berbincang dan mengenalkan dirinya, Syafa sebenarnya ingin melihat Hasby, bahkan rasanya sangat ingin.

"Oh, kamu pasti cari Hasby, ya?"

Syafa tersentak mendengar ucapan calon mertuanya.

'Ketebak banget ya muka aku nyariin pak Hasby?'

"Hasby nggak ikut, ummi sudah paksa, tapi nggak mau. Dia takut khilaf ... Zina mata dan hati katanya, padahal biar saling mengenal, tapi Hasby tetap nggak mau, sudah kenal katanya," ucap Bibah.

Masha Allah, kata itulah yang keluar dari mulut Syafa. Hasby benar-benar menghormatinya, dan menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa saja membuatnya terjerumus pada hal yang buruk.

Ia tertegun melihat hasby yang jauh lebih baik darinya, padahal ia seorang perempuan.

Apakah ini memang sudah jodoh yang tepat untuk Syafa? Benarkah jalan yang ia ambil ini, untuk melangkah lebih dekat dengan jenjang yang lebih serius.

"Syafa ... Kamu harus jadi menantu ummi, ya?"

Syafa melirik pada sang ayah, pria itu mengangguk, barulah Syafa meng-iyakan permintaan Bibah.

Perbincangan pun semakin serius. Sudah diputuskan bahwa mereka akan mengadakan acara khitbah satu Minggu lagi dikediaman Syafa.

Syafa terpana mendengar orangtua Hasby yang dengan mudah menyebut semua persiapan tanpa keraguan. Abi dan ummi Hasby, menurutnya serba dadakan.

Namun mereka meyakinkan Syafa, bahwa mereka sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari dan semua sudah menjadi tanggungjawab mereka. Syafa hanya menunggu dan merawat diri.

Arya pun sama, ia terlihat sangat senang dan bahagia.

"Ummi nggak sabar menyambut kamu ke keluarga ummi," ucap Bibah memeluk erat Syafa.

"Jaga kesehatan ya, nak ... " Sambung Rashad.

"Abi dan ummi juga, insyaallah kita berjodoh."

Bibah terus merangkulnya hingga mengantarnya sampai didepan mobil, Syafa bahagia bukan main, bibirnya terus mengulas senyuman.

'Seperti ini ternyata rasanya pelukan seorang ibu,' ucapnya dalam hati.

"Ummi, baru pertama ini kita ketemu, tapi Syafa langsung jatuh hati sama ummi,"

Ucapannya itu mendapat tanggapan berupa cubitan di kedua pipinya. "Ummi juga jatuh hati sama menantu ummi ini, nanti kita shopping bareng, ya?"

Syafa dengan semangat mengangguk, ia memeluk kembali tubuh Bibah, Syafa benar-benar mendapat kenyamanan disana.

Rasanya enggan untuk pulang ke rumah.

1
LISA
Amin..bahagia selalu y Hasby & Syafa
LISA
Wah slmt ultah Syafa..selamat utk rmh barunya jg y 😊 langgeng selalu y utk Hasby & Syafa
LISA
Wah ada kejutan apa nih utk Syafa 😊
LISA
Syafa ultah y
LISA
Suasana keluarganya Hasby harmonis bgt..rukun selalu y Syafa & Hasby
LISA
Berdoa utk operasi Ayah Arya..lancar dan Ayah Arya bahagia bersama anak dan menantu..
LISA
Bahagia terus y buat Hasbi & Syafa..utk Pak Arya jg..segera pulih..
poetri @poetrysekarr
maaf baru up karena semalam mati lampu 😣
LISA
Aq mauu Kak double up nya 😊
LISA
Bener Kak..Hasby ini bener² calon suami yg di idamkan semua wanita 😊🤭
LISA
Mohon maaf lahir & batin y Kak author
LISA
Luar biasa
LISA
Bik Arsih udh spt ibu utk Syafa..bener Syafa kmu mesti pulg utk membantu suamimu..
LISA
sedih bgt..Syafa yg kuat yaa .
LISA
Moga aj Pak Arya stabil kembali kesehatannya..kuatkan Syafa..
LISA
🤭🤭 harga kasur aj sampe puluhan juta..
LISA
Wah koq udh mulai bertengkar y
LISA
Ortu Hasbi sangat menyayangi Syafa..syukurlah Syafa punya ibu mertua yg baik bgt
LISA
moga Syafa ga kenapa²
LISA
Bagus nih kisahnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!