Air Mata Istri

"Pertemuan antara aku dan kamu. Itulah takdir Allah yang tersembunyi.

Karena aku yakin, doaku mengubah takdir aku dan kamu."

💕💕💕

Rumah besar kediaman keluarga Yusuf. Pukul 05.00 sore. Di kamar, terlihat Desi dan Alicia. Mereka sedang menunggu Yusuf.

*

Kamar Desi tampak mewah, gaya ala eropa. Bahkan dengan dekor yang cukup klasik dan elegan.

"Tan, kayaknya mas Yusuf nggak mungkin datang," Alicia menatap Desi.

"Emang anak itu keterlaluan! Sejak bersama wanita itu, dia jadi durhaka!"

"Padahal dulu mas Yusuf paling nurut banget sama tante, kok bisa ya?"

"Ya, bisalah. Namanya aja pengaruh negatif kayak gitu. Wanita yang bibit, bobot dan bebet nggak jelas ya gitu! Eh malah mas kamu pilih dia," kesal Desi. "Tante itu nggak setuju dari awal, eh malah mas kamu itu nekat banget, nikahin tuh wanita!"

"Terus rencana tante selanjutnya gimana?"

"Tante akan ke dukun, soalnya tante curiga mas kamu itu kena pelet wanita itu!"

"Hmmm... Al, setuju sih. Soalnya mas jadi nggak wajar banget, emang bener-bener mbak Fatimah kelewatan!" Kesal Alicia. "Padahal mbak Fatimah itu nggak cantik, dia cuman wanita udik dan nggak up to date."

"Iya, mas kamu emang telah dibutakan cinta sama wanita itu! Tante udah ngasih tahu sama mas kamu itu, kalau wanita itu nggak setara dengan keluarga ini."

"Ya, namanya aja cinta. Bisa membutakan hati juga, Tan. Walaupun kita ngomong sampai berbusa, kalau kena virus cinta, nggak bakalan mempan, Tan," helaan napas berat Alicia.

"Tante sampai cape sama mas kamu itu, apa sih yang dilihat dari wanita itu!" Kesal Desi. "Pendidikan cuman tamatan SMA!"

"Ya, karena pelet cinta, Tan. Jadi apapun yang kita katakan sama mas Yusuf. Nggak bakalan didengar. Dia cuman nurut sama istrinya," ucap Alicia.

"Ya, jelaslah. Mas Yusuf nurut sama istrinya. Mbak Fatimah adalah wanita baik dan sholeha. Jadi mas Yusuf itu tepat memilih mbak Fatimah. Daripada memilih wanita calon ahli neraka itu," timpa Zakaria menghampiri Alicia dan Desi.

"Mas Zak, malah belain mbak Fatimah. Lagian mbak Fatimah itu nggak tulus mencintai mas Yusuf," ucap Alicia. "Al yakin kalau mbak Fatimah pakai pelet!"

"Ngaco kamu, Al!" Zakaria menatap Alicia. "Kamu kalau asal ceplos, itu sama aja kamu fitnah. Apalagi kamu nggak ada bukti. Bisa- bisa mulut kamu kena adzab!"

"Ih, mas Zak. Malah belain mbak Fatimah. Tapi firasat Al itu mengatakan, bahwa mbak Fatimah main dukun!" Ucap Alicia.

"Apa yang dikatakan Alicia nggak menuntut kemungkinan salah, Zak. Lagian mas kamu itu nurut banget sama Fatimah!" Tambah Desi.

"Ma, itu cuman asumsi mama. Cinta itu bisa hadir karena takdir Allah. Bahkan Allah mencintai umatnya nggak melihat bibit, bobot dan bebetnya. Allah hanya melihat amalan baik dan buruk seseorang. Ingat, Ma. Apa yang terlihat buruk di mata kita, belum tentu terlihat buruk di mata Allah. Begitu sebaliknya," tutur Zakaria.

"Ih mas Zak. Al yakin banget mbak Fatimah pakai cara perdukunan. Secara mas Yusuf itu pria yang memiliki nilai plus plus. Jadi bisa aja, mbak Fatimah ngincer harta mas Yusuf aja," kata Alicia.

"Prasangka burukmu itu tanpa bukti, sama aja fitnah, Al. Janganlah kamu menuduh, atau beramsumsi negatif ke mbak Fatimah. Lagian kamu sendiri aja belum tentu bener, Al. Kamu kebanyakan gaul sama Gea. Jadi kamu ketularan sifat iblisnya," ujar Zakaria.

"Mas, mbak Gea itu lebih baik dari mbak Fatimah. Bahkan keluarganya setara dengan keluarga kita," ujar Alicia.

"Apa yang dikatakan Alicia benar, Zak."

"Setara menurut pandangan kamu, tapi tidak menurut pandangan Allah," ujar Zakaria. "Kamu harusnya harus pinter-pinter milih teman satu circle, jangan sampai kamu salah pilih, karena kalau kamu salah pilih temen, sama aja kamu bunuh diri dalam lubang nerakamu sendiri!"

"Ih, cape ngomong sama mas Zak. Telinga Al jadi panas berasa dirukiyah sama ustad!" Celetuk Alicia.

"Udahlah, percuma kalian misahkan mas Yusuf sama mbak Fatimah. Mereka itu dilindungin cintanya Allah. Kenapa kalian itu nggak lakuin hal-hal yang lebih berfaedah?" Ujar Zakaria.

"Lebih baik mas Zak itu keluar deh dari kamar ini. Percuma, kita nggak butuh nasehat nggak penting dari mas Zak," kata Alicia kesal.

"Zak ke sini cuman ajak kalian buat ikutan tausiyah, biar otak kalian dapat pencerahan," ucap Zakaria.

"Aduh, mas. Alicia dan tante Desi itu nggak biasa ikutan gitu, lagian acara kayak gitu ngebosenin, Mas," Alicia membolakan kedua bola matanya malas.

"Hmmm.... lebih baik mas berangkat sendiri," ujar Alicia.

"Betul kata Alicia. Mama itu nggak suka acara yang kebanyakan ceramah. Bikin pusing hidup!" Timpa Desi.

"Serius kamu nggak mau ikut mas, Al?" Tanya Zakaria.

"Serius, mas. Lagian Alicia itu paling anti acara berbau sok nasehatin orang!" Tolak Alicia.

"Tapi ada Argantara. Kamu serius nggak mau ikutan?" Tanya Zakaria kembali.

"Hah? Mas Argantara?" Celetuk Alicia.

"Iya, Al. Kamu ikut nggak?" Tanya Zakaria menatap Alicia.

"Ikutlah, Mas. Pasti kalau ada mas Argantara semuanya terasa indah," jawab Alicia.

"Yaudah, siap-siap jam setengah tujuh nanti. Nanti Argantara juga mau ke sini bareng sama kita," ujar Zakaria.

"Hmm. Kalau itu Alicia nggak bakalan nolak. Demi mas Argantara," pipi Alicia merah merona. Dia merasa dunianya seperti di atas awan.

"Yaudah, mas akan tunggu kamu ntar," ujar Zakaria pergi meninggalkan kamar ibunya.

"Aduh, udah nggak sabar ketemu mas Argantara," pikir Alicia, hatinya berbunga-bunga. Dia mulai dimabuk asmara oleh pesona Argantara. "Pokoknya, aku harus kelihatan cantik di depan mas Argantara," batinnya.

*

Pukul 18.15 malam, di rumah sakit, ruang rawat inap. Terlihat Yusuf dengan Fatimah sholat berjamaah bersama. Mereka melaksanakan sholat magrib tiga rakaat. Mereka tampak tenang dan khusyuk.

"Assalamualaikum warrahmatullah," ucap Yusuf salam duduk diantara dua sujud di rakaat terakhir. Dia menoleh ke kanan dan kiri secara bergantian.

Kemudian Fatimah mengikutinya.

Setelah itu, Yusuf membaca surah Ar-Rahman di samping ranjang tempat tidur Fatimah. Hingga membuat hati Fatimah tenang.

"Ya Allah, aku bersyukur memiliki suamiable seperti mas Yusuf. Bahkan cintanya kepadaku dan kepada-Mu, begitu besar ya Allah," ucap Fatimah dalam hati.

Suara merdu Yusuf menguncang seisi ruangan tempat Fatimah dirawat. Dia bahkan membaca secara pelan-pelan dan lembut.

*

Rumah kediaman keluarga besar Yusuf, pukul 18.30.

[CKLEK!]

Detak jantung Alicia terasa terhenti, kedua sorot matanya tak terlepas dari seseorang yang berdiri di hadapannya saat ini.

"AL, Siapa yang datang?!" Teriakkan suara Desi dari jauh.

Alicia hanya diam mematung, dia merasa jantungnya berdegup semakin kencang. Kedua matanya tak terlepas dari sosok di hadapannya sama sekali.

*