SPIN OF OM LEON MARRY ME ...!
Gadis dari masa lalu berhasil ia temukan dan ia jadikan ratu di istananya, hanya saja ada yang hilang menurutnya walaupun ia tidak tahu entah apa.
Lantas, seorang pegawai hotel malam itu tak sengaja ia lecehkan. Ia tidak mengenalinya tetapi ada desiran aneh saat mereka saling bertatapan.
Siapa dia?
Bagaimana cara Mahen mengendalikan dan mengenali perasaan hatinya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan Baru
Zoya berkacak pinggang, ia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Laura. Ia sendiri bingung, oh andai yang disukai Kenzo itu adalah dirinya sudah pasti ia tidak akan menolak lagi. Masa bodoh dengan ketidaksetaraan.
"Masa iya harus resign juga, Ra. Aku baru saja bekerja di sini, masa kamu meninggalkanku. Ini tidak adil dan kamu juga seharusnya tidak menghindari Kenzo seperti itu. Apa coba kurangnya dia, Ra? Kamu sangat beruntung lho," ucap Zoya menasihati sahabatnya ini.
Laura menggeleng. Ia enggan berbicara tetapi tekadnya untuk resign hari ini sudah bulat. Ia masih menyimpan sedikit uang pemberian Mahen saat itu yang bisa menopang kehidupan ia dan keluarganya hingga dua bulan kedepan.
Melihat Laura diam tak menanggapi sudah jelas Zoya tahu jika keputusan sahabatnya itu tidak bisa diganggu gugat lagi. Ia sangat menyayangkan tetapi ia tahu apapun yang diputuskan Laura adalah hal yang sudah ia pikirkan masak-masak.
"Jika kamu berhenti maka aku juga," ucap Zoya.
Lekas Laura mengibaskan tangannya. "Jangan seperti itu. Jangan membuat hidupmu susah bersamaku."
Zoya tersenyum kecut tetapi ia teringat akan berita yang ia baca tadi pagi. "Aku membaca lowongan pekerjaan pagi tadi. Gajinya lebih besar dari gaji di tempat ini. Aku sebenarnya ingin membahasnya denganmu tetapi aku lupa. kebetulan sedang mencari karyawan lima orang, kita bisa mendaftar bersama," ucap Zoya, ia menjentikkan jarinya.
Mata Laura berbinar, ia merasa jalannya untuk mundur dari pekerjaannya agar bisa menghindari Mahen dan Kenzo sudah direstui oleh Tuhan. Ia menggenggam tangan Zoya dengan tatapan penuh harap.
"Di mana?" tanya Laura.
"Di club malam milik keluarga Abraham yang akan dibuka minggu depan," jawab Zoya kemudian ia menggigit bibirnya.
What the ...
Hampir saja Laura mengumpati sahabatnya ini. Kesal sudah pasti tetapi ia tidak mungkin memarahi Zoya karena ia pun hanya menceritakan tentang lowongan pekerjaan yang menggiurkan.
Dua wanita cantik itu terdiam. Sore nanti harusnya mereka berangkat kerja tetapi Laura yang sudah menyiapkan surat pengunduran dirinya hanya akan pergi untuk mengantar saja. Pertemuannya dengan Kenzo kemarin membuatnya harus nekat mengambil keputusan ini karena Kenzo pasti akan datang menemuinya lagi dan lagi.
"Apa aku keluar kota saja untuk memulai kehidupan baru. Aku sebenarnya ingin keluar negeri tetapi aku belum memiliki cukup modal," cetus Laura.
Zoya tampak berpikir. Sebenarnya masih ada satu pekerjaan yang ia pertimbangkan. Sepupunya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan gaji yang begitu besar, berkali-kali lipat dari gaji di hotel ini mengajaknya untuk ikut bekerja.
"Laura, beberapa waktu yang lalu Shereena menghubungiku dan mengatakan jika di tempatnya bekerja sedang kekurangan tenaga kerja. Dia bekerja sebagai asisten rumah tangga, gajinya sangat besar dengan pekerjaan yang sangat ringan. Aku sebenarnya tertarik, kalau kamu mau aku bisa menghubungi Shereena sekarang," ucap Zoya, kali ini ia bersungguh-sungguh.
Laura tidak langsung menjawab, ia menatap lekat wajah Zoya hingga sahabatnya itu mengerucutkan bibirnya. "Aku tidak menghubungkan ini dengan keluarga Kenzo lagi," ucap Zoya seakan mengerti arti tatapan Laura.
Senyum Laura langsung mengembang. "Kalau begitu hubungi Shereena sekarang juga," ucap Laura.
Zoya langsung menghubungi sepupunya itu, mereka berbincang banyak hal hingga akhirnya memperoleh kesepakatan. Laura jelas mendengarkan apa saja yang diperbincangkan mereka, ia tersenyum senang karena Shereena langsung mengatakan jika mereka diterima.
Laura bergegas pulang, ia harus membicarakan ini dengan orang tuanya dan juga Aurora sebab malam nanti mereka akan langsung dijemput oleh utusan dari tempat Shereena bekerja.
Aurora memeluk erat tubuh Laura, adiknya itu tidak rela berpisah walaupun tempat Laura bekerja nanti hanya membutuhkan waktu dua jam untuk sampai jika menempuh dengan mobil.
Kedua orang tuanya hanya bisa mendoakan keselamatan Laura di mana pun putri mereka itu bekerja. Laura sudah banyak berkorban dan ia mengatakan mengambil pekerjaan ini karena harus membayar uang pinjaman itu. Laura tidak mengatakan sama sekali jika uang itu adalah hasil kerja kerasnya bertransaksi kelenjar di tempat tidur.
"Aku akan ke hotel dulu, Ma. Aku harus menyampaikan pengunduran diri pada Nyonya Dom, dia sangat baik padaku selama ini," ucap Laura.
"Pergilah, Mama yang akan mengurus pakaian dan perlengkapanmu," ucap Ameena.
Laura mengangguk. Ia pergi ke rumah Zoya yang rupanya Zoya pun sudah siap dengan surat pengunduran dirinya. Sesampainya di hotel, nyonya Dom yang menerima dua surat pengunduran diri itu merasa kecewa tetapi ia tidak bisa menahan mereka terutama Laura. Ia tahu tentang kisah Laura dan Kenzo, ia bukan mendukung Laura tidak bersama Kenzo tetapi ia lebih mendukung Laura pergi karena memang kenyataan akan sangat pahit jika suatu saat Laura akan mendapat banyak hinaan karena ia dan Kenzo sangat tidak seimbang.
****
Seperti yang sudah disepakati, tepat pukul tujuh malam Laura dan Zoya di jemput di rumah Laura. Mereka baru saja makan malam dan langsung berpamitan. Aurora memeluk erat tubuh Laura, ia tidak mengizinkan kakaknya pergi tetapi ia juga tidak punya kuasa untuk menahannya.
Perpisahan itu menyisakan tangis dan kesedihan. Laura mengakhiri kebersamaan mereka dengan senyuman getir.
"Jika nanti aku telah bekerja maka aku bisa mengambil cuti saat hari raya. Kita juga bisa saling berkomunikasi lewat telepon. Jangan bersedih," ucap Laura saat ia menatap Aurora yang sedang berada dalam pelukan ibunya.
Laura dan Zoya sudah berada di dalam mobil, ia melambaikan tangan sebelum akhirnya menutup kaca jendela mobil.
'Aku pergi tidak begitu jauh tetapi aku berharap kita tidak akan bertemu lagi,' gumam Laura dalam hati entah ia tujukan pada siapa.
Sepanjang perjalanan Laura dan Zoya hanya diam saja, mereka merasa canggung jika hendak bicara berdua sedangkan mereka bersama orang asing saat ini.
"Namaku Damian," ucap lelaki yang menjadi sopir mereka. "Aku sudah mengetahui nama kalian dan jangan terlalu sungkan," ucap Damian yang mengerti kecanggungan keduanya.
Zoya yang memang tipe ekstrovert langsung memulai perbincangan bahkan ia terlihat seolah sudah mengenal Damian cukup lama. Laura sendiri hanya sesekali menimpali, ia yang tidak pandai bergaul hanya berbicara dan menjawab seadanya saja.
"Ngomong-ngomong Damian, bocorkan sedikit pada kami tentang majikanmu," ucap Zoya yang sebenarnya sudah sejak tadi ingin menanyakan hal ini, hanya saja ia perlu intermezzo.
Damian tertawa, ia tahu pasti Zoya akan bertanya ke arah sana. "Sebenarnya pemilik rumah jarang menempatinya. Di sana hanya sebagai tempat persinggahan saja, tetapi karena beliau memiliki calon istri, jadi calon istrinya yang menempati rumah itu dan dia meminta agar ada banyak asisten yang bisa membantu kebutuhannya. Padahal tenaga tidak begitu dibutuhkan," papar Damian.
"Sama saja seperti memakan gaji buta," sambar Laura.
Damian mengangguk samar. "Tuan sangat menyayangi kekasihnya, dia tidak ingin wanita itu kesepian dan beliau ingin yang terbaik saja untuk wanitanya," timpal Damian.
"Beruntung sekali," ujar Zoya sambil membayangkan menjadi wanita itu.
semangat