Who Is?
"Aku harus ke mana lagi?"
Langkah kaki Laura Halcyon kini tak tentu arah, baru saja ia mendapat kabar dari ayahnya jika Aurora — adiknya kembali masuk rumah sakit dan kali ini cukup parah.
"Adikmu harus dioperasi, Laura. Papa tidak punya cukup uang lagi."
Ucapan Finn Halcyon di telepon tadi terus terngiang di telinga gadis berusia dua puluh tahun ini. Entah di mana ia mendapatkan pinjaman untuk biaya operasi Aurora yang hampir menginjak angka dua ratus juta.
Di tengah kekalutannya, Laura teringat akan satu benda yang mungkin bisa ia jadikan jaminan untuk biaya operasi Aurora. Ia tidak akan menjualnya tetapi ia bisa menggadaikannya. Jika pun tidak diterima ia masih bisa mencari pekerjaan paruh waktu untuk mencicil utangnya.
Bergegas Laura menemui sahabatnya untuk mengantar pergi mendapatkan uang. Kondisi Aurora sudah tidak memungkinkan untuk ia bergerak lambat. Dihapusnya air mata kemudian ia memasang senyuman manis.
Harusnya Laura masih bekerja saat ini tetapi karena keadaan darurat ia meminta izin pada koordinatornya agar bisa pulang cepat. Laura tak pernah melakukan kesalahan dan selalu menuruti semua perintahnya sehingga koordinator itu memberikannya izin.
Sesampainya di rumah Zoya, kebetulan sahabatnya itu baru akan keluar. Hari sudah menjelang sore, Laura tahu Zoya pasti akan pergi bekerja.
"Hei Laura, mengapa kamu di sini?" tanya Zoya sedikit terkejut. Ia melirik jam di pergelangan tangannya kemudian menatap Laura, ia tentu tahu sekarang Laura seharusnya bekerja.
"Aurora harus dioperasi, Zoya. Aku dan Papa tidak punya uang untuk operasinya. Bisakah kamu membantuku menggadaikan perhiasan? Tetapi aku tak yakin itu akan membantu," jawab Laura, dengan sudah payah ia menahan air matanya.
"Oh astaga …! Berapa kamu butuh uang? Biaya operasi itu tidak murah lho," tanya Zoya, ia ingin membantu tetapi keadaannya pun sangat memprihatikan.
"Dua ratus juta."
"What?!" Zoya memekik, membayangkan uang sebanyak itu mungkin ia harus bekerja selama dua Minggu tanpa istirahat.
Laura menundukkan wajahnya, ia tahu itu jumlah yang sangat besar dan benda miliknya tidak mungkin bisa dihargai semahal itu.
Beberapa menit keduanya terdiam, sempat Laura menceritakan benda apa yang hendak dia gadaikan tetapi Zoya jelas mengatakan itu tidak akan sampai pada jumlah yang dibutuhkan Laura.
Tiba-tiba Zoya menjentikkan jarinya. Laura menatap sahabatnya yang terlihat menyeringai.
"Kita bertemu bosku, dia pasti mau memberikanmu uang tetapi kamu tahu sendiri apa pekerjaanku, bukan? Aku sebenarnya tidak ingin menjerumuskan ku tetapi cara ini satu-satunya. Terlebih lagi kamu masih virgin, pasti dihargai fantastis. Sorry Laura," ucap Zoya yang awalnya sangat antusias tetapi kalimatnya ia tutup dengan suara lirih.
Laura menutup kedua matanya. Ditariknya napas dalam-dalam seakan pasokan udara telah habis dalam paru-parunya. Ini sangat berat, ia tidak mungkin menjual dirinya tetapi di mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.
Aurora membutuhkan biaya operasi, sisanya bisa digunakan untuk menebus rumah mereka yang tergadai sebab Finn Halcyon pernah kesulitan keuangan sedangkan ada empat mulut yang harus diberi makan termasuk dirinya. Aurora yang sering sakit-sakitan, semua membutuhkan biaya.
"Aku bersedia," ucap Laura akhirnya.
Mata Zoya terbelalak. Ia menggeleng keras sambil mengibaskan tangannya. "Jangan Laura, kamu tidak seharusnya mengikuti jejakku. Sungguh aku tidak berniat membawamu ke tempat itu," tolak Zoya, ia yang memberi ide ia pula yang menolaknya.
"Aku sudah memutuskan Zoya. Bawa aku ke sana," ucap Laura dengan sungguh-sungguh.
***
Di sebuah club malam
Beberapa pria berpakaian serba hitam berjalan ke salah satu ruang VIP. Langkah mereka terburu-buru, dua pria yang berjaga di depan pintu membukakan pintu itu dan salah satu dari rombongan pria itu masuk.
"Tuan," sapa pria itu lalu ia membungkukkan sedikit tubuhnya.
"Apa yang kamu dapatkan Jack?" tanya pria yang sedang memegang gelas berisi vodka, ia lalu menyesapnya tipis-tipis.
"Tuan Nick Fernando sedang melakukan transaksi jual beli senjata ilegal di salah satu club, beberapa anak buah kita telah saya tempatkan di club itu untuk mendapatkan banyak informasi," jawab Jack.
Pria itu berdeham sebagai jawaban jika ia menerima informasi dari Jack. Ia kembali menyesap minumannya sambil menyeringai. Lawannya rupanya mulai memperkuat jaringan bisnisnya di bidang jual beli senjata ilegal. Bukan masalah, ia bisa mengalahkan mereka dengan mudah, pikirnya.
Di sisi lain masih di club yang sama, Zoya membawa Laura menemui bosnya. Pria bertubuh tambun itu terus mengamati Laura yang memang sangat cantik hanya saja kurang polesan make up. Dia sendiri tertarik tetapi ia lebih tertarik dengan jumlah uang yang akan ia dapatkan.
"Kebetulan ada satu bos besar di club ini. Aku akan menawarkan padanya. Dia sangat picky terhadap wanita yang tidur dengannya, karena kamu masih virgin dia pasti memberikan harga fantastis," ucapnya kemudian ia tertawa senang.
Laura meremas jarinya, jelas sekali ia gugup tetapi ia tidak bisa mundur lagi. Beberapa menit yang lalu ia mendapatkan kabar jika kondisi Aurora semakin melemah.
'Kamu pasti bisa Laura,' ucapnya dalam hati.
Bos dari Zoya itu lalu menelepon seseorang, ia berusaha meyakinkan dan akhirnya dia menutup panggilan dengan tawa bahagia.
"Kamu dandani dia, Tuan Mahen bersedia membayar lima ratus juta untuknya. Aku akan memberikannya setengah dan aku setengahnya," ucap Tom, bos Zoya.
Mata Zoya dan Laura terbelalak mendengar angka yang diberikan untuk harga dirinya. Uang yang bisa membantu kehidupan keluarganya untuk beberapa waktu ke depan.
"Kamu mendapatkannya Laura, aku sedih tetapi aku juga bersyukur karena kamu berhasil," bisik Zoya, ada air mata yang membasahi pipinya namun dengan cepat ia mengusapnya.
Laura mengangguk, ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia akan menjual harta berharga dalam hidupnya, kesuciannya.
'Semua demi keluargaku,' gumamnya dalam hati.
Zoya membawa Laura ke ruangan khusus untuk mendandani sahabatnya itu. Ia sangat sedih, beberapa kali ia menggigit bibirnya agar tidak menangis. Setelah selesai, ia pun mengantar Laura ke ruangan yang sudah diberitahu oleh Tom sebelumnya.
Belum sampai di depan pintu, sebuah notifikasi di ponsel Laura masuk dan itu adalah kiriman uang dari Tom. Bergegas Laura mengirimkan uang senilai dua ratus juta pada rekening Finn Halcyon.
Baru saja Laura akan membuka pintu itu dengan tangan gemetar, terdengar suara teriakan dan beberapa orang berlari keluar. Suara tembakan memenuhi club ini namun Laura tak tahu harus lari ke mana. Masuk ke dalam kamar untuk bersembunyi atau ikut pergi.
Namun karena intuisinya mengatakan ia harus masuk dan bertemu dengan seseorang yang telah membeli keperawanannya itu dan mengucapkan terima kasih, maka Laura melangkah masuk. Dibukanya pintu itu tetapi ia tidak menemukan seseorang.
"Tuan? Tuan Mahen?" panggil Laura yang sudah tahu nama orang yang membelinya.
"To … long …."
Laura mendengarnya dan menajamkan pendengarannya. Suara itu terdengar lirih, ia mencarinya dan menemukan asal suara itu dari kamar mandi. Bergegas ia membuka pintu kamar mandi dan mendapati seorang pria sedang terbaring bersimbah darah di lantai kamar mandi tanpa mengenakan sehelai benang pun.
"Oh my God!" pekik Laura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments