NovelToon NovelToon
Benih Tuan Presdir

Benih Tuan Presdir

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Ibu Pengganti / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:231.5k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Keenan dan Jihan yang baru saja menikah siri setelah 5 tahun berpacaran, terpaksa berpisah kala Keenan harus menerima perjodohan dengan anak relasi bisnis ayahnya.

Kepergian Jihan seorang diri dalam keadaan hamil, membuat Keenan terus mencarinya.

Hingga 5 tahun berlalu, tak sengaja Keenan bertemu dengan seorang bocah tampan, yang mengikuti casting bintang iklan produk perusahaan farmasi yang dipimpinnya.

Apakah anak itu adalah anak yang dikandung Jihan? Bagaimana kelanjutan cerita Keenan dan Jihan? Akankah Keenan menceraikan istri yang tak dicintainya?

Baca selengkapnya di sini ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Siang ini, Jihan yang sedang berjalan untuk menjemput Ale di sekolah, tiba-tiba menghentikan langkahnya, kala melihat dari kejauhan Keenan telah berdiri di depan gerbang sekolah Ale.

Ia mempercepat langkahnya, untuk menghampiri Keenan.

"Apa sebenarnya tujuanmu ke sini?" tanya Jihan datar.

Keenan tersenyum menyadari kehadiran Jihan. “Aku juga mau jemput Ale.”

“Jangan usik kehidupan kami, aku mohon,” lanjut Jihan.

Keenan menggeleng. “Ale juga anakku, Jihan, anak kita. Aku sangat merindukan kamu dan dia. Aku mohon, jangan larang aku bertemu Ale. Aku tidak mau dia kehilangan sosok ayahnya.

“Sejak dari dalam kandungan juga dia tak pernah merasakan kehadiran sosok ayah. Jadi, untuk apa kamu datang? Kamu sudah punya keluarga sendiri!” tegas Jihan.

Keenan kembali menjelaskan, bahwa keluarga yang ia impikan hanya lah Jihan dan Ale, bukan Nayla dan Ruby. Selama di Jakarta, ia bahkan tak pernah mau menjemput atau mengantar Ruby sekolah. Rasanya berbeda ketika ia bersama dengan Ale, karena memang Ale lah anak yang diharapkannya.

“Kamu lihat ‘kan, aku tak punya anak lagi bersama Nayla, karena kami berhubungan hanya sekali saat itu saja, saat dia menjebakku. Karena aku tidak pernah mencintainya. Aku hanya mencintai dan menginginkan kamu, Jihan,” ungkap Keenan memohon.

Ia juga menjelaskan, bahwa selama ini hidupnya terasa hambar, meski ia sudah memiliki keluarga sendiri.

Tak ingin mendengar penjelasan Keenan, Jihan meminta mantan suaminya itu untuk menghargai keputusannya yang tak ingin lagi berurusan dengannya.

Belum sempat Keenan menjawab, Ale yang baru saja keluar kelas, berlari menghampiri mereka, dan menanyakan kenapa Om Bosnya bisa di ada sini.

Keenan lalu berjongkok, dan setengah merangkul Ale. “Om bawakan mainan ini untuk Ale.”

Pupil mata Ale seketika melebar, melihat mainan bagus yang tak pernah ia miliki. Diterimanya pemberian Keenan itu, dan tak lupa mengucapkan terima kasihnya. "Terima kasih ya, Om, mainan Ale hanya sedikit, karena Ale tak mau merepotkan Mama. Makanya, Ale ingin syuting agar dapat uang untuk bantu Mama, biar Mama tak kelahan bekerja sampai sakit seperti dulu dan Ale bisa membeli mainan sendiri.”

Keenan memandang Jihan dengan tatapan iba dan perasaan bersalah, lalu kembali memandang Ale. “Tugas Ale hanya sekolah, bukan mencari uang. Kalau ada yang Ale mau, Ale bilang ya, biar Om yang belikan.”

Jihan lalu segera mengajak Ale pulang, karena hari sudah siang. Ale juga mengajak Keenan untuk ikut mereka ke warehouse tempat mamanya bekerja seperti biasa, karena tak ada yang menjaganya jika di rumah sendiri. Ale kemudian menceritakan bahwa teman-teman kerja mamanya sangat baik, terutama bosnya, yang ia panggil Bunda Inka.

“Kata mereka, dari Ale di dalam kandungan sampai sekarang, Mama bawa Ale kerja. Jadi, Ale sudah sangat dekat dengan orang-orang di sana,” tambah Ale, membuat hati Keenan semakin hancur setelah mengetahui Jihan harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri juga anaknya, sampai harus membawa Ale di tempat kerjanya.

Tak ingin Ale banyak bicara pada Keenan, Jihan menarik tangan anaknya untuk pulang, lalu meminta Keenan juga segera kembali ke Jakarta, melanjutkan hidupnya.

Tak mau pergi begitu saja, Keenan justru menawarkan untuk menemani Ale di rumah, selama mamanya bekerja, agar bocah itu bisa istirahat.

“Ale juga punya tempat istirahat di sana, tidak usah sok tahu!” tegas Jihan.

Keenan meminta maaf pada Jihan karena ia telah lancang dan sok tahu, tapi ia ingin menemani Ale di rumah, agar tak perlu ikut mamanya bekerja.

“Ale, mau makan siang sama apa? Mau pesan ayam tepung?” tawar Keenan.

Belum sempat Jihan menolaknya, Ale dengan bersemangat menerima penawaran Keenan, dan mengatakan bahwa ia tak bisa sering membeli ayam tepung di restoran, hanya jika saat mamanya gajian atau ada rezeki lebih.

Keenan kembali merayu Jihan, bahwa ia tak akan dan tak akan mungkin melukai Ale. Ia juga meminta Jihan pulang ke rumah, untuk makan siang bersama, sebelum kembali ke tempat kerjanya. Seakan diserang oleh 2 lelaki yang menyayanginya, Jihan tak bisa beralasan lagi ketika Ale juga merayunya.

“Kita naik mobil ke rumah ya, biar tidak panas,” ajak Keenan pada Ale dan Jihan berjalan menuju mobilnya.

Keenan memang meminta Andre mengantarkan mobil untuknya, sembari mengantarkan beberapa baju tambahan dan keperluannya.

Sesekali Keenan mengusap kepala Ale yang duduk di samping kemudinya, sementara Jihan hanya bisa diam duduk di kursi belakang.

***

Selesai mereka makan siang, Keenan bermaksud mengantarkan Jihan kembali ke tempat kerjanya, agar tak perlu berjalan kaki menuju warehouse, tapi sayangnya Jihan menolak.

“Kalau kamu mau pulang, silakan pulang, antarkan Ale ke tempat kerjaku jika aku belum pulang. Tapi kalau masih mau di sini, jangan katakan macam-macam pada Ale, biarkan dia tidur siang!” ketus Jihan lalu berjalan keluar rumah.

Keenan mengangguk dan hanya bisa memandangi Jihan yang masih belum bisa memaafkannya.

Saat berada di dalam rumah, Keenan meminta Ale untuk beristirahat sesuai pesan Jihan, tapi Ale menolaknya karena belum mengantuk dan malah mengajaknya bermain mainan yang Keenan berikan. Mereka lalu berbincang dan saling bercerita sembari Keenan mengajarkan cara memainkan mainannya. Hal ini dijadikan kesempatan oleh Keenan untuk mengorek kehidupan Ale dan mamanya selama ini.

Keenan mulai bertanya beberapa hal, mulai dari rumah ini milik siapa, dan mengapa Ale bisa ikut syuting bersama bos dari mamanya, bahkan memanggilnya dengan sebutan bunda.

“Iya, Om. Dulu, aku ingin sekali masuk televisi, tapi mama melarangku ke Jakarta, karena pasti syutingnya di sana. Tapi, Bunda Inka mau mengantarkanku casting sampai menemaniku syuting. Bunda Inka baik sekali, Om. Bunda Inka sendiri yang meminta Ale memanggilnya bunda. Bunda Inka pernah bilang kalau dia sayang sama Ale ketika pertama kali mama kerja di tempatnya, waktu sedang hamil Ale,” jawab Ale jujur.

Ale juga menambahkan, bahwa ia ingin punya banyak uang dari hasil syuting, agar bisa membelikan rumah untuk mamanya, agar mereka tak pinjam rumah orang.

Keenan yang paham akan maksud Ale bahwa rumah ini hanyalah rumah sewa, lalu menanyakan apakah mereka memang sering berjalan kaki.

Dengan polosnya, Ale mengatakan bahwa mereka memang sudah terbiasa berjalan kaki karena tak punya kendaraan. “Ale kuat berjalan kaki, karena dulu kata mama, saat Ale masih ada di dalam perut, mama juga berjalan kaki setiap hari dari rumah ke tempat kerja. Pas Ale lahir, Nenek, Tante Lusi, dan Om Gio bilang, kalau mama sangat cepat melahirkan Ale karena kebiasaan mama yang sering berjalan kaki.”

Hanya bisa menelan ludahnya, Keenan benar-benar merasa bersalah pada Jihan yang harus berjuang sendiri selama hamil.

“Nenek, Tante Lusi? Ale kenal mereka? Ale tahu di mana mereka tinggal? Om Gio? Siapa dia?” Fokus Keenan tiba-tiba tertuju pada nama-nama yang Ale sebutkan.

Anak kecil itu mengatakan bahwa Nenek dan tante Lusi tinggal di Jawa, jadi ia dan mamanya tak pernah pulang menemui mereka, tapi mereka lah yang beberapa kali datang ke Bandung untuk ingin menemuinya. “Kalau Om Gio itu adiknya Bunda Inka, yang bantu bawa mama ke bidan waktu Ale mau lahir. Om Gio juga baik sekali, Om.”

Seketika Keenan paham apa maksud Jihan berbohong soal tempat tinggal Bu Dina, agar Ale tak mengajaknya ke Jakarta untuk bertemu mereka.

Tak dapat melanjutkan pertanyaannya, Keenan berusaha menahan air matanya agar tak jatuh di depan Ale. Begitu berbeda keadaan yang Nayla alami saat hamil, dengan yang Jihan hadapi saat mengandung Ale. Seakan tak sanggup membayangkan kehidupan Jihan kala itu, tanpa dirinya. Andai saja ia tak terjebak rencana Nayla saat itu, mungkin Jihan dan Ale tak perlu hidup seperti ini.

Hingga tak lama, Ale yang mulai mengantuk, mulai tertidur di pangkuannya.

2 jam berlalu, Jihan pulang. Betapa terenyuh hatinya, kala melihat Ale dan Keenan tertidur di sofa. Ia lalu membangunkan Keenan dan memintanya segera pulang.

Keenan yang terbangun, menghaluskan pergerakannya agar Ale tak ikut terbangun, lalu memposisikan tubuh Ale berbaring di sofa.

“Jihan, aku....” Belum sempat Keenan melanjutkan ucapannya, Jihan kembali mengulangi permintaannya untuk meminta Keenan pulang.

Jihan berjalan menuju pintu, dan membukakan untuknya.

“Jihan, aku minta nomor ponselmu yang baru,” pinta Keenan yang ditolak mentah-mentah oleh Jihan.”

“Silakan kembali ke Jakarta, dan lupakan kami!” titah Jihan tak mau melihat ke arah Keenan sama sekali.

Tak ingin membuat Jihan marah karena baru pulang kerja, Keenan berjalan keluar rumah dan berpesan pada Jihan untuk tetap menjaga kesehatannya.

Setelah memastikan Keenan telah masuk mobilnya, Jihan menelepon sang ibu.

“Maaf, Jihan, Ibu tak jujur saat meneleponmu waktu itu. Keenan kembali menemui Ibu untuk menanyakan keberadaanmu. Ia merasa Ibu pasti tahu di mana kamu. Ingin sekali Ibu jujur saat itu, agar kamu dan Ale mendapatkan kehidupan yang layak, tapi Ibu takut kamu marah, sehingga, Ibu hanya mengatakan kalau kalian tinggal di Bandung.”

...****************...

1
LISA
Kenan tuh yg bayarin SPP nya Ale
Eva Nietha✌🏻
Ale pinter
Eva Nietha✌🏻
Keren
Eva Nietha✌🏻
Kena deh bakal viral nih Nayla
Eva Nietha✌🏻
Kapok kamu pak Basuki
Eva Nietha✌🏻
Ale hebat
Eva Nietha✌🏻
Wah ale viral
Eva Nietha✌🏻
Feeling anak sm bapaknya
Eva Nietha✌🏻
Ayo keenan tegas
Eva Nietha✌🏻
Keren ceritanya
Eva Nietha✌🏻
Makin seru thor
Eva Nietha✌🏻
Suka
Siti Nuraini
aq suka ceritanya
Eva Nietha✌🏻
Berjumpa jg deh
Eva Nietha✌🏻
Seru banget
Eva Nietha✌🏻
Seru
Eva Nietha✌🏻
Msh lanjut
Eva Nietha✌🏻
Merapat kk
munaroh
owhh,,, Wina ada main dg Rio thoo? 🤔
munaroh
wallahhh,,, Wina urung kapok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!