NovelToon NovelToon
Cinta Sang RV

Cinta Sang RV

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marlita Marlita

Sejak Menolong pria bernama Reyvan, nasib Annira berubah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marlita Marlita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di bawah Selimut

Wanita paruh baya dengan langkah kaki cepat menghampiri anaknya yang berbaring di atas ranjang, seorang dokter mengikutinya dari belakang.

“Dasar anak nakal.” Langsung saja tangannya menjewer kuping Reyvan padahal anaknya masih sakit.

“Ma sakit, ma.” Pekik Reyvan, dokter pun membantu Reyvan melepaskan tangan ibunya menjewer telinga.

“Kamu menutup akses masuk, tidak mau mama menemuimu?” Lanjut ibunya dengan amarah dari mulutnya, Reyvan diam saja menikmati kata-kata yang terlontar dari mulut ibunya.

“Bu, anak anda sedang sakit sebaiknya ibu bicara pelan-pelan padanya.” Tegur dokter.

“Terserah, dia anak saya. Kamu melarang hak saya memarahinya, lalu kamu siapa?” ibu Reyvan tidak terima atas teguran sang dokter.

“Ibu, saya bicara baik-baik jangan menyakiti anak ibu yang sedang sakit.”

“Ini apa? Buka!” Reyvan kaget ketika ibunya menyuruh Reyvan membuka selimut tebal dibalik selimut tebalnya ada Anira yang bersembunyi disana, gawat kalau ketahuan.

“Ma badan Reyvan sakit semua butuh bantal empuk, jadinya tebal begini.” Reyvan menghalangi tangan ibunya yang hendak menyibak selimutnya. Dokter hendak memeriksa juga isi selimut Reyvan, namun Reyvan segera memberi isyarat agar dokter jangan membukanya dan sepertinya mereka sudah bekerja sama.

“Kamu menyembunyikan apa dari mama, Ivan. Pasti ada sesuatu dibalik sana.” Ibu masih bersikeras membuka selimut tebal itu sementara di dalam selimut, Anira baring tengkurap sementara kaki Reyvan menimpa belakangnya.

_”Habislah aku kalau nanti ketahuan, mamanya galak lagi.”_ batin Anira merasa kakinya keram tapi dia tidak bisa bergerak, jika bergerak siap-siap ketahuan, ia hanya berperan sebagai bantal empuk sekarang.

“Mama kepalaku sakit, jangan membuka selimutku.” Reyvan menekan kedua kepalanya, kedatangan sang ibu sepertinya malah membuat ia sakit.

“Bu sebaiknya ibu meninggalkan anak ibu sebentar saja, anak ibu butuh istirahat.” Sang dokter berbicara baik-baik beruntung di dengarkan, Reyvan menghela nafas lega ketika ibunya melangkah keluar.

“Mama akan telepon papa.” Ujar ibunya sebelum membuka pintu menoleh kepada sang anak, Reyvan masih bisa mendengarnya karena ia sebenarnya pura-pura kesakitan.

“Terima kasih, dokter.” Reyvan mengucapkan terima kasih kepada dokter yang mau bekerja sana dengannya.

“Saya mengusahakan pelayanan terbaik untuk pasien kami.” Jawab dokter ramah. Dibalik selimut Anira sudah tidak tahan, selain kakinya yang keram nafasnya juga sesak dari tadi tengkurap dalam posisi yang sama membuatnya menderita.

_”Kapan boleh keluar kalau kaya gini.”_ Anira punya cara, ia menggigit jari tangan Reyvan yang kebetulan masuk ke dalam selimut.

“Au ...” Pekik Reyvan ketika mendapat gigitan dari gadis yang bersembunyi dibawah selimutnya.

“Keluar aja, mama udah pergi kok.” Siapa yang menolak, Anira dengan senang hati keluar dari balik selimut, namun akhirnya malu karena dokter melotot memerhatikannya, senyuman tipis Anira yang ragu-ragu dibalas sang dokter dengan senyuman lebar tiba-tiba kemudian dokter mengundurkan diri membiarkan sepasang anak muda itu mengobrol.

“Menderitanya aku dibawah sana.” Anira bersungut ia mulai merangkak dan turun dari ranjang agar berdiri di lantai menyembuhkan kakinya yang keram, Reyvan tidak membalas ucapannya karena lebih asyik melihat gerakan Anira dan omelannya sambil merapikan bajunya yang nampak kusut.

“Bajuku juga jadi kusut seperti orang datang dari dalam mesin cuci. Andai saja aku tidak sembunyi disana.” Anira kesal, rambut panjangnya juga berantakan seketika.

“Yang penting aman, kan?” Reyvan menunjukkan senyum tipisnya.

“Aku mau pulang, masih banyak tugas sekolah yang harus kukerjakan.” Ucap Anira dengan raut wajah agak masam.

“Jangan.” Reyvan menariknya kembali sehingga Anira jatuh tepat disisi Reyvan.

‘Deg’

Posisi Anira dan Reyvan sangat dekat wajah mereka pun saling bertemu pandang membuat Anira nervous. Wajah tampan yang kemarin terlihat biasa saja bagi Anira kini sepertinya sudah menjadi wajah candu baginya, ia suka memandang wajah Reyvan apalagi kalau Reyvan menampakkan deretan gigi putih rapinya, gigi taring sebelah kanan sangat mempertegas ketampanannya.

“A-aku boleh pu-pulang?” tanya Anira terbata-bata karena gugup sementara bahunya masih di rangkul oleh Reyvan.

“Temani aku disini, aku akan meminta ijin kepada ibu Wini.” Reyvan masih menatap wajah Anira, entah mengapa wajah Anira membuatnya damai ketika memandangnya, menurutnya Anira sangat manis meskipun tidak secantik mantan pacarnya tetapi memberi keteduhan. Reyvan tidak segan merebahkan kepalanya di pangkuan Anira agar gadis itu tidak pergi, ya mungkin saja begitu!

_”Dadaku deg deg-an kalau lihat muka gantengnya. Tidak, aku hanya boleh suka sama Rich yang super baik.”_ batin Anira, tindakan Reyvan tiba-tiba membaringkan kepala di pangkuannya membuat Anira sulit melangkah dari pikiran kagumnya memuja Reyvan, sebenarnya ini kedua kalinya Reyvan baring di pangkuannya.

Tidak berselang lama pintu ruangan terbuka, seorang suster cantik mengantar makanan untuk Reyvan dengan sopan suster cantik itu menundukkan kepala tanpa berkata lalu keluar lagi.

“Cantik sekali.” Gumam Anira membalas senyum suster cantik.

“Aku lapar.” Reyvan yang memejamkan matanya mengatakan lapar.

“Kebetulan makanannya sudah ada. Duduklah yang benar!” Anira membantu Reyvan duduk bersandar.

“Sebelumnya aku lupa bertanya kenapa kamu bisa berakhir di rumah sakit?” tanya Anira sambil menyuapi Reyvan makan bubur.

“Karena aku sakit.” Jawab Reyvan lurus.

“Maksudku penyebabnya, apa kamu kecelakaan?”

“Aku sudah kenyang buburnya tidak enak.”

Reyvan langsung menarik selimutnya.

“Padahal buburnya masih banyak. Kau mau tetap sakit nggak habisin ini bubur?”

“Lebih baik aku tetap berada di rumah sakit.”

Anira mencibir bagaimanapun lelaki ini sakit pasti ia akan terlibat, entah apa perannya dalam kehidupan Reyvan sampai ia harus berada disisinya kalau lelaki itu sedang kenapa-napa.

“Anira pergi lagi ya Del?” tanya Lora kepada Adel, Adel baru saja masuk ke dalam kamar langsung melihat ranjang milik Anira kosong.

“Iya, tadi ibu Wini bilang Anira lagi pergi tapi nggak tau pulangnya kapan, apalagi perginya nggak tau ke mana.” Jawab Adel lalu merebahkan diri didekat Lora.

“Jadi kayak ada yang kurang ya, Anira berubah.” Kata Nela yang berbaring tengkurap sambil menopang dagunya.

“Kalian curiga gak sih, apa dia punya pacar atau kerja paruh waktu gitu?” Ujar Lora.

“Iya sih, belakangan ini Anira berubah.” Adel menyetujui.

“Mungkin kita harus tanya pas dia pulang gimana?” tanya Nela.

“Dia nggak mudah bicara Nel, palingan pas datang langsung mandi terus tidur.” Lora sudah kenal lama dengan Anira, begitulah sifat gadis pendiam yang mereka bicarakan.

“Kita interogasi, kalau gak mau jawab ya kita berusaha membuatnya membuka mulut.” Ujar Nela.

“Eh nggak boleh begitu, kita biarkan saja nunggu dia sendiri yang cerita. Jangan pemaksaan kasihan mau cerita atau tidak itu haknya dia.” Tutur Adel, ia tidak mau kedua temannya menciptakan tekanan batin untuk Anira, si gadis netral mulai memberi nasihat yang baik.

“Sebenarnya gue curiga kalau Anira dekat sama Rey.” Lora menunjukkan muka cemberut.

1
Tiwi
Kecewa
Tiwi
Buruk
CatLiee: nasibnya Annira atau authornya nih, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!