Suamiku, Tolong Balas Cintaku!

Luna membuka kembali kancing bajunya satu persatu, Dio melihat pergerakan Luna yang lambat, pria itu mengira tangan Luna tidak sanggup untuk membuka kancing bajunya.

Tiba tiba tangan Dio terulur, dan membuka kancing baju Luna dengan cepat, niatan dia hanya membantu ... Tapi Luna malah merasa ketakutan dan menyilangkan kemeja yang sudah terbuka untuk menutupi bagian depan tubuhnya.

"Jangan, please." Luna memohon sambil memejamkan matanya.

Dio tersenyum melihat istrinya ketakutan seperti itu, Di ketuknya pelan pangkal kepala Luna menggunakan jari telunjuknya.

"Mikir yang enggak-enggak ya? Tenang saja aku tidak akan tergoda dengan tubuhmu." Ucap Dio berbicara seperti itu agar Luna rileks.

Ya kamu benar, kamu kan sudah punya calon istri. Batin Luna.

Dio membuka kemeja Luna perlahan, dengan posisi dirinya yang ada di bagian punggung istrinya.

Sangat kontras sekali terlihat br4 berwarna hitam yang Luna gunakan dengan kulit putih bersihnya. Tanpa wanita itu tau Dio susah payah menormalkan apa yang terjadi pada tubuhnya, jakun Dio naik turun, yang artinya dia beberapa kali menelan Saliva nya sendiri karena melihat kemolekan tubuh istrinya.

*Cup

Tanpa sadar dio mencium bahu Luna, "Hey!!!!! Apa yang kamu lakuin Dio? Tanya Luna yang terkejut.

Wajah Dio memerah, tangannya gemetar tidak jelas, Bodoh sekali pertahanan tubuhku, tanpa sadar aku mengecup bahu Luna.

"Maaf, aku pria normal." Ucap Dio dengan nada datarnya.

"Ya aku tahu itu, kamu harus memikirkan perasaan calon istrimu. Segera lakukan mengoles obatnya, jangan sampai ada setan lewat di antara kita." Sahut Luna tegas.

Mauryn, aku menyerah. Maaf. Batin Dio.

"Besok aku antar kamu bertemu dengan calon istriku."

Deg ...

Jantung Luna memompa lebih cepat daripada biasanya, bagaimana bisa suami memperkenalkan calon istri pada istri sah nya.

Tak ingin membuang kesempatan, Luna langsung mengiyakan ajakan Dio. "Oke."

"Sudah selesai, saat nya istirahat. Kamu harus tidur tengkurap, ingat itu. Bila perlu aku tidur disini untuk berjaga jika kamu berubah posisi tidur menjadi terlentang.

Luna mendelikan matanya tajam, " Tidak! Sebaiknya sekarang kamu keluar, aku sudah mengantuk." Bohongnya.

Dio menuruti apa kata Luna, pria itu keluar kamar dengan langkah yang sangat pelan, seolah tidak rela meninggalkan Luna sendirian.

Apa yang harus ku katakan pada calon istrinya nanti, Apa aku akan di tampar, Seperti drama yang sering aku lihat? Atau aku di aniaya ditempat sekaligus dipermalukan di depan umum. Arggggh Luna ... Kenapa kamu mengiyakan ajakan Dio. Perasaan Luna terus berkecamuk hingga akhirnya dia tertidur.

***

Esok pagi.

Dio sudah bersiap dengan kemeja hitam dan celana yang juga berwarna hitam, pria itu mengetuk pintu kamar Luna ... Untuk memastikan Luna sudah bangun atau belum.

Tidak ada jawaban, akhirnya Dio masuk ke dalam karena posisi pintu masih sama seperti semalam, tidak di kunci.

Terlihat pakaian Luna yang berserakan di atas kasur tidurnya, itu artinya Luna sedang mandi.

"Lunaaa !!!!!!" Dio mengetuk kamar mandi Luna dengan tergesa.

"Ada apa sih?" jawab Luna yang keluar dari toilet dengan keadaan sudah bersiap menggunakan baju yang menurutnya paling cantik, Luna juga sudah merias wajahnya sedari pagi.

"Kamu ngapain di toilet?"

"Harus aku ceritain? Janji gak jijik?" Ucap Luna menantang.

"Oh , sorry aku gak tau gak usah di ceritain. Aku cuman mau ingetin kalau luka kamu tidak boleh terkena air.

"Aku tahu," Ucap Luna yang memandang fashion Dio pagi ini yang serba hitam.

Luna menahan tawanya, "Lebih baik kamu berganti pakaian, baju ini biasa di gunakan ketika sedang berbela sungkawa, mari aku cocokan baju apa yang harus kamu pakai ketika akan bertemu dengan tambatan hatimu." Ucap Luna berjalan lebih dulu keluar dari kamarnya.

Dio menyusul langkah Luna yang hendak memasuki kamarnya itu, " Luna ! aku tidak mau ganti baju."

"Kamu mau bertemu orang paling special di hidupmu, baju serba hitam itu tidaklah pantas Dio." Luna terus saja mengoceh, sedangkan Dio ... Pria itu melangkahkan kakinya menuju meja makan, yang di atasnya sudah tersaji mie instan goreng yang penampakannya sudah seperti cacing.

"Iwh ... Itu mie apa? Besar-besar sekali." Tanya Luna saat melihat penampakan mie yang sudah mekar.

"Aku terlalu lama merebusnya, aku berusaha masak makanan yang biasa kamu makan." Ucap Dio.

Luna tertawa terpingkal-pingkal, "Dio ... Dio ... Mie instan ala aku biasanya di makan malam hari atau jika cuaca sedang dingin, tapi yasudahlah... Jika ingin di berikan padaku, aku makan sajalah. Aku orangnya sangat menghargai usaha orang." Ucap Luna sekaligus sindiran, karena dulu ...bekal dari Luna selalu Dio buang ke tong sampah.

Satu sendok penuh masuk ke dalam mulut Luna, Wanita itu sebenarnya sedikit mual dengan tekstur mie yang seperti itu, tapi Luna tidak mau mengecewakan Dio, di telannya mie instan itu dengan susah payah, dan akhirnya habis tak tersisa, sedangkan satu piring mie yang ada di hadapan Dio hanya berkurang sedikit, Dio sendiri tidak sanggup menghabiskannya.

"Ayo habiskan, Kamu harus merasakan apa yang lidahku rasakan tadi." Oceh Luna sambil menepuk kedua tangannya, meledek Dio.

Dio berdiri dan langsung menyambar kunci mobilnya yang di simpan di meja makan. "Mau ikut atau tidak?

"Ii-iya ikut ! " Ucap Luna yang perlahan berjalan mendekati Dio yang sudah berjalan lebih dulu.

Ternyata Dio menunggu tepat di depan pintu apartemen, pria itu jelas tidak mungkin meninggalkan Luna terlalu jauh, karena kondisi yang sedang dia alami sekarang.

Di dalam mobil.

Luna sedikit heran karena banyak yang berjualan bunga pinggir jalan yang sedang dia lalui sekarang.

Mobil Dio saat ini memasuki gapura yang bertulisan TPU MELATI.

"Hah? Dio untuk apa kamu mengajak aku ke pemakaman?" Tanya Luna panik.

Dio sibuk memutar stir mobil, untuk memarkirkan mobilnya. Pria itu tidak menjawab pertanyaan apapun yang terlontar dari mulut Luna.

"Ayo turun," Ucap Dio.

"Tu-turun?

"Ayo ... " Dio keluar mobil lebih dulu, agar Luna menyusulnya dan tidak banyak bertanya.

"Dio tunggu." Luna sibuk menoleh kanan kirinya, pertanyaan besar masih berada di kepalanya, untuk apa Dio mengajaknya ke tempat pemakaman.

Mereka berhenti di satu pusara, dengan nisan yang tertulis Mauryn ananda.

Seketika Luna langsung terkejut dengan apa yang Dio tunjukan kali ini. "Dd-dio ... Maksudnya Mauryn sudah meninggal dunia?"

"Ya ... Kita kecelakaan lalu lintas saat beberapa hari lagi pernikahan akan dilangsungkan, masih teringat jelas di ingatanku bahwa Mauryn masih hidup pada saat kecelakaan terjadi, tapi saat akan di larikan ke rumah sakit dia sudah pergi untuk selamanya." Ucap Dio sambil mengelus batu nisan Mauryn.

Maaf aku udah mikir terlalu jauh, Batin Luna.

MAAF YA COVER NOVELNYA DI GANTI 😌