Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
We'll Run Away Together
Magika, Azzrafiq dan Randy, keluar jalur dan berjalan menuju sungai yang memang lumayan jauh juga dari tempat mereka saat ini berdiri. Mereka menyusuri perkebunan dan jalan setapak untuk menuju sungai.
Mereka jalan berbaris, Randy memimpin perjalanan mereka, dan jalanan sedikit licin, Magika yang berada di tengah memegang tangan Randy yang berjalan di depannya dan Azzrafiq di belakangnya.
Sungai yang akan mereka tuju sudah terlihat, suara aliran sungai terdengar merdu, vibes pedesaan yang khas. Diiringi dengan suara nyanyian burung yang menambah keindahan di sini. Hanya suara suling saja yang tak ada.
"Sungainya sudah mulai terlihat adik-adik." Seru Randy.
"Kelihatannya airnya bening, padahal kan baru turun hujan." Kata Magika bingung.
"Mungkin hujannya gak sampe sini." Sela Azzrafiq seraya melihat jalan setapak yang tidak basah seperti jalan yang dilewati sebelumnya.
"Semoga aja ada para bidadari yang lagi mandi, terus bawa pulang." Celetuk Randy.
"Bukannya udah ada?" Tanya Azzrafiq.
"Ish kalian pada mesum ya." Cibir Magika.
"Oh iya bener, ternyata dia marah-marah karena gak bisa balik ke kahyangan hahaha." Sahut Randy.
Randy dan Azzrafiq tertawa, candaan yang hanya mereka berdua yang mengerti.
"Ish kalian ngomongin apaan sih, kok bisa langsung pada akrab." Sela Magika yang masih belum menyadari kalo dia lagi dibicarakan.
"Men's Talk." Tukas Azzrafiq.
"Terserah deh." Ucap Magika ketus.
Pemandangan hijau terlihat sejauh mata memandang, di seberang sungai terdapat hamparan sawah yang sangat luas.
Magika, Azzrafiq, dan Randy terpana ketika melihat pemandangan yang ada di hadapan mereka. Suara aliran sungai yang deras, membuat pikiran mumet dan perasaan kesal yang mereka rasakan pun seketika terobati.
"Ayo kita maen air." Ajak Randy seraya membuka sepatu dan menggulung celana jeansnya.
Magika dan Azzrafiq mengikuti Randy yang sudah ada di tengah sungai menikmati air yang dingin dan jernih. Azzrafiq mengulurkan tangannya pada Magika, ketika mereka menginjak air sungai yang jernih, dia tak ingin wanita berlesung pipi itu terjatuh.
Dengan senang hati Magika meraih dan menerima tangan Azzrafiq yang telah siap membantunya.
"Dingin banget airnya." Ucap Magika sambil tersenyum pada Azzrafiq.
"Jadi pengen mandi dan bersih-bersih di sini." Kata Azzrafiq.
"Iya bener, air di sana kotor, gak sejernih di sungai. Air di sini juga kayaknya bisa bersihin pikiran aku yang mumet sama bentakan KOMDIS yang gak penting itu." Ucap Magika.
"Duh kasian banget cewek aku sampe mumet gitu." Sahut Azzrafiq meraya mengacak-ngacak rambut Magika.
"Ish rambut aku jadi berantakan lagi kan." Protes Magika.
"hehehe iya maaf, sini aku iketin rambutnya." Azzrafiq menawarkan.
Magika menatap Azzrafiq ragu. "Emangnya bisa?"
"Bisalah iket doang."
"Gak usah deh biar aku aja." Seru Magika seraya merapikan rambutnya.
Magika melepaskan ikatan rambutnya dan merapikan rambut yang baru saja dibuat Azzrafiq berantakan.
Percayalah ketika wanita sedang mengikat rambutnya akan terlihat lebih cantik, begitulah yang saat ini Azzrafiq lihat. Matanya berbinar seperti melihat harta karun yang ada di hadapannya.
"Lihatnya bisa biasa aja gak?" Protes Magika yang memperhatikan Azzrafiq.
"Sorry gak bisa." Sanggah Azzrafiq.
Magika memutarkan matanya. "Ish aneh, kayak buaya yang mau mangsa kancil."
"Kayak Joko Anwar lihat bidadari sungai."
"Yeee Jaka Tarub kali, Joko Anwar mah sutradara hahaha." Magika terbahak-bahak.
"Sengaja disalahin, pengen lihat kamu ketawa." Kata Azzrafiq menggoda Magika.
"Konyol banget sih Azz hahaha."
Azzrafiq tersenyum bangga, karena telah berhasil membuat wanita yang sedari tadi mood nya naik turun jadi tertawa. Magika meraih air sungai yang mengalir dengan tangannya, sensasi dingin dari buliran air sungai yang menyentuh kulitnya, membuatnya bergidik, dia coba membasuh wajahnya.
"Seger banget." Seru Magika.
Azzrafiq mendekati Magika dan coba menjahilinya dengan memercikkan air ke wajahnya, tak ingin kalah Magika membalas dan mengejar Azzrafiq yang berlari untuk menghindarinya.
Mereka berdua tertawa mengekspresikan kebebasan yang sementara ini, setelah dua hari tertekan karena ospek.
Sementara Randy hanya berdiri terdiam menikmati udara yang sejuk sambil sesekali mengawasi adik-adik tingkatnya yang bertingkah layaknya anak kecil.
"Aaahh jadi basah celananya." Gerutu Magika ketika mengejar Azzrafiq.
"Nanggung, sekalian berenang aja Gee." Ejek Azzrafiq sambil terkekeh.
Magika menoleh pada Randy dan mengadukan Azzrafiq yang sudah membuat celananya basah. "Kak Randy, ini nih Azzrafiq nakal."
"Biarin aja jangan diajak pulang nanti." Tukas Randy.
Azzrafiq yang gemas, coba mengacak-ngacak lagi rambut Magika.
"Ya ampun Azz, rambut aku lagi yang jadi korban." Gerutu Magika sembari cemberut.
Azzrafiq terkekeh sambil mengelus kepala Magika, dia merapikan lagi rambut wanita yang sedang cemberut itu.
"Bagus digerai gini." Ujar Azzrafiq seraya menata rambut Magika.
"Oh ya, serius?" Tanya Magika.
Azzrafiq menganggukkan kepalanya."Serius makanya aku suka."
Magika tersenyum seraya meminta pengakuan dari Azzrafiq. "Suka gimana nih?"
"Kita jangan terlalu lama ya di sini, soalnya sesi selanjutnya sebentar lagi mulai." Sela Randy seraya melihat jam tangannya.
Magika tak menghiraukan ucapan Randy, dia menunggu jawaban Azzrafiq, apakah benar lelaki itu benar-benar menyukainya atau hanya bercanda saja?
"Ayo guy's, malah pada bengong gitu sih, durasi nih durasi." Seru Randy seraya menghampiri keduanya.
Magika menoleh pada Randy dengan tatapan sinis, kakak tingkatnya itu mengganggu saja.
"MC nya aja di sini, acara gak akan jalan kalo kak Randy gak ada." Kata Magika sambil mengomel.
Azzrafiq menoleh pada Randy, kakak tingkatnya itu mengganggu saja, baru saja dirinya akan menjawab pertanyaan Magika, tapi melihat wajah Magika yang dongkol, dia tak jadi menjawab pertanyaannya.
Magika yang kesal, melangkahkan kakinya meninggalkan Azzrafiq, dia berjalan menuju batu besar yang ada di sungai dan menaikinya.
"Awas kepeleset." Tutur Randy.
Baru saja dibilang, Magika tergelincir karena menginjak batu yang sudah berlumut, hingga membuatnya tercebur dan bajunya menjadi basah semua, Azzrafiq dan Randy berlari untuk menolongnya. Kedua lelaki itu membantu Magika berdiri, dan mendudukkan nya di atas batu.
"Gee, ada yang sakit?" Tanya Azzrafiq khawatir.
"Aww kaki aku kayaknya terkilir." Magika merintih menahan sakit.
"Mana yang sakitnya?" Tanya Randy.
Magika memegang pergelangan kakinya yang sakit, Randy meraih kaki Magika dan coba meluruskannya hingga terdengar bunyi kretekan dari tulang kaki Magika.
"Aww sakit banget itu Kak." Tunjuk Magika.
"Coba gerak-gerakin." Ujar Randy.
Magika memutar-mutarkan pergelangan kakinya, mencoba digerakkan ke atas dan ke bawah.
"Lumayan sih." Ucap Magika.
"Coba berdiri Gee." Tutur Azzrafiq.
Magika coba berdiri perlahan dan berjalan sedikit. "Well, kayaknya kita gak bisa buru-buru kaki aku sakit."
"Mana jalannya nanjak lagi, jujur sih saya gak sanggup kalo harus gendong dari sini." Sela Randy yang melihat jalan setapak di atas, sambil berkacak pinggang.
Azzrafiq terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ketika melihat jalan pulang menuju tempat ospek memang menanjak dan curam. Jalan sendiri saja bisa terpeleset sewaktu-waktu apalagi harus sambil gendong anak orang.
"Pasti bakalan kena omel, kecuali para KOMDIS gak ada yang nyadar, kalo kalian gak ada." Ujar Randy.
"Kayaknya gak bakalan ada yang sadar." Ucap Azzrafiq mengira-ngira.
Randy mengecek ponselnya dan kebetulan sekali sinyal pun lenyap di bawah sini. "Bagus!! Gak ada sinyal pula."
"Maafin aku ya, jadinya malah beban buat kalian." Ucap Magika lirih seraya mendekap tubuhnya dengan kedua tangannya, dia mulai menggigil karena bajunya yang basah.
"Namanya juga kecelakaan Gee, kan gak ada yang mau, aku bantu jalan pelan-pelan ya." Sahut Azzrafiq.
"Saya yang salah sih, kalian tenang aja, saya bakalan tanggung jawab." Tutur Randy.
Ya memang sudah seharusnya seperti itu kan?
"Baju kamu basah, ganti ya pake baju aku." Kata Azzrafiq.
"Jangan nanti orang-orang pada curiga kamu sama Magika habis ngapa-ngapain, lagian nanti masuk angin juga, pake jaket saya aja Gee." Ucap Randy seraya melepaskan jaketnya.
"Tetep aja aku harus buka bajunya." Kata Magika lirih.
Azzrafiq dan Randy saling bertatapan, pikiran kotor mereka mulai muncul.
Magika melirik Azzrafiq dan Randy bergantian, dia tahu apa yang ada di pikiran kedua lelaki di hadapannya. "Kalian menghadap ke belakang, aku mau ganti baju."
Kedua lelaki itu kompak berbalik membelakangi Magika, Randy yang kini membelakangi Magika mencoba menutup seadanya dengan jaketnya.
Untungnya di belakang Magika terdapat batu besar, tak terlalu khawatir akan ada yang melihat, dia lebih khawatir dengan dua orang lelaki yang sedang membentuk barikade untuknya.
Magika membuka bajunya dengan cepat, dia menarik jaket Randy dan segera memakainya.
"Udah gantinya?" Tanya Randy.
"Udah!!"
"Yuk kita balik." Ajak Randy masih membelakangi Magika.
Azzrafiq membalikkan badannya dan membantu Magika berjalan, dirangkulkannya tangan Magika pada pundaknya, perlahan tapi pasti, menuju jalan setapak yang menanjak.
Randy mengikuti mereka dari belakang, langit kembali mendung, menambah kecemasannya, dia cemas bukan karena dia tak ada untuk menjadi MC selanjutnya, tapi mengkhawatirkan kedua adik tingkatnya yang tak ada dalam kelompok ospek.
"Kayaknya bakalan hujan lagi." Ucap Magika sambil menatap langit.
"Mendung belum tentu hujan." Sahut Azzrafiq.
"Yang tentu itu, aku sama kamu akan jadi kita." Celetuk Randy.
Magika terkekeh mendengar guyonan Randy. "Apaan sih norak banget hahaha."
"Yang katanya sakit, masih aja bisa ketawa." Ledek Randy.
"Yang udah pasti itu, Azzrafiq dan Magika takkan terpisah." Timpal Azzrafiq tak ingin kalah.
"Iya aku setuju." Seru Magika sambil tertawa.
Randy menatap kedua adik tingkatnya yang berjalan di depannya dengan jengkel. "Oke cuekin saya, anggap aja pohon."
"Lebih tepatnya sih angin lalu." Tukas Magika.
"Jahat sekali ya anda." Ucap Randy
"Kayaknya tempat ospek kita terang, jomplang banget warna langitnya sama di sini." Sela Azzrafiq sambil menatap langit.
"Padahal gak jauh-jauh amat ya sungai sama tempat ospek kita." Tukas Magika.
"Kayak kamu sama aku gitu? Deket tapi gak bersatu." Celetuk Randy.
Magika menolehkan kepalanya ke belakang. "Udah Kak, maksa banget sih."
"Ya namanya juga usaha." Randy mengeles.
Randy mengecek ponselnya lagi dan banyak notifikasi pesan yang berdatangan, serta beberapa panggilan yang tak terjawab olehnya karena di sungai tadi sinyal tidak ada.
"Shit, ketua komdis telepon." Umpat Randy sedikit panik.
Randy mengangkat telepon sang ketua KOMDIS, apa yang dia khawatirkan ternyata tidak terjadi, Mochtar hanya menanyakan keberadaannya saja, dan tak curiga pada ke dua adik tingkatnya yang menghilang.
Randy melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 15.00 waktunya para peserta ospek istirahat. Ini kesempatan untuk Randy menyelundupkan kedua adik tingkatnya. Karena ketika istirahat KOMDIS tak bekerja.
Karena jalanan sudah datar, Randy mendahului kedua adik tingkatnya, dia menggendong Magika di pundaknya, meskipun Azzrafiq sedikit tak terima, karena Randy sudah mencuri start terlebih dahulu.
"Hmm ringan juga ya badan kamu." Kata Randy.
"Syukur deh kalo Kak Randy gak keberatan. Padahal dibantu Azzrafiq jalan juga aku bisa kok." Kata Magika.
"Gak apa-apa sebagai tanda tanggung jawab aku aja udah bikin kamu kepeleset."
"Beneran gak apa-apa nih? Badan Kak Randy kan tipis." Ejek Magika yang terlihat sangat menikmati gendongan dari Randy.
"Ngejekin aja bisanya, kamu jangan banyak gerak nanti kita malahan jatuh." Tutur Randy.
"Jadi gak kuat nih?" Ejek Magika lagi.
"Sssttt.." Tutur Randy.
"Tuh kan Kak Ran..."
"Sssttt." Potong Randy cepat.
Setelah cukup jauh berjalan akhirnya mereka sampai di kawasan tempat ospek, terlihat peserta ospek yang lalu lalang di kamar mandi luar. Randy menurunkan Magika dari gendongannya.
"Waktu istirahat sebentar lagi, kamu cepet ganti baju ya." Ujar Randy pada Magika.
"Kak Randy, aku gak bisa jalan cepet-cepet." Magika memperingati Randy.
Randy menepuk keningnya. "Oh iya lupa, yaudah kamu ikut ke ruang panitia aja ya."
"Kamu bisa jalan sendiri Gee?" Tanya Azzrafiq memastikan.
"Bisa kok Azz."
Baru jalan satu langkah Magika sudah meringis, Randy dan Azzrafiq refleks memegangi tangan wanita itu.
"Kita bawa ke ruangan panitia Fiq." Tutur Randy.
Maulana melihat mereka bertiga, dan sudah menyimpan curiga karena kedua anggota kelompoknya sedari tadi tidak ada, hanya saja dia tak memberitahu panitia lainnya, bisa-bisa kena hukuman nanti.
"Fiq, lo dari mana aja? Anjir gue cariin ampe panik." Tegur Maulana, lalu melihat Magika menenteng bajunya sudah basah kuyup. "Kamu kenapa Gee? Kok bisa basah bajunya?"
"Jatuh di kamar mandi tadi, bajunya basah semua, terus dibersihin biar gak kotor." Dusta Randy.
"Terus sekarang gimana? Ada yang sakit?" Tanya Maulana lagi.
"Kita mau ke ruangan panitia ini." Jawab Azzrafiq.
"Yaudah aku antar sekalian." Ucap Maulana.
"Gak usah, urusin aja dulu anggota kelompok kamu, ini tanggung jawab saya. Ayo Fiq ikut." Tutur Randy sambil menggiring kedua adik tingkatnya itu ke ruang panitia, dan meninggalkan Maulana sendiri.