"Apa yang kita lakukan ini adalah sebuah kesalahan dan aku sangat menyesal sudah menghianati Abram, suamiku. Jadi setelah hari ini jangan pernah mengungkitnya lagi,karena kamu bukan lagi kekasihku seperti 5 tahun lalu, tapi statusmu sekarang adalah adik ipar ku, Arga."
" Bagaimana kalau kamu hamil? Aku pastikan itu adalah darah dagingku. Apakah status kita tetap akan masih sama hanya sebatas ipar?"
Arga Anderson mantan kekasih yang 5 tahun lalu meninggalkannya, tiba tiba kembali dalam status sebagai adik iparnya dan tanpa sengaja masuk kedalam kehidupan pernikahan Anisa, karena keteledorannya. Sampai membuat mereka berdua tidak sengaja menghabiskan malam panas bersama, yang membuat Anisa ternyata hamil.
Tapi apakah benar bayi yang ada didalam kandungannya adalah anak Arga seperti yang dikatakan pria itu. Atau anak Abram, suaminya.
Hidup Anisa yang semula damai berubah menjadi rumit dan pelik.
Apalagi setelah satu persatu rahasia dari Abram, Arga dan keluarga mereka terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.Ketegangan Berlanjut.
Tubuh Abram membeku kaku mendengar apa yang baru saja dikatakan Arga.
keringat dingin kembali mengaliri punggungnya karena gugup, bahkan dia sudah bisa merasa kalau kemeja warna coklat yang dikenakannya basah karena keringat tersebut.
Dia menatap Arga, yang ternyata juga sedang menatap dirinya, hingga buru buru Abram mengalihkan pandangannya, untuk menutupi rasa gugup yang sekarang dirasakannya.
Abram berpikir, bagaimana bisa pria dihadapannya yang baru saja kembali ke Indonesia ini, tau tentang rahasianya?
Apa selama ini tanpa dia sadari pria itu sudah menyelidiki masalah pribadinya, karena dia tertarik pada Anisa istrinya.
Memikirkan hal itu Abram merasa semakin marah dan benci pada Arga, karena sudah berani berani memasuki ranah pribadinya, secara
" Kenapa kau diam?" Suara Arga terdengar sinis, membuat Abram menggeram marah,dia ingin sekali menghantam pria tersebut, kalau tidak ingat ingin menjaga reputasinya.
" Bukan urusanmu Arga," Abram menimpali pura pura tenang.
" Hidupmu memang bukan urusanku, tapi hidup Anisa dan kebahagiaannya itu menjadi urusanku.Jadi..."
" Cuih, dasar tidak sadar diri. Kau pikir siapa dirimu itu,berani sekali mencintai milikku." Arga benar benar membuat emosi Abram tersulut,meski masih berusaha ditahannya.
Anisa adalah istrinya,terlepas bagaimana perasaannya terhadap perempuan itu. Tapi melihat Arga menginginkannya secara terang terangan, membuat Abram geram dan tidak terima.
Siapa pun tidak boleh memiliki apa yang menjadi miliknya, apa lagi Arga pria yang sangat dibencinya itu.
" Milikmu?" Arga mencibir sinis, mendengar apa yang dikatakan Abram mengenai Anisa.
" Ya, dia istriku yang aku nikahi secara sah, dimata hukum dan agama kita, Ga. Berani sekali kau ingin memilikinya. Apa kau tidak takut karma?!" Abram berteriak.
Sekuat apapun dia berusaha tidak tersulut,itu sulit karena lawannya sekarang adalah Arga.
" Karma? Apa kau tau apa arti kata itu?" lagi lagi suara pria itu terdengar sinis dan penuh meremehkan saat bicara.
Abram berniat menimpali lagi apa yang dikatakan oleh pria itu, tapi belum sempat dia membuka mulutnya tiba tiba pintu ruang kerjanya dibuka dari luar.
Klek!
" Abram! Kenapa kamu berteriak keras, nak?Apa sebenarnya, yang ..."
Arga dan Abram menoleh kearah pintu ruang kerja yang tiba tiba terbuka,Abram sempat terkejut waktu mendengar bunyi handel pintu dibuka dari luar, khawatir yang melakukan itu adalah Anisa, perempuan yang sendang jadi topik pembicaraan mereka sekarang.
Tapi begitu yang muncul adalah nyonya Sarah Anderson, ibunya.Pria itupun menarik nafas lega, karena yang masuk kedalam ruang kerjanya bukan orang yang dia khawatir kan.
" Mama! Kenapa jam segini mama belum tidur?!"Pria itu bertanya, dengan menatap ibunya yang sedang berdiri didepan pintu.
Berbeda dengan Abram yang merasa lega, karena yang masuk adalah ibunya.Ekspresi Nyonya Sarah terlihat terkejut dan lebih ke syok, waktu melihat siapa lawan bicara putranya sekarang didalam ruangan tersebut.
" Arga," reflek perempuan paruh baya tersebut
mengucapkan nama pria, yang dia pikir tidak akan berani lagi muncul dihadapannya, setelah kejadian 5 tahun lalu.
Arga tersenyum smrik dan pura pura membungkuk hormat kepada nyonya Sarah yang menatap dirinya dengan terkejut.
" Selamat malam nyonya Sarah, bagaimana khabar anda sepertinya sangat sehat. Aku senang melihat anda masih sesehat ini dan teruslah seperti sekarang, sampai anda melihat aku mengambil lagi apa yang sudah kalian ambil dariku."
Wajah perempuan paruh baya itu langsung merah padam,karena marah. Mendengar apa yang dikatakan oleh pria dihadapannya tersebut.
" Anak kurang ajar! Lancang sekali kau bicara! Apa kau lupa kalau aku ini adalah ibumu juga!"
Nyonya Sarah berniat melayangkan tangannya untuk memukul wajah Arga untuk memberi pelajaran karena ucapan yang dikatakannya.
Tapi sebelum tangan putih yang kulitnya sudah keriput, akibat usia tuanya menyentuh ke wajah pria itu, Arga lebih dulu menangkap tangan tersebut dan tanpa ragu mencengkramnya dengan kuat, sampai membuat perempuan yang punya perbedaan tinggi hampir 30 centi dengannya itu, meringis kesakitan.
" Aauwww..."Nyonya Sarah mendesis berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Arga.
" Jangan berpikir untuk menyakiti tubuhku seperti dulu, kalau kau masih ingin punya umur panjang untuk bisa menimang cucumu, nyonya Sa-rah." Arga menggeram marah,menatap perempuan paruh baya dihadapan itu.
Abram yang melihat, Arga menyakiti ibunya ikut naik pitam dan berusaha membelanya dengan meneriaki pria itu,supaya dia mau melepaskan cengkramannya pada lengan sang ibu.
" Arga!Apa yang kau lakukan pada mama! Apa kau berniat meremukkan tangannya!" Abram berteriak keras.
" Kenapa?! Apa tangan ini sudah tidak punya kekuatan lagi sekarang.Bukankah dulu sangat kuat untuk menyakiti dan menghancurkan apa saja, termasuk kehidupan orang lain yang tidak bersalah!"
Lalu Arga menyentak tangan milik nyonya Sarah keras, sampai membuat perempuan tua itu terhuyung kebelakang dan hampir jatuh, kalau saja Abram tidak cepat menangkapnya.
" Arga! Kau sangat keterlaluan! Keluar dari rumahku sekarang juga! Kalau kau tidak pergi, aku akan panggikan petugas kemanan untuk mengusir mu!"
Arga tersenyum sinis mendengar ancaman yang dilontarkan Abram, dia menatap kedua orang dihadapannya sebelum memutuskan berjalan kearah pintu ruang kerja yang sudah setengah terbuka, karena nyonya Sarah tadi masuk.
Tapi sebelum benar benar keluar dari pintu, dia kembali menoleh lagi kepada dua orang tersebut dan bicara lagi pada mereka dengan suara dingin mengancam.
" Satu bulan dari sekarang, aku ingin kau sudah menceraikan Anisa, kalau kau tidak mau kehilangan peret bernama Naura dan bayinya, juga proyek mu yang ada diBandung sekarang, Bram."
Baru dia benar benar keluar dari tangan kerja milik Abram, tanpa menunggu jawaban atau reaksi dari kedua orang yang ada didalam ruang kerja tersebut.
Nyonya Sarah menatap nanar ke pintu yang sudah kosong, dengan tubuh gemetar ketakutan sambil mengumpat untuk Arga yang sudah pergi.
" Gila...dia orang gila, itu semua pasti akibat depresi yang pernah dialaminya dulu, Bram.Sebaiknya laporkan dia ke pihak berwajib, supaya mereka menangkapnya jadi tidak bisa mengganggu kita lagi seterusnya."
Abram mengalihkan tatapannya dari pintu kepada ibunya dengan pikiran campur aduk tidak karuan.
Karena apa yang diniatkannya waktu mengundang Arga kerumahnya, tidak sesuai dengan yang terjadi.
Membuat dia merasa benar benar tidak bisa berpikir sekarang, otaknya terasa kosong karena cemas juga takut kalau, pria itu akan melakukan ancamannya.
Dan semakin pusing saat mendengar ocehan yang dikatakan oleh ibunya barusan sampai membuat dia menegur perempuan paruh baya itu dengan suara keras,akibat kesal.
" Stop ma! Hentikan ide aneh Mama itu.Karena percuma, meski begitu mama jangan cemas karena Arga tidak akan bisa melakukan apapun pada kita, selama Anisa ada bersama kita. Jadi aku minta tetaplah bersikaplah seperti biasa kalau dihadapan Anisa, nanti."
Lalu suasana ruang kerja itu menjadi sunyi,dua orang beda usia dan jenis kelamin itu saling pandang dalam diam, sibuk dengan pikiran masing masing mengenai sosok Arga yang baru saja ada disana.
" Sebaiknya mama kembali kekamar saja sekarang. Aku butuh waktu sendiri untuk berpikir."
Nyonya Sarah mengangguk lalu keluar dari ruang kerja pria itu.
Begitu nyonya Sarah pergi,Abram segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
" Halo sayang, aku ingin ke tempatmu sekarang,Aku berangkat sebentar lagi, tunggu aku. Jangan tidur dulu, karena aku ingin bersamamu malam ini, Naura."
s abraham ngamuk . trus mu minggat ka rmh di tengah perjalanan kecelakaan .dah tuh rudal berengsek
da. untuk arga ama anisa semoga di bersatukan