Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 11. Ikan Lele
Kiran turun di sebuah pertigaan. Kai yang memang buta arah dan buta lokasi karena memang baru pertama kali melihat daerah tersebut akhirnya ikut turun.
" Lho, abang mau kemana?"
" Mau ikut kamu."
" Heh… Apa. Bang Kai jangan bercanda. Saya mau pulang?"
" Ya sudah saya ikut pulang."
Kiran sungguh dibuat pusing dengan tingkah laku Kai yang ingin ikut dengannya pulang. Pria yang baru ditemuinya ini sungguh bertingkah aneh.
Hahaha apa reaksi triplet ya ngeliat aku ngebuntutin cewek begini. Kiran ini kayaknya umurnya nggak jauh dari Ana. Monolog Kai dalam hati sambil terus tersenyum melihat Kiran yang kebingungan dengan tingkahnya.
Ya Allaah ini bule ngapain sih ikut. Emangnya aku induk ayam apa diikuti begitu,batin Kiran.
Kiran sempat mengomel dalam hati, namun akhirnya ia mengacuhkan Kai yang mengikutinya berpindah angkot.
Hingga sampai di sebuah pasar, Kai tetap mengikuti Kiran turun dan bahkan mengikuti Kiran yang tengah berbelanja.
" Kiran, bule ngendi kui sek mbok gowo ( bule mana yang kamu bawa)"
" Mboten ngertos mbah, niku teko ngetutke kulo ( tidak tahu nek, dia tiba tiba ngikutin saya)."
Kiran acuh terhadap Kai yang mengikutinya. Sampai terdengar bunyi perut dari Kai.
Kruk… kruk….kruuuuk
" Abang lapar?"
Kai mengangguk malu dan nyengir kuda memperlihatkan gigi giginya. Kiran yang tidak tega pun mengajak pria bule itu makan di warung nasi padang.
Kiran memesan makanannya sendiri, lalu Kai pun ikut memesan.
" Mas, saya lauknya ikan lele aja ya"
" Uhuk...uhuk.."
Kiran yang sedang minum tiba tiba tersedak. Ia sungguh terkejut bule ynag bersama nya itu tahu ikan lele.
" Kiran hati hati minumnya."
Kai bergerak cepat menepuk punggung Kiran. Namun saat sadar Kai langsung menarik tangannya kembali.
" Maaf Kiran saya reflek."
" Ndak pa pa bang. Terimakasih. Oh iya bang, abang kok tahu ikan lele."
" Lah ya tau lah, masa orang indonesia nggak tahu lele. Lagian mom eh maksudku ibu aku suka masak itu, ayahku juga suka makan ikan lele."
" Ooh…."
Kiran hanya ber oh ria mendengar penjelasan Kai. Bahkan kini ia terkejut melihat bule itu makan nasi padangnya dengan tangan.
Ini bule, bule kampung kali ya. Dia beneran indonesia banget, batin Kiran.
" Jangan liatin saya terus. Saya tahu saya ganteng tapi kamu nggak akan kenyang kalau cuma liatin saya."
Kiran memutar bola matanya malas. Pria yang baru saja ia temui ini benar benar narsis. Sedangkan Kai dia sangat heran mengapa dirinya bisa membuat selorohan seperti itu di depan kiran.
Keduanya selesai makan, Kai pun menuju ke kasir untuk membayar makanannya.
" Sudah saya bayar."
" Tapi bang…."
Kai melenggang keluar meninggalkan Kiran yang masih bengong di sana. Kiran pun menyusul Kai. Gadis berhijab itu masih tidak enak karena makanannya dibayarkan oleh Kai.
" Sudah nggak usah merasa tidak enak. Saya hanya pengen ikut kamu. Di daerahmu ada kos kos an nggak."
" Ehmmm kalau kos kos an nggak ada bang. Tapi kalau rumah dikontrakkan ada."
" Oke… kita langsung ke sana."
Kai sungguh bersemangat, dia bahkan membawakan bakul Kiran. Kiran hanya menatap heran, namun dia tidak mau berkata banyak.
🍀🍀🍀
" Sari… metu koe ( Keluar kamu)!!"
" Tck… paling bulek tidur buk."
Wanita paruh baya dan seorang gadis terus menggedor gedor pintu rumah Kiran. Kiran yang baru saja datang sangat geram dengan ulah ibu dan anak itu.
" Bude Mar sama mbak Riati ini kalo nggak ganggu aku sama ibu sehari aja kayak e nggak puas ya."
" Tck… rondo ne gek teko ( janda nya baru datang). Aku kesini mau nagih utang?"
" Utang? Sejak kapan ibu sama aku lunya utang ke budhe?"
Kai yang melihat perdebatan yang ia yakini adalah bibi dan keponakan itu hanya diam saja. Ia merasa bukan saatnya untuk ikut campur. Sejenak Kai ingin melihat bagaimana cara gadis berhijab tersebut menyelesaikan masalahnya.
" Halah, nggak usah ngelak kamu. Waktu kapan kamu pinjam buat berobat ibu mu itu dari mana kalau nggak minjem ibu ku."
" Mbak Ria iki durung tuo neng wes pikun ( mbak Ria ini belum tua tapi sudah pikun), kemarin sudah aku kasih kan. Nih lihat ini buktinya!"
Kiran mengeluarkan ponsel miliknya dan memperlihatkan sebuah foto. Foto tersebut adalah foto saat dirinya menyerahkan uang kepada sang budhe. Kiran sudah tau hal seperti ini bakalan terjadi, maka dari itu Kiran sudah bersiap siap.
Kai kagum dengan ketenangan gadis berhijab di depannya itu dalam menghadapi masalah. Kai juga tidak menyangka Kiran sudah menyiapkan bukti untuk menutup mulut dua wanita tersebut.
" Oh sudah to… huh… yo wes… ayo Ria kita pulang."
Ibu dan anak itu melengos lalu meninggalkan rumah Kiran. Sejenak Ria melirik ke arah Kai. Namun Kai acuh. Bahkan ia tidak melihat Ria sedikitpun.
" Buk, ada bule ganteng banget buk. Siapa yo?"
" Mbuh Ri, ora urus. Ayo cepet pulang."
Kiran bernafas lega saat bude dan kakak sepupunya itu pergi meninggalkan rumah nya.
" Kamu hebat Kiran bisa mengatasi mereka dengan tenang."
" Haish… udah kenyang aku bang sama mereka jadi udah tau triknya."
" Mereka itu…."
" Budeku sama kakak sepupuku. Dia itu kakak almarhum ayahku."
" Maaf Kiran, aku nggak bermaksud."
" Nggak pa pa Bang. Oh iya duduk dulu, maaf aku nggak bisa membawa abang masuk ke rumah. Takut jadi fitnah."
Kai tersenyum, ia mengangguk. Kiran memang gadis yang luar biasa. Ia pun menjatuhkan bokongnya di sebuah kursi kayu di depan rumah Kiran sambil menikmati pemandangan sekitar.
" Ayo bang, aku antar ke tempat orang yang mau ngontrakin rumahnya."
" Okeh…"
Mereka berdua berjalan beriringan. Banyak pasang mata yang melihat Kai dan Kiran. Bisik bisik tetangga pun dimulai. Banyak omongan yang tidak mengenakkan di dengar Kai dan Kiran.
" Laaah sopo meneh kui ( siapa lagi itu)?"
" Ganti meneh lanangane ( ganti lagi cowoknya)?"
" Huh… dasar rondo ganjen ( janda ganjen)."
Kai geram dengan ucapan ucapan yang dilontarkan para tetangga itu. Sejenak hal tersebut mengingatkannya pada kisah sang mommy.
" Kamu tidak menjawab mereka?"
" Biarkan bang, tanganku cuma dua tidak bisa menutup mulut mereka semua. Tapi paling tidak aku bisa menutup telinga ku dari omongan mereka dengan kedua tanganku ini."
Lagi lagi Kai kagum dengan pola pikir gadis di sampingnya ini. Jika gadis seusianya masih memiliki emosi yang meledak ledak tapi Kiran, dia bisa tenang dalam menghadapi masalah yang ada di depannya.
Hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai ke rumah yang disewakan. Kiran pun memanggil si empunya rumah.
" Assalamualaikum Pak… Pak No… "
" Waalaikum salam piye nduk."
" Ini Pak No, ada yang mau ngontrak rumah Pak No."
" Oh iyo, mrene mrene mlebu sik ( sini sini masuk dulu) dilihat sik mas."
Kai ikut masuk, ia melihat isi rumah tersebut. Rumahnya memang agak sedikit besar untuknya tinggal sendirian. Namun tidak apa apa paling tidak dia ada tempat untuk tinggal.
" Maaf pak berapa per tahunnya ya? Kalau saya ambil bayar bulanan apakah boleh?"
" Ndak pa pa mas bule, pertahunnya 3,5 juta. Kalau perbulan ya tinggal dibagi aja."
" Ini pak saya kasih bapak 500 ribu dulu untuk bulan ini."
" Walah ini kebanyakan."
" Nggak apa apa pak. Kalau saya betah saya akan sewa untuk 6 bulan."
Pria bernama pak No itu tersenyum lalu mengangguk. Ia senang pria berwajah bule di depannya itu sangat sopan dan baik.
Setelah transaksi selesai Kiran pun meninggalkan Kai di rumah tersebut. Kai pun menuju kamar, beruntung di sana sudah ada tempat tidur dan kasurnya. Ia lalu menaruh ranselnya di meja lalu duduk ditempat tidur.
" Rumahnya bersih, sepertinya selalu dibersihkan tiap hari. Bahkan tidak ada debu. Baiklah Kai, kehidupan menjadi pemuda desa dimulai dari sekarang."
TBC
KIRANA ADZAKIA.KAI ANAK SITA DAN DANI ANAK SAMBUNG RAMA