Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
"Tidak akan apa, hah? Siapa lagi ini? Oh, aku tahu. Kamu pasti pacar Iva juga ya? Dasar ja lang! Sendiri yang wanita mura han tapi menuduh calon menantuku. Maling teriak maling!" oceh Mamah Ila menjengitkan bibirnya.
"Rupanya setelah lepas dariku, kamu berprofesi menjadi pe la cur?' cercanya dengan nada yang mengolok.
Kata-kata mantan Ibu mertua dan mantan suami, berhasil membuat darah Iva mendidih dan hatinya terasa sesak. Rasanya sudah habis kesabaran. Dulu Iva terlalu penurut dan bucin tetapi tidak untuk sekarang. Iva melayangkan satu tangannya tepat mengenai wajah Damar.
Sorot mata Damar berubah drastis, sembari mendengus kesal, ia mengusap pipinya yang masih sangat terasa perih. Iapun turut melayangkan satu tangannya, tapi dengan gerak cepat pemuda tampan yang ada di samping Iva, mencekal lengannya dengan sangat erat dan memutar lengan Damar hingga si Damar meraung-raung kesakitan. "Argh, hentikan! Dasar ba ji ngan! Untuk apa kamu turut campur urusanku dengannya?" pekik Damar.
Pertikaian mereka terhenti karena seorang MC mulai berbicara. "Tolong di minta untuk tenang! Jika diantara kalian tidak bisa diam dan terus berulah sebaiknya pergi di acara pelantikan CEO baru Perusahaan Atmajaya Group!"
Cakra dan Aditya melangkah maju menuju ke atas altar. Mereka segera membuka bibirnya. Karena selama ini tidak ada satupun yang tahu jika Cakra dan Aditya adalah pemilik perusahaan terbesar di kota A dan B. Mereka juga menyembunyikan identitas mereka selama ini sebelum Iva bersedia untuk memimpin perusahaan di kota tersebut.
"Mungkin diantara kalian banyak yang belum tahu siapa kami sebenarnya. Ya karena selama ini kami menyembunyikan identitas kami, seperti halnya dengan adik perempuan kami."
"Nama saya Cakra Jaya, dan ini adik lelaki saya yakni Aditya Jaya. Sehubungan adik perempuan kami sudah kembali, disini kami akan memperkenalkannya pada kalian supaya tidak ada lagi yang menindas nya."
Belum juga Cakra selesai berbicara, dengan lantang Damar berkata. "Cepat panggil Nona Ivan Jaya, Tuan. Supaya mengusir nyamuk ganas itu!" tatap sinis terlihat jelas ke arah Iva.
"PLAK"
Satu tamparan mendarat di pipi Damar. Salah satu anak buah Cakra yang melakukan itu. "Lan cang! Bisa diam nggak? Jika bicara lagi, ku ro bek mulut bu sukmu itu!"
Damar pun akhirnya terdiam. Ia tidak ingin di usir begitu saja karena ia sedang menunggu untuk surat penanda tanganan kerja sama dengan perusahaan itu.
Kini Cakra melanjutkan pidatonya.
"Untuk acara penandatanganan, saya serahkan kepada adik perempuan saya selaku CEO baru di Perusahaan utama Atmajaya Group. Karena kami memimpin di Perusahaan Atmajaya Group cabang kota A dan adik saya di cabang kota B. Mari Iva Jaya, kami persilahkan untuk maju ke depan menerima penobatan sebagai CEO di Perusahaan Utama Atmajaya Group."
Dengan begitu pasti, Iva melangkah menuju ke atas altar. Sontak saja Damar, Mamah Ila dan Danti terperangah. Mereka sama sekali tidak berkedip seolah tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat.
"Tuan, apa anda tidak salah orang? Wanita itu mantan menantu saya. Mana mungkin...
"PLAK"
Satu tamparan mendarat di pipi Mamah Ila.
"Tu-an, anda jangan sa..
"Diam! Masih mau aku tam par lagi, heh nenek tua!' salah satu anak buah Cakra mengancam Mamah Ila.
Sejenak pelantikan CEO baru berjalan lancar. Iva menghampiri Damar dengan senyum mengembang sembari membawa secarik kertas yang berisi surat perjanjian kerjasama.
"Iva, kenapa kamu menyembunyikan identitas aslimu padaku. Jika saja aku tahu kamu adalah CEO, aku tidak akan menyakitimu sedemikian rupa. Pantas saja kamu bisa memberikan banyak uang untukku mendirikan perusahaan. Iva, aku minta maaf ya. Bagaimana kalau kita rujuk ya?" Kini Damar bersikap manis pada Iva sontak saja membuat Danti tidak terima.
"Nggak bisa begitu Mas! Aku juga sudah mengeluarkan banyak uang untuk perusahaanmu. Kamu tidak boleh ingkar janji untuk menikahiku," rengek Danti bergelayut manja di lengan Damar.
Tapi justru di tepis kasar oleh Damar. Ia semakin menghampiri Iva dan dengan berani menggenggam tangan Iva, tapi justru di tepis oleh Iva. "Nggak usah drama lagi. Kamu butuh ini kan, Mas?" Iva menunjukkan surat perjanjian kerjasama tersebut.
"Iya, Iva. Aku sangat ingin mendapatkannya," ucapnya sangat antusias.
"Baiklah Mas, ada satu syarat yang harus kamu penuhi. Kembalikan dulu semua uang yang pernah aku berikan padamu!"
Tanpa berpikir panjang, Damar mengiyakan. "Ok, baiklah. Aku akan mengembalikannya padamu. Ini di kartu hitam ini ada tabungan dari hasil perusahaan, ada beberapa milyar. Cukup bukan?" Damar memberikan sebuah kartu hitam tersebut.
Iva menerimanya. "Baiklah, bagaimana dengan surat perjanjiannya? Kalau kamu akan memberikan seluruh saham yang ada di perusahaanmu untuk bisa bekerja sama dengan perusahaanku?"
"Oh ya, ini aku bawa. Sudah aku tanda tangani." Damar merogoh saku jasnya dan mengambil sebuah amplop besar yang di dalamnya berisi surat perjanjian bermaterai.
Iva kembali tersenyum dan di depan Damar, ia merobek surat perjanjian kerjasama yang akan di tanda tangani oleh Damar. "Ups, maaf. Aku sudah berubah pikiran untuk bekerja sama dengan perusahaan yang sebenarnya itu perusahaan milikku juga karena aku yang memberikan modal untukmu."
"Iva, ja hat kamu! Kenapa kamu ingkar janji? Aku sudah...
"Sudah apa, hah? Justru yang ingkar janji terlebih dahulu itu kamu, Mas. Selama kita menikah, kamu tidak pernah menganggapku istri bahkan di depan mataku, kamu membawa selingkuhanmu itu. Aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Karena sejatinya kamu itu yang mis kin tidak punya apa-apa tapi kamu dan Mamahmu selalu menin dasku. Janji akan menjagaku dan membahagiakanku tapi bukan itu yang kuterima justru siksa lahir batin dan kamu juga mengurungku seperti seorang tahanan ya tepatnya tahanan rumah. Besok kamu kemasi semua barang-barangmu di kantor karena kantor sudah resmi sepenuhnya menjadi milikku," ucap Iva dengan begitu antusias.
Damar terdiam, ia terpaku. Mendadak ia bertelut di depan kaki Iva sembari tertunduk lesu. "Iva, tolong jangan seperti ini. Bagaimana pun, kita pernah bersama. Tolong jangan ambil perusahaanku toh kamu sudah mendapatkan beberapa milyar dariku. Ok, aku terima kamu tidak mau bekerja sama. Tapi setidaknya berikan belas kasihan padaku sedikit saja ya? Jika perusahaan kamu ambil juga, lantas bagaimana dengan pekerjaanku? Karena perusahaan itu mata pencaharianku satu-satunya."
"Justru aku sudah sangat baik. Tidak mengambil rumah dan transportasi yang ada padamu. Aku juga tidak melaporkanmu pada aparat kepolisian tentang kasus KDRT dan kekerasan lainnya. Jika tidak kamu sudah berada di dalam pen jara," ucap Iva dengan sangat yakin.
Mamah Ila tiba-tiba menangis sembari duduk di lantai seperti anak kecil. "Lihatlah, mantan menantuku sangat ke jam. Padahal dulu aku selalu baik padanya."
"Baik, kamu bilang? Lihat di layar itu!'
Iva menunjuk kasar ke arah layar lebar. Dimana ada tontonan menarik. Semua kelakuan buruk Damar dan Mamah Ila serta Danti terlihat jelas. Lantas apa yang akan mereka lakukan melihat video yang di putar tersebut?
gak mau orang jahat yang datang