Khumaira, sosok istri ideal, namun ia memiliki suami yang hatinya bukan untuknya. Khumaira dengan cinta di hatinya tak pernah menyerah untuk memenangkan hati sang suami, ia terus berjuang sampai pada akhirnya hati suaminya mulai meleleh dan memiliki perasaan padanya. Namun siapa sangka wanita yang sangat di cintai suaminya kembali hadir di hidup mereka, dan itu membuat hati Khumaira kembali tersakiti karena kedatangan wanita yang dulu di anggap telah tiada, ternyata dia masih hidup, dan kedatangannya itu membuat sikap suami Khumaira kembali berubah padanya.
"Akankah Khumaira mampu mempertahankan pernikahannya?, atau memilih untuk menyerah?"
Temukan semua itu hanya di noveltoon "SUAMIKU BUKAN UNTUKKU."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SA.J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Pesta Tuan Smith.
"Kalian sudah siap?" tanya Ny. Arsy mesuk medalam kabar Maira dan Arhand.
"Waaah, Sayang, ini benaran kamu?, cantik banget," pangling Ny. Arsy ketika melihat penampilan menantunya yang terlihat sangat cantik.
"Terima kasih Mam. Kami juga sudah siap kok. Ini kami sudah ingin pergi," ujar Maira tersenyum.
"Yah sudah, Sayang, kalian hati-hati ya. Dan ingat Arhand. Jaga menantu cantik Mama ini dengan baik, jika sampai ada yang kurang Mama akan memberikan mu pelajaran. Kamu paham kan?" ujar Ny. Arsy mewanti wanti putra agar selalu menjaga istrinya.
Arhand memutar bola matanya malas. "Kalau gitu, kenapa bukan Magma saja yang pergi, dan jaga secara langsung," ujar Arhand dingin.
Maira seketika memejamkan matanya, hatinya kembali di gores oleh suaminya sendiri.
"Papa ... " teriak Ny. Arsy yang mana membuat Arhand mengalah.
"Iya, iya, Arhand akan melakukannya," ujar Arhand malas.
"Gitu donk," ujar Ny. Arsy senang, ia sama sekali tak memperdulilan ekspresi wajah putranya itu yang kesal.
"Sayang, bersenang- senanglah di sana, hum, " ujar Ny. Arsy lembut, sangat berbeda saat ngomong sama Arhand yang merupakan putra kandungnya.
Maira mengangukkan kepalanya, dan tersenyum. "Iya, Mam."
"Ayo," ujar Arhand lalu berjalan lebih dulu keluar kamar.
"Arhand!" panggil Ny. Arsy kesal, ia menatap tajam putranya. Bisa-bisanya ia melupakan istrinya yang sangat cantik, dan berjalan lebih dulu.
Arhand berbalik dengan erekspresi malas. "Apa lagi, Mam?" tanya jengah.
"Gandeng istrimu," perintah Ny. Arsy.
Arhand kembali berbalik dan melanjutkan langkah tanpa mengandeng tangan Maira, namun ia harus berbalik dan mengandeng tangan Miara ketika Mamanya kembali ingin memanggil sang Papa.
"Papa ..."
"Ok, ok, Arhand gandeng. Mama, puas?" ujar Arhand kesal.
"Sangat," ujar Ny. Arsy tersenyum sangat puas.
Arhand hanya menampilkan wajah datarnya, tanpa ingin membantah sang sama.
"Kalian berangkatlah," ujar Ny. Arsy meminta keduanya segera pergi.
"Assalamualaikum, Mam," ujar Maira pamitan pada mertuanya.
"Waalaikumsalam, Sayang," jawab Ny. Arsy.
................
"Kak, berapa lama lagi aku harus nunggu," teriak Azlan yang sudah capek menunggu Kakaknya yang sedari tadi tak kelar-kelar bersiap.
Clarisa berjalan ke luar kamar, lalu berjalan ke arah Azlan dan Mamanya. "Iya, iya, ini kakak sudah selesai. Tidak bisa banget sih nunggu jadi orang," gerutu Clarisa.
"Kakak bilang aku tidak bisa nunggu?, Aku tuh dari tadi nunggu Kakak, bahkan sudah hampir dua jam loh," ujar Azlan kesal.
"Mana ada," ujar Clarisa yang tak merasa selama itu.
Ny. Nadia melihat kedua anaknya akan bertengkar dengan cepat melerai keduanya. "Sudah, sudah. Kenapa kalian jadi bertengkar. Berangkatlah cepat," ujar Ny. Nadia pada anak-anaknya.
"Tau nih, Azlan Mam," ujar Clarisa dengan kesal menatap sinis saudara laki-lakinya.
"Clarisa, sudah, sudah. Gak usah saling nyalahin segala," ujar Ny. Nadia lagi.
"Ayo, Uncle," ujar Rian mengandeng tangan Azlan.
"Ayo, Boy," ujar Azlan lalu berjalan lebih dulu ke mobil.
"Azlan ... tungguin kakak," ujar Clarisa kesal namun Azlan tetap berjalan keluar.
"Ma, Clarisa pergi dulu," pamit Clarisa pada sang Mama.
"Iya, Sayang. Hati-hati yah," ujar sang Mama.
"Iya, Mam. Assalamualaikum," ujar Clarisa lagi.
"Waalaikumsalam."
Mereka berangkat, meninju tempat tujuannya, Kediaman Smith. Setelah menempuh beberapa menit mobil Azlan telah sampai di pekarangan rumah Tuan Smith, Azlan memarkir mobilnya di tempat yang sudah di sediakan.
"Ayo, turun Kakak," ujar Azlan membukakan pintu untuk Kakaknya.
"Tunggu sebentar Gaun Kakak nyangkut," ujar Clarisa berusaha melepas gaunnya yang tersangkut.
"Ribet banget sih, Kak."
"Tidak usah banyak ngomong bantuin Kakak aja, itu jauh lebih bermanfaat," ujar Clarisa kesal mendengar adiknya mengerutu terus.
"Iya, iya. Sini aku liat," ujar Azlan memasukkan belanja ke dalam mobil memeriksa gaun Kakaknya.
Azlan dan Clarisa berjalan masuk setelah drama gaun. Di dalam ruangan sudah di isi dengan orang-orang penting. Clarisa dan Akan saling bergandengan layaknya pasangan suami istri, sedangkan Rian berjalan santri di depan mereka, sangat cool.
"Selamat datang, Tuan Muda Dirga, Nona Muda Dirga," sambut Tuan dan Nyonya Smith.
Azlan menyambut tangan Tuan Smith, sedangkan Clarisa menyambut pelukan Nyonya Smith. "Terima kasih, Tuan Smith. Dan selamat atas anniversary pernikahan, Tuan dan Nyonya Smith."
"Terima kasih kasih, Nona," ujar Nyonya Smith, melepas pelukannya.
"Dan yah Papa dan Mama menitipkan permintaan maafnya, karena beliau tidak bisa hadir, karena kondisi Papa yang tidak memungkinkan untuk datang," ujar Clarisa lagi.
Nyonya Smith, tersenyum. "Tidak masalah. Kalian telah datang itu sudah sangat cukup. Dan yah tolong kalian nikmati pestanya kami akan menyambut tamu undangan yang lainnya dulu," ujarnya.
"Tentu, Nyonya," ujar Clarisa lagi tersenyum manis.
"Permisi," pamit Nyonya Smith.
"Mama," panggil Rian menarik gaun Mamanya.
Clarisa menunduk menatap anaknya. "Iya, Sayang. Ada apa?" tanyanya lembut.
"Lian mau kue itu," ujar Rian menunjuk kue yang ada di meja makanan.
"Lian mau kue itu?" tanya Clarisa menunjuk kue yang tadinya di tunjuk oleh putranya.
Rian menganggukan kepalanya. "Iya."
"Baiklah. Lian tunggu di sini sama Uncle, Mama akan ngambilin kuenya," ujar Clarisa mengusap rambut anaknya.
"Iya, Mama," ujar Rian dengan senyumnya.
"Biar aku saja Kak," ujar Azlan yang ingin mengambil kuenya.
"Tidak usah biar Kakak aja. Kamu duduk aja dulu dan jaga Rian," ujar Clarisa, lalu berjalan ke arah meja kuenya.
Di tengah meriahnya pesta semua tamu undangan di buat takjub dengan ke hadiran seorang wanita cantik, berjalan dengan sangat anggung dari arah pintu.
"Cantik," ujar semakin orang menatap takjub wanita yang berdiri di pintu.
"Woah, sangat cantik," ujar lainnya.
"Jeng, siapa wanita cantik itu?" tanya salah satu teman Nyonya Smith.
Nyonya Smith mengelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tau."
"Tapi Jeng yang mengundang, Jeng Smith becanda saja," ujar yang lainnya lagi.
"Benaran Jeng, aku tidak mengenalnya. Tapi aku hanya mengundang teman-teman kita, dan rekan-rekan bisnis suamiku," ujar Nyonya Smith menatap wanita yang berdiri di ambang pintu.
Di tengah banyaknya spekulasi, Arhand berjalan dengan sangat cool dengan wajahnya yang dingin dan berdiri di samping Maira.
"Ayo," ujar Arhand memberikan tangannya untuk mengandeng istrinya.
Mereka berjalan mendekati pemilik pesta. "Tuan Blanco, selamat atas Anniversary pernikahan Anda," ujar Arhand datar pada Tuan Smith.
Tuan Smith menjabat tangan Arhand. "Terima kasih, Tuan Blanco."
"Kamu terlihat sangat cantik, Nak. Siapa namamu?" tanya Nyonya Smith pada Maira.
"Khumaira, Nyonya. Selamat atas Anniversary pernikahan Anda," ujar Maira sopan lalu memberikan buah tangannya yang ia bawah.
Nyonya menerima buah tabgan Maira. "Terima kasih, Sayang," ujarnya lalu memberikan bingkisan itu pada Maidnya.
"Kamu terlihat sangat cantik, Nak. Kamu mau gak menjadi menantu tante?" tanya salah satu teman Nyonya Smith.
"Hu," ujar Maira terkejut, bahkan ia sontak menatap wajah suaminya yang masih berekspresi datar.
"Kamu tenang saja anak tante juga sangat tampan, ia juga pekerja keras, pasti sangat cocok dengan mu," ujar wanita paruh bayah itu.
"Jangan mau, Nak. Kamu tau dia suka marah-marah, mending jadi menantu Tante saja putra Tante jauh lebih tampan, dan sangat pekerja keras, ia juga seorang dokter di rumah sakit ternama, dan yang paling penting Tante tidak suka- " ujar seorang wanita paruh bayah yang lainnya tapi ucapannya harus terpotong saat Arhand langsung menyerga ucapannya.
"Dia tidak akan menjadi istri seorang, karena dia adalah istriku, Nyonya Arhand Blanco," ujar Arhand datar.
Semua orang terbengong. "Ha," ujarnya mereka bersama. Tak lama setelah itu, kekeh teman-teman Nyonya Smith terdengar.
"Hahahaha ...Tuan muda Blanco bisa saja bercandanya," ujar wanita paruh bayah itu.
"Apanya yang bercanda?" tanya Arhand datar menatap wanita paruh bayah yang ada di depannya.
"Tuan Mudah Blanco memang terlihat tampan, tapi tidak mungkin gadis cantik ini istrimu. Liatlah dia begitu cantik, bersinar, lembut, dan sangat anggung," ujarnya wanita paruh bayah itu, mengeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum terkekeh.
Wajah Arhand seketika berubah dingin, melihat perubahan raut wajah suaminya, Maira menahan lengan suaminya "Kami permisi dulu," pamit pada semua orang.
"Iya, Sayang. Nikmati pestanya, ya," ujar Nyonya Smith.
"Terima kasih, Nyonya Smith," balas Maira tak lupa dengan senyum manisnya.
Maira berjalan ke arah salah satu meja agar bisa duduk, namun langkahnya harus terhenti saat seseorang memanggilnya.
"Aunty Cantikkk."
Maira menoleh ke samping dan melihat Rian berlari kecil ke arahnya. "Eh, Rian."
"Aunty, Lian kangen sama Aunty Cantik," ujar Rian memeluk erat kaki Maira.
Maira menyamakan tingginya. "Really?"
Rian mengangukkan kepalanya. "Iya."
"Hai, Tuan Blanco," sapa Azlan namun Arhand tak menghiraukannya, hanya menampilkan wajah datarnya itu.
"Hai, Maira," sapa Azlan pada Maira.
Maira kembali berdiri. "Hai, Tuan Dirga," sapa Maira balik sembari tersenyum.
"Senang bertemu kembali," ujar Azlan lagi.
Maira mengangguk kecil. "Terima kasih."
"Boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Azlan pada Maira.
"Ya, silahkan, Tuan Dirga. Mau tanya apa?" tanya Maira tersenyum.
Sedangkan Arhand yang melihat interaksi itu tak tau kenapa dadanya semakin naik turun, terasa sesak.
"Anda terlihat sangat cantik malam ini. Bahkan ke datangan Anda membuat suasana pesta ricu dengan pujian untuk Anda," ujar Azlan dengan jujur.
Maira menunduk tersipu malu. "Alhamdulillah. Terima kasih, Tuan Dirga," ujarnya kembali menegakkan kepalnya tapi wajahnya tak bisa menyembunyikan rona merahnya, yang semakin membuatnya terlihat sangat cantik.
"Auh, Mas," rintihnya saat pergelangan tangannya di tarik paksa Arhand pergi dari sana.
#continue ...
Hai Readers, coba tebak kenapa dada Arhand terasa sesak?, Bukankah dia tidak mencintai istrinya?, Kenapa dia merasa marah.
jawab di kolom komentar.
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
crazy up Thor
kepo nih sama qesya