Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.
Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.
"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.
"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.
Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?
Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
salam anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Bertemu Seseorang
Setelah kepergian suaminya, Hana lantas masuk kembali ke dalam rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Namun, tak berapa lama tiba-tiba ibu mertuanya datang. Mamah Saras melipat kedua tangannya di depan dada lalu berkata.
"Nanti siang teman-teman arisan Mamah mau datang. Beli kue sana!" Menyuruh tapi dengan nada angkuh.
Sontak saja Hana langsung mengalihkan pandangan. Dia mengelap tangannya yang basah di sisi daster, karena dia baru saja selesai mencuci piring bekas mereka sarapan.
"Di tempat biasa kan, Mah?" tanya Hana dengan hati-hati. Karena biasanya Mamah Saras suka membentaknya.
"Iya, memangnya di mana lagi? Kamu kan sudah tahu toko kue langganan Mamah." Baru saja bergumam dalam hati, Hana sudah kena semprot. "Jangan lupa buahnya juga sekalian. Pilih yang masih segar."
"Baik, Mah. Nanti aku belikan, aku lanjutkan pekerjaanku dulu ya," balas Hana tanpa ikut meninggikan suaranya.
"Hem ..." Hanya suara itu yang keluar dari mulut Mamah Saras, lalu kembali meninggalkan menantunya itu.
Setelah semuanya beres, Hana langsung membersihkan tubuhnya. Dia sedikit berdandan dengan menggunakan bedak dan lipstik, agar tidak terlalu pucat.
Hana keluar dari kamar sambil memesan taksi online. Tak lupa dia juga menghampiri ibu mertuanya lebih dulu, untuk meminta uang.
Karena harga kue yang biasa dibeli oleh Mamah Saras harganya cukup mahal. Maklum ibu mertuanya adalah kaum sosialita.
Jadi dia tidak akan mungkin menyuguhkan makanan murah. Semuanya harus serba mewah. Bisa turun harga dirinya andai kalah dengan yang lain.
"Mah," panggil Hana pada Mamah Saras yang sedang menonton TV.
"Hem ..."
Lagi-lagi hanya itu sahutan yang Hana dapatkan.
"Eum, Mamah butuh berapa macam kue?" tanyanya, berharap sang ibu mertua mengerti tanpa harus dia meminta.
Mamah Saras nampak berpikir sesaat.
"Ya, beli saja lima. Masing-masing dua bungkus ya, soalnya teman-teman Mamah itu kan banyak."
"Baik, Mah."
Hana lantas menunggu Mamah Saras memberikan dia uang. Namun, sampai beberapa menit berlalu, ibu mertuanya itu tetap diam.
Hingga tiba-tiba Mamah Saras melirik sinis. "Kenapa masih di sini?"
"Mah, kue itu kan cukup mahal. Tidak mungkin kan pakai uangku semua," jawab Hana dengan menundukkan kepala. "Boleh tidak kalau separuhnya pakai uang Mamah?"
Mendengar itu tentu saja Mamah Saras langsung memelototkan matanya. Bahkan dia bangkit dari duduk dan siap memaki Hana yang dipikirnya pelit dan kikir.
"Kamu ini jadi menantu pelit sekali. Pakai uang yang ada di ATM-mu, kan kamu yang pegang semua uang Heri!" bentaknya.
"Tapi Mamah kan juga dikasih," lirih Hana.
"Astaga, jadi kamu mau hitung-hitungan dengan orang yang sudah melahirkan suamimu? Apa kamu tidak tahu semua uang yang Heri berikan tidak bisa membayar rasa sakitku saat melahirkannya, menyusuinya dan juga membesarkannya. Oh iya, kamu seperti ini karena kamu tidak punya anak, makanya pikiranmu tidak sampai ke sana!" cerocos Mamah Saras dengan makian yang selalu mematahkan hati Hana.
Hana menelan ludahnya susah payah, seharusnya dia sudah tahu harus apa. Kenapa dia masih saja mengikuti kerealistisan otaknya?
"Iya, Mah, iya, aku minta maaf. Kalau begitu biar aku yang beli dan pakai uangku," jawab Hana mengalah, dari pada berujung pertengkaran. Yang ada Mamah Saras akan mengadu pada suaminya.
"Nah, begitu dong. Jadi menantu itu setidaknya yang bisa diandalkan. Sudah tidak bekerja, mau-maunya menguasai harta suami!"
Telinga Hana terasa begitu panas jika terus berada di sini, jadi dia cepat-cepat untuk kabur.
"Ya sudah, kalau begitu Hana pamit, taksinya sudah menunggu di depan."
Hana mencoba meraih tangan Mamah Saras, lalu menyaliminya. Karena walau bagaimanapun, dia ingin menjadi menantu yang baik. Karena dia yakin, apa yang dia lakukan akan dibalas oleh Tuhan. Semua ada catatannya.
Wanita cantik itu lantas berjalan keluar rumah. Sementara Mamah Saras hanya menatap dengan senyum sinis.
"Pura-pura kuat saja terus. Aku pastikan suatu saat Heri menendangmu dari rumah ini!"
*
*
*
Setelah menghabiskan waktu setengah jam lebih di perjalanan akhirnya Hana sampai di toko kue langganan ibu mertuanya.
Dia memilih lima macam kue dan membelinya masing-masing dua. Seperti yang diminta oleh Mamah Saras.
Tak berlama-lama Hana langsung melangkah ke arah kasir dengan membawa barang belanjaannya.
"Ada tambahan, Nyonya?" tanya sang kasir sambil tersenyum ramah.
"Itu saja, Mbak," jawab Hana sambil mengeluarkan kartu ATM.
"Baik, totalnya jadi 2.150.000. Dan karena Nyonya membeli 10 kue sekaligus, Nyonya mendapatkan satu kotak mini cake gratis ya," kata kasir, mengambilkan satu cake dan memasukkannya ke barang belanjaan Hana.
Hana pun menanggapinya dengan senyum dan anggukan kepala. Tidak apa-apa lah uang belanjanya jadi berkurang, semoga saja dengan begitu rezeki suaminya jadi bertambah semakin banyak.
"Terima kasih, Mbak," ucap Hana saat menerima paper bag.
"Sama-sama, Nyonya, jangan lupa datang lagi."
Hana segera berjalan keluar, tetapi seseorang yang sedang sibuk dengan ponselnya tak sengaja menyenggol bahu Hana dan membuat wanita itu terhuyung. Beruntung dia langsung dipegangi dan kuenya tidak sampai jatuh ke lantai.
"Astaga, maaf—" Setelah menegakan tubuh dia langsung melepaskan genggaman tangannya, dan begitu melihat wajah Hana dengan seksama, dia merasa tidak asing. "Hana ...." Lirihnya yang membuat wanita itu segera mengangkat pandangan. Meski suara itu kecil, tapi Hana masih mampu mendengarnya jelas.
"Maaf, kamu siapa? Kenapa bisa mengenalku?" tanya Hana dengan wajah kebingungan.
Satu yang pria itu sadari, kalau Hana tidak mengenalinya. Alhasil dia pun langsung menggeleng pelan.
"Oh aku sepertinya salah orang. Tapi kebetulan sekali ya, namamu juga Hana," katanya dengan cepat. Hana menautkan kedua alisnya, merasa aneh dengan pria yang ada di depannya. Namun, tak ingin banyak berpikir dan membuang waktu, akhirnya wanita itu langsung mengiyakan saja.
"Kalau begitu saya duluan, permisi," ujar Hana. Dia segera membungkukkan badan dan berlalu pergi. Begitu juga dengan pria itu yang melanjutkan langkah untuk membeli kue kesukaan ibunya, tetapi beberapa kali dia menoleh ke belakang dan melihat Hana yang semakin jauh dari pandangan.
🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃
liat Hana d'jadikan istri oleh El...
dan kejang² pas tau klo El pemilik perusahaan...
dan saat itu terjadi., Aku akan mentertawaknmu layangan
wah ini berita bagus untuk nya bukan kah dia msh mengharap kan Hana 🤭
selamat hari Raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin untuk semua readers dan othor kesayangan Nita mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰🤗
Bagus han? aku suka gaya eloo...pokoknya siapapun yang berani nyakitin kamu, bls han? lawan..jangan pernah diam saja dan mempersilahkan orang lain menginjak-injak harga dirimu.
makasih ya thor masih nyempatin buat up😁
dan buat nyonya sarah kita tunggu reaksi mu saat tau menantu yg di inginkan tak sebaik menantu yg kau sia"kan 😅😅