Pada hari pernikahannya, Naiya dengan kesadaran penuh membantu calon suaminya untuk kabur agar pria itu bisa bertemu dengan kekasihnya. Selain karena suatu alasan, wanita dua puluh lima tahun itu juga sadar bahwa pria yang dicintainya itu tidak ditakdirkan untuknya.
Naiya mengira bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencananya. Namun siapa sangka bahwa keputusannya untuk membantu calon suaminya kabur malam itu malah membuatnya harus menikah dengan calon kakak iparnya sendiri.
Tanpa Naiya ketahui, calon kakak iparnya ternyata memiliki alasan kuat sehingga bersedia menggantikan adiknya sebagai mempelai pria. Dan dari sinilah kisah cinta dan kehidupan pernikahan yang tak pernah Naiya bayangkan sebelumnya akan terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roseraphine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Bercerai
Ketiga orang yang sedang menikmati makanannya tersebut sontak menoleh ke arah suara di mana Shaka sedang berdiri dengan tatapan heran karena melihat keberadaan papanya.
"Pulang juga kamu akhirnya," ucap Andra.
"Papa ngapain di sini?" ujar Shaka dengan langkah yang mendekati meja makan.
"Kok kamu tanya begitu? Memangnya papa gak boleh datang ke rumah anak sendiri?"
Shaka hanya memutar bola matanya malas kemudian menjatuhkan bokongnya di kursi yang tepat berada di sebelah Naiya.
"Gak biasanya aja," sahut Shaka cuek. Sejak ia pindah dan memiliki rumah sendiri, papanya itu jarang datang ke sini. Mungkin bisa dihitung dengan jari. Tapi baguslah. Karena Shaka juga berniat membicarakan sesuatu dengan papanya itu.
Bi Nur yang sejak tadi memperhatikan interaksi ayah dan anak yang kurang baik tersebut mencoba memperbaiki suasana.
"Nak Shaka pasti lapar kan? Mau makan apa? Sini Bibi ambilkan."
"Terserah, Bi. Yang penting jangan ayam."
Sedangkan Naiya sejak tadi hanya diam. Selain bingung harus bersikap bagaimana, ia juga merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Kulitnya terasa gatal dan entah sejak kapan muncul ruam kemerahan.
"Kenapa Naiya?" tanya Andra yang pertama kali menyadari ada yang aneh dengan menantunya itu.
"Gak tau, Pa. Badan Naiya gatal semua," ucap Naiya sambil mulai menggaruk tubuhnya yang terasa gatal.
"Kok bisa seperti ini? Kamu alergi ayam, ya?" tanya Andra ketika melihat piring Naiya yang berisi tulang ayam goreng.
Naiya menggelengkan kepalanya. "Nggak, Pa."
"Biar Bibi ambilkan minyak sama obat dulu sebentar," ucap Bi Nur yang untungnya langsung tanggap.
"Jangan digaruk! Nanti lecet," cetus Shaka tiba-tiba dengan menahan tangan Naiya yang ingin menggaruk tubuhnya lebih keras lagi.
"Tapi ini gatal, Kak," ringis Naiya dengan matanya yang sudah berair. Rasanya sungguh tidak nyaman.
"Tahan dulu sebentar!"
Andra hanya diam membisu dengan kedua matanya yang melihat Shaka dan Naiya secara bergantian. Sebuah memori tiba-tiba muncul di kepalanya. Membuat pria paruh baya tersebut merasa kembali ke masa lalu. Dua orang di hadapannya ini benar-benar mengingatkan dirinya bersama dengan seorang wanita yang ia cintai.
Kejadiannya pun juga sama persis. Jantungnya berdebar kencang memikirkan sebuah dugaan yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
-o0o-
"Apa yang mau kamu bicarakan, Shaka?"
Pertanyaan yang keluar dari mulut Andra itu membuat Shaka menatap serius wajah papanya. Setelah mengantarkan Naiya ke kamar untuk beristirahat, atas perintah papanya tentunya, pria itu kembali ke bawah dan melihat Andra yang bersiap untuk pulang.
Shaka dengan cepat menahan Andra agar tidak pergi dahulu. Ada sesuatu yang harus ia sampaikan. Sesuatu yang menurutnya serius dan telah Shaka pikirkan matang-matang saat perjalanan pulang tadi.
"Shaka ingin bercerai," jawab Shaka tanpa ragu.
"Jangan main-main kamu, Shaka! Bisa-bisanya kamu berpikir untuk bercerai?" tanya Andra setengah emosi. Pria paruh baya tersebut bahkan memijat pelipisnya pelan mendengar ucapan Shaka. Bisa-bisanya anaknya itu ingin bercerai di saat usia pernikahannya masih seumur jagung.
"Kenapa tidak bisa? Dari awal Shaka tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Jadi wajar jika Shaka ingin bercerai!" sahut Shaka bersikukuh. Pernikahan ini adalah sebuah paksaan untuknya. Jadi ia tak ingin melanjutkannya lebih lama.
"Kenapa tiba-tiba? Papa kira hubungan kamu dengan Naiya mulai ada perkembangan," ucap Andra. Melihat interaksi anak dan menantunya tadi membuat dirinya lega karena mengira sudah tumbuh benih-benih cinta di antara mereka.
"Gak ada, Pa! Kita gak cocok, dan Shaka gak mungkin bisa cinta sama wanita itu sampai kapan pun!" ucap Shaka dengan penuh keyakinan.
Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi Naiya mendengar semua yang dibicarakan oleh Shaka dan juga papa mertuanya. Wanita itu tadinya ingin pergi ke dapur untuk mengambil minum karena tenggorokannya haus, namun saat melewati living room, ia tak sengaja mendengar Shaka mengucapkan kata cerai. Karena penasaran, Naiya memilih untuk berhenti sebentar dan mendengarkan sejenak apa yang dibicarakan oleh anak dan ayah tersebut.
"Gak mungkin, ya?" lirih Naiya. Seharusnya ia biasa saja mendengar kalimat yang diucapkan Shaka barusan. Namun, entah kenapa rasanya ada perasaan sedih yang hinggap di hatinya. Pria itu menegaskan seolah-olah sampai kapan pun tak akan bisa mencintai dirinya.
"Kenapa sakit sekali? Apa jangan-jangan aku punya perasaan sama Kak Shaka?" gumam Naiya lalu menggelengkan kepalanya. Tidak. Ia tidak boleh memiliki perasaan apapun kepada Shaka. Apalagi sampai mencintai pria itu.
"Jaga ucapan kamu, Shaka! Memangnya kamu siapa bisa bilang tidak mungkin? Tuhan bisa membolak-balikan hati manusia kapan saja," balas Andra menanggapi kata-kata Shaka yang menurutnya terlalu angkuh.
"Terserah kata Papa! Tapi Papa harus ingat jika sejak dulu aku cuma cinta sama Vira. Perasaanku gak pernah berubah!" tegas Shaka.
"Tapi wanita yang kamu cintai itu udah jadi milik adik kamu. Sampai kapan ka-"
"Azka sama Vira udah putus."
Andra terkejut bukan main mendengar ucapan Shaka tersebut. Tak dipungkiri hatinya merasa lega luar biasa mendengar jika anak bungsunya terbebas dari wanita ular itu. Namun sepertinya ia mulai paham mengapa Shaka tiba-tiba ingin bercerai.
"Jadi keinginan kamu untuk bercerai itu ada sangkut pautnya sama putusnya hubungan adik kamu sama wanita itu?" tanya Andra mulai menebak pemikiran Shaka.
"Papa mau aku jujur?" tanya Shaka.
Andra diam tak menjawab. Ia hanya menaikkan sala satu alisnya seolah menyuruh Shaka untuk berkata jujur.
"Papa seharusnya udah tahu. Aku rela menerima pernikahan ini, rela menggantikan Azka, itu semua aku lakukan untuk kebahagiaan Vira, Pa! Satu lagi, aku juga minta papa buat merestui hubungan mereka dengan rela mengorbankan diri aku sendiri, itu juga untuk kebahagiaan Vira. Dan sekarang aku gak mau merelakan kesempatan buat hidup bersama orang yang aku cintai!" ucap Shaka.
Naiya yang masih setia mendengarkan percakapan kedua orang itu semakin merasa sedih. Dirinya sudah mencoba untuk biasa saja dan yakin bahwa tak memiliki perasaan apapun kepada Shaka. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Hatinya malah tambah sakit mendengar ucapan Shaka.
Vira memang benar-benar beruntung bisa dicintai sebegitu hebatnya oleh Shaka. Jika itu dirinya, ia pasti merasa sangat bahagia. Selama ini, jika ada orang yang bersikap baik dengannya saja, ia sudah sangat bersyukur. Apalagi dicintai dengan hebat seperti itu.
Tak ingin mendengar hal yang lebih sakit lagi, Naiya memilih untuk beranjak dari sana. Sepertinya setelah ini ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi takdir tuhan yang entah akan membawanya kemana.
Sedangkan Andra hanya menghela napas berat mendengar ucapan putranya. Sepertinya setelah ini akan lebih sulit untuk menarik Shaka dari hasutan wanita gila harta itu. Tak dipungkiri, putra sulungnya ini lebih keras kepala daripada Azka.
Namun Andra kembali teringat oleh dugaannya beberapa saat yang lalu ketika Naiya terkena alergi. Ia harus memastikan sesuatu untuk meyakinkan apakah dugaan dan kemungkinan yang terbesit di kepalanya bukanlah angan-angan semata.
"Papa akan izinkan kamu bercerai dengan Naiya jika selama ini kamu tidak pernah menyentuh istri kamu sama sekali."
Shaka terdiam membisu. Bingung harus bereaksi bagaimana. Kenyataannya ia telah beberapa kali menyentuh Naiya tanpa perasaan. Namun disisi lain ia ingin segera bercerai dengan wanita tersebut. Memang apa salahnya juga dia menyentuh Naiya jika masih berstatus suami istri. Mereka halal bukan?
"Gak! Shaka gak pernah menyentuh dia sedikit pun," ucap Shaka yang tentunya adalah sebuah kebohongan.
Andra tak percaya begitu saja. Apalagi ia melihat setitik keraguan di mata Shaka saat mengucapkan kalimat tersebut.
"Papa gak akan percaya begitu saja. Papa juga harus bertanya kepada Naiya untuk memastikan ucapan kamu itu benar atau tidak."
"Tunggu, Pa!"
Shaka menahan papanya yang ingin beranjak dari sana untuk menemui Naiya. Bisa gawat jika Naiya mengatakan yang sebenernya.
"Dia tidur, Pa. Jangan diganggu dulu," ucap Shaka mencoba mencari alasan.
Ucapan anaknya itu ada benarnya juga. Apalagi menantunya itu sedang sakit.
"Kalau begitu besok pagi papa akan datang ke sini lagi buat memastikan dan bertanya langsung kepada Naiya. Awas saja kalau kamu bohong!" ancam Andra.
"Oke. Papa datang aja ke sini besok," jawab Shaka berusaha santai. Walaupun sebenarnya ia sedikit khawatir jika kebohongannya akan diketahui oleh papanya.
-o0o-
Satu kata buat Shaka? Kwwkkwkw
.
.
To be continued
jgn kasih balikan lah mereka.... klo kelak busuknya vira trungkap....
jgn smpe kelak... saat busuknya vira trungkap.... km bru mncari naya...
krna g adil buat naya... hnya km jdikn serep🙄🙄