Briana Micella mendadak menjadi seorang MUA (Make Up Artist) idola para model, artis maupun istri pejabat di negaranya. Bukan tanpa alasan Briana menjadi idola, sebelumnya dia terpaksa menggantikan ibunya yang juga berprofesi sebagai MUA senior profesional yang sedang sakit. Banyak sekali kejutan-kejutan menghampiri Briana di saat dia sedang melakukan tugasnya. Termasuk mendapat seorang klien model terkenal, mirisnya model itu adalah calon istri dari masa lalunya yang belum usai; Nevan Xaquil, mantan kekasih Briana saat duduk di bangku SMA.
Akankah Briana goyah kembali setelah Nevan datang kembali di kehidupannya ? Sanggupkah Briana bekerja secara profesional jika selalu berhubungan dengan masa lalunya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sage Green92, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.
Aisha dan Steven tengah duduk menikmati santapan malamnya di ruang tengah. Beberapa menit kemudian, Briana turun dengan wajah datar. Mukanya ditekuk ketika melihat wajah ibunya.
“Makan, Na.”
“Nggak laper,” jawab Briana datar.
Dia lalu menyalakan macbook-nya dan berlalu membuka kantor MUA Aisha. Dia lebih nyaman di dalam sana sambil belajar teknik MUA baru. Briana sendiri berniat untuk meneruskan studinya keluar negeri. Tetapi, oleh Aisha saat itu dilarang.
Krek!
Aisha mengikuti Briana, sambil membawa piring berisi nasi dan beberapa lauk pauk. Wanita cantik itu selalu memastikan putrinya untuk selalu makan tepat waktu.
“Makan, Na.”
Aisha meletakkan piring itu di meja kerja Briana. Nampak tak ada respon dari mulut gadis itu.
“Ada apa ?” tanya Aisha khawatir.
Plek!
Briana menutup mackbook-nya dan menatap sendu ibunya. “Mama bohong ya ?”
Aisha mengernyitkan dahinya tak mengerti. Tiba-tiba putrinya menuduh dirinya berbohong. Tentang apa ? Dia rasa Aisha tak pernah sekalipun berbohong kepadanya selama ini.
“Mama bohong tentang ap—”
“Mah, mamah tahu kan tanggal 27 itu makeup-in tante Mecca buat acara tunangannya Nevan ?” potong Briana dengan nada menyesal.
Raut Aisha lalu berubah datar. “Ah, itu karena mama nggak mau bikin kamu kecewa aja.”
“Harusnya mamah jujur, lagian Briana udah move on kok.”
Aisha berdecih. “Kamu yakin udah move on. Dua bulan lagi Nevan mau married.”
Deg! Secepat itukah, batin Briana. Diapun lalu kembali meyakinkan hatinya kembali. Dia bersikukuh yakin jika dia sudah move on.
“Ya ... Yakin Mah, Briana malah juga seneng kalo Kak Nevan bahagia.”
Senyum palsu itu berhasil ditangkap sempurna oleh sang mama.Dia sangat yakin bahwa putrinya itu belum bisa move on. Sedangkan Briana, berusaha menyembunyikan sedikit rasa sesak di dadanya itu dengan membuka mackbook-nya kembali.
“Syukurlah kalau begitu, jangan lupa makan. Mama mau nyuci piring dulu.”
Setelah Aisha pergi, Briana berusaha membulatkan matanya dengan sempurna. Menonton channel MUA luar negeri favoritnya. Dia berusaha fokus, tapi nyatanya gagal. Otaknya sedang berada pada mode oon.
Plek!
Briana akhirnya memutuskan untuk menutup mackbook-nya. Sialan! Bahunya meluruh bersandar di kursi kerjanya. Susah payah Briana melupakan Nevan selama 6 tahun ini. Dia akhirnya datang dan akan segera menikah ? Entah mengapa hati Briana terasa nyeri. Ya, meskipun di mulut bilangnya move on.
Apakah ini namanya yang namanya disapa mantan sekali, langsung gagal move on ?! Briana menggelengkan kepalanya. Tak mungkin dia selemah itu.
...****...
“Selamat Pagi,” sapa Aisha kepada Nabila, Elsa. Ada satu yang kurang, Briana.
“Briana belum kesini, tapi kok leptopnya disini ya ?”
Nabila dan Elsa tak menjawab, mereka berdua juga tidak tahu Briana dimana. Aisha khawatir, sebab, malam itu putrinya tidak pulang kerumah. Mungkin dia tidur di dalam kantornya ? Tapi, batang hidung anak itu tidak ada. Aisha membuka kamar yang letaknya tak jauh dari meja kerja Aisha. Tetapi, kosong.
“Dari tadi saya sama Kak Nabila nggak lihat Kak Briana, Nyonya,” ujar Elsa lemah lembut.
“Briana nggak pulang semalem. Barangkali kalian tahu.”
Nabila membelalakkan matanya, “Serius, Nyonya ?! Udah dihubungin ponselnya ?”
Aisha menggeleng lemah, “Ponselnya mati. Ibu sama bapak lagi nyari-nyari, kamarnya juga kosong.”
Kira-kira dimana ya Briana ? Diculik mantan ? Diculik gebetan ? Entahlah.
Krek!
“Guten Morgen!” sapa suara seorang gadis dari arah pintu masuk depan.
Bug!
Sebuah bantal melayang tepat di wajah Briana.
“Kamu dari mana aja sih ?! Mama cari-cari kamu dari tadi.”
Briana meringis getir. Malam itu, dia memutuskan untuk menginap di rumah Caca. Pikirannya terasa kosong. Dia menumpahkan segala isi hatinya kepada sahabatnya itu.
...****...
“Gue nggak papa kan nginep disini, Ca ?”
“Lo tenang aja, lo udah dianggep kayak anak sendiri sama nyokap gue,” sahut Caca merasa senang karena tidurnya ada teman. Biasanya Caca melewati malamnya sendirian. Duh, Caca ingin segera menikah dengan Eric supaya setiap malam ada yang mendekapnya erat.
“Ada masalah sama nyokap ?”
Caca seperti cenayang. Tanpa Briana memberi tahu, gadis itu selalu mengerti masalah Briana.
“Ca, lo bakal marah sama gue nggak kalo gue jujur ?”
Caca menggeleng. Malam itu mereka berdua ngobrol santai di kamar sampai tengah malam. “Jadi, lo selama ini ragu-ragu. Trus gara-gara ketemu Nevan bentar lo udah nyimpulin kalo gagal moveon gitu ?”
Briana mengangguk lesu. “Gue bucin banget dulu kalo dipikir-pikir. Hubungan kita udah .....”
“Jangan diingat-ingat lagi, itu udah masa lalu. Yang penting lo sekarang fokus sama kerjaan lo! Berusaha jadi diri lo yang terbaik, lupain dia Na.”
Kacamata Briana mendadak berkabut karena sedang menangis. Rupanya setelah 6 tahun hatinya belum benar-benar sembuh dari luka yang dibuat karena Nevan. Bahkan, sekarang bayangan wajah Nevan sedang berputar-putar di dalam otaknya. Senyuman Nevan, suara Nevan, tubuh Nevan semuanya Briana rindukan. Fix, Briana gagal moveon! Briana tidak akan pernah lupa saat dulu Nevan sering mengekangnya. Dengan alasan cinta.
“Inget dia itu Nevan, yang nggak segan buat hancurin perasaan lo lagi,” ujar Caca memperingatkan Briana.
Setelah sesi curhat sampai tengah malam, mereka berdua memutuskan untuk segera tidur. Karena besok pagi, Caca harus berangkat kerja. Tempat kerja Caca lumayan jauh dari rumah.
...****...
“Yang, jemput ya. Mobil aku lagi di bengkel,” kata Caca kepada seseorang di seberang telfon.
Klik
“Gue pulang dulu, ntar dicariin sama nyokap bokap.”
“Lagian lo sih pake acara kabur. Jadi kelihatan kan lo gagal move on nya ?” kata Caca mengejek Briana.
Briana mencebikkan bibirnya. Tak butuh waktu lama untuk Eric menjemput Caca di rumahnya. Eric sudah tiba di depan rumah kekasihnya itu.
“Lo ngapain Bri disini ?” tanya Eric yang sudah berdiri di depan pagar rumah Caca.
“Menurut lo ?!”
“Dia nginep di rumah yang semalem. Kasihan
soalnya dia—”
Plak!
“Sori ada nyamuk di lengan lo!” potong Briana hingga memukul lengan Caca.
Caca mendengus kasar. “Lo serius mo naik ojol ?”
“Jangan khawatirin gue, buruan naik ntar Kak Eric ngamuk.”
Eric kemudian menatap wajah Briana yang sedikit sembab. “Gue suruh Reno ya buat jemput. Bentar lo nggak boleh nolak!”
Caca otomatis bersorak gembira! Kurang apa coba Reno, baik hati, ganteng, penyabar. Mata Briana sudah empat, tapi yang dilihat hanya Nevan.
“Eh nggak usah! Udah pesen ojol kok.”
Grep! Ponsel Briana dirampas cepat oleh Caca. Briana sudah gelagapan ketika ponselnya direbut paksa oleh Caca.
“Bohong, belom pesen ojol. Yang buruan telfon kak Reno udah sampe mana katanya tadi udah otw kan ?”
“Dia udah deket kok. Kamu emang beneran calon istriku yang pintar.”
“Jadi, lo ngadu ke cowok lo ini kalo gue nginep disini ?!”
“Gue cuma pura-pura.”
Dasar pasangan kekasih absurd. Mereka bersandiwara rupanya. Sialan! Briana ingin kabur saja dari pada bertemu dengan Reno dengan penampilan acak-acakan seperti ini.
“Tuh orangnya!” seru Caca semangat 45.
Beberapa detik kemudian, Reno turun dari rubiconnya. Wajah tampannya sontak menyihir wajah Briana yang kusut menjadi lebih bersinar. Pagi-pagi dapat asupan vitamin siapa yang tidak menolak.
“Ehem, Kak Reno Briana lagi sedih. Tolong banget dihibur, dan dianterin pulang,” kata Caca beringsut meninggalkan Briana dan Reno berdua saja. Kemudian masuk ke dalam mobil Eric.
“Bro, gue bisa jaga rahasia kok! Semoga lancar ya!” timpal Eric lalu buru-buru masuk ke dalam mobilnya.
“Gue berangkat dulu ya, Na! I love you!” sahut Caca perlahan pergi bersama Eric meninggalkannya.
Sekarang hanya ada Reno dan Briana di depan pagar rumah Caca. Tak ada kalimat atau sebuah kata yang bisa Briana keluarkan. Ia sendiri tidak tahu, situasi macam apa ini sebenarnya.
“Jadi, kamu mau diem disini sampai kapan ?” tanya Reno dengan suara berat dan seraknya.
Wajah Briana mendadak terasa panas. Perasaannya seperti gado-gado. Campur aduk. Kak Reno sangat berubah seratus persen derajat dibanding ketika saat dulu di sekolah. Dulu memandang wajah Briana saja tak berani, apa lagi sampai menyapa Briana. Yang ada, mukanya pasti hancur lebur dibogem oleh Nevan. Namun, sekarang ? Reno sudah tak peduli, Nevan juga akan menikah. Briana juga jomblo. Kesempatan tidak datang dua kali kan ?
Jangan lupa subscribe supaya kalau aku update bisa kelihatan di kakak. ☺😘