Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengorbanan Vania
Satu bulan berlalu setelah kejadian itu Vania tidak bisa pergi kemana mana. Ia di kurung oleh Gavin di dalam rumahnya. Bahkan Sandia tidak berani mendekati Vania. Bukan karena Sandia takut di hukum tapi Gavin mengancam akan menyiksa Vania dengan kejam.
Saat ini Vania duduk di tepi ranjang memainkan tangannya sendiri dengan perasaan cemas.
" Sudah satu bulan aku tidak mengunjungi mama, mama pasti menungguku, aku yakin mama juga tidak makan dengan baik, kasihan mama... Ya Tuhan bantu aku meluluhkan Mas Gavin supaya dia membebaskan aku lagi." Monolog Vania.
Ceklek...
Vania menoleh ke arah pintu, ia mengerutkan keningnya menatap Gavin yang berjalan ke arahnya.
" Mas kamu sudah pulang?" Vania menghampirinya.
" Siapkan baju ganti untuk beberapa hari ke dalam tas!" Titah Gavin.
" Kamu mau kemana Mas?" Tanya Vania.
" Kemanapun aku pergi bukan urusanmu! Dan jangan pernah campuri urusanku!" Sahut Gavin.
" Tapi Mas...
" Aku sudah bilang jangan urusi urusanku! Lakukan saja apa yang aku mau!" Bentak Gavin mendorong tubuh Vania hingga terjerembab di lantai.
" Maaf Mas." Vania segera beranjak melakukan apa yang Gavin mau.
Setelah selesai Gavin segera membawa tasnya keluar kamar. Vania mengikutinya dari belakang sampai ke teras.
Nampak seorang wanita cantik menunggu Gavin di depan mobil.
" Ayo Vin!" Ucapnya.
Gavin memberikan tasnya kepadanya lalu masuk ke kursi kemudi. Gavin segera melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya.
" Kemana Mas Gavin pergi? Dan siapa wanita itu? Apakah dia pacar Mas Gavin? Sandia... Aku akan tanya Sandia, siapa tahu dia tahu kemana perginya Mas Gavin." Vania masuk ke dalam menuju kamar Sandai.
Ceklek...
" Sandia." Vania menghampiri Sandia yang saat ini sedang menangis.
" Kakak hiks." Sandia memeluk Vania.
" Sandia ada apa? Kenapa kamu menangis?" Tanya Vania.
" Mama Kak... Mama masuk rumah sakit, kata dokter mama terkena penyakit gagal ginjal stadium akhir dan mama harus melakukan transplantasi ginjal, mama butuh donor ginjal Kak." Ucap Sandia.
" Apa?" Pekik Vania tidak percaya.
" Iya Kak, tolong bantu mencari donor ginjal untuk mama segera Kak! Karena mama harus secepatnya di operasi." Sandia mengusap air matanya.
" Aku akan membantumu, sekarang tenanglah dulu! Tenangkan hatimu!" Sahut Vania mengelus punggung Sandia.
" Di rumah sakit mana mama di rawat?" Tanya Vania.
" Rumah sakit sehat sentosa Kak." Sahut Sandia.
Vania menganggukkan kepalanya.
Siang hari tanpa sepengetahuan orang rumah, Vania pergi ke rumah sakit dimana nyonya Rindu di rawat. Diam diam ia menemui dokter yang menangani mertuanya.
" Apa anda serius Nona ingin mendonorkan ginjal anda untuk nyonya Rindu? Anda masih muda Nona, hidup anda masih panjang." Ucap dokter Anton.
" Saya serius Dok! Lakukan yang terbaik untuk mama mertua saya!" Ucap Vania.
" Baiklah Nona sebelum itu cek kesehatan anda terlebih dahulu!" Ujar dokter.
" Silahkan Dok!" Sahut Vania.
Vania melakukan cek kesehatan dan tes golongan darah. Entah kebetulan atau keajaiban, Vania memliki golongan darah yang sama dengan nyonya Rindu. Dan operasi transplantasi ginjal akan di lakukan malam nanti.
Vania keluar ruangan dan...
Deg...
Jantungnya berdetak kencang saat melihat Leon berdiri di depannya.
" Kenapa kamu lakukan ini?" Leon menatapnya.
" Me.. Melakukan apa Kak?" Vania pura pura tidak tahu.
" Kamu rela mendonorkan satu ginjalmu untuk ibu dari seorang pria yang telah menyiksamu selama ini, apa kau sama sekali tidak ada rasa dendam ataupun benci kepada Gavin?" Tanya Leon.
" Dia suamiku Kak, aku menerima dia apa adanya termasuk semua sikapnya kepadaku, karena Kak Leon sudah tahu semuanya aku mohon padamu Kak! Jangan beritahu Mas Gavin soal ini! Atau dia tidak akan menerimanya, saat ini mama sangat membutuhkan ginjal ku, tidak ada waktu untuk mencari pendonor lain Kak, aku mohon berjanjilah padaku!" Vania menatap Leon dengan penuh harap.
" Tapi Vania, Gavin harus tahu soal ini! Siapa tahu Gavin akan berubah jika tahu kau telah menyelamatkan mamanya." Ujar Leon.
" Semua ini belum jelas Kak, operasinya masih nanti malam, kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan kan? Aku mohon padamu Kak!" Vania mengatupkan kedua tangannya.
" Baiklah Vania, aku tidak akan memberitahu Gavin." Sahut Leon tidak tega menolak permintaan Vania.
" Terima kasih Kak." Ucap Vania.
" Aku tidak akan memberitahu Gavin, tapi ijinkan aku menemanimu setelah operasi nanti." Ucap Leon.
" Baik Kak, sebelumnya terima kasih." Sahut Vania.
" Sekarang kamu mau kemana?" Tanya Leon.
" Aku pulang dulu Kak, sebelum Mas Gavin melihatku di sini." Ujar Vania.
" Ayo aku antar!"
" Iya Kak."
Keduanya berjalan meninggalkan rumah sakit.
Di dalam ruangan dokter, Gavin sedang berbincang dengan dokter yang akan menangani operasi mamanya.
" Kami sudah menemukan pendonor yang akan mendonorkan ginjalnya untuk ibu anda Tuan." Ucap dokter Anton.
" Alhamdulillah, siapa orangnya Dok? Saya akan memberikan imbalan yang sangat banyak kepadanya." Ucap Gavin.
" Kalau soal itu maaf Tuan, kami tidak bisa memberitahu identitasnya karena pendonor sendiri tidak mau di ketahui identitasnya oleh siapapun, niatnya menolong ibu anda ikhlas Tuan, jadi pendonor tidak meminta imbalan apapun." Sahut dokter.
" Kenapa masih ada orang seperti itu Dok? Apa Dokter yakin tidak salah mendengar ucapannya?" Tanya Gavin memastikan.
" Tidak Tuan! Doakan saja operasinya berjalan dengan lancar, kami akan melakukan operasi itu nanti malam." Ucap dokter.
" Baiklah Dok saya akan berdoa semoga pendonor itu panjang umur dan hidup bahagia selamanya." Sahut Gavin.
Gavin keluar dari ruangan dokter dengan perasaan bahagia. Ia tidak menyangka akan mendapat pendonor secepat ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Operasi sedang berlangsung, kedua wanita beda usia terbaring di atas brankar dalam kondisi terbius. Operasi berlangsung selama tiga jam lamanya. Gavin menunggu di depan dengan Sandia.
" Sandia apakah operasinya akan berjalan lancar? Kenapa dari tadi belum selesai juga? Kakak takut mama dan pendonor itu kenapa napa." Gavin menatap Sandia.
" Sabar Kak! Pasti operasinya akan berjalan dengan lancar, mama akan sembuh Kak dan orang baik itu akan baik baik saja." Sahut Sandia.
Gavin menganggukkan kepalanya.
" Dimana Vania? Kenapa kau meninggalkannya sendiri? Kalau dia pergi gimana? Dia selalu pergi mencari keberadaan orang tuanya yang entah kemana." Ucap Gavin.
" Iya... Kemana Kak Vania ya? Sedari tadi aku tidak melihatnya di rumah, apa benar dia pergi dari rumah? Tapi kemana dia? Mama kan ada di sini? Atau jangan jangan.... " Batin Sandia.
" Sandia." Panggil Gavin.
" Eh tadi ada di rumah Kak." Sahut Sandia.
" Minta padanya mulai besok kirimkan makanan untuk Mama ke sini." Ucap Gavin.
" Iya Kak." Sahut Sandia.
Tak lama dokter keluar dari ruangan operasi.
" Bagaimana operasinya Dok?" Gavin menghampiri dokter.
" Operasinya berjalan dengan lancar Tuan, kondisi pasien dan pendonor juga stabil, kami akan memindahkan nyonya Rindu ke ruang rawat." Ujar dokter.
" Alhamdulillah." Ucap Sandia dan Gavin bersamaan.
" Terima kasih Dok." Ucap Gavin.
" Dok apakah saya boleh menemui orang yang sudah mendonorkan ginjalnya untuk mama? Saya ingin mengucapkan terima kasih padanya." Ujar Sandia.
" Iya Dok." Sahut Gavin.
" Maaf Nona, Tuan! Beliau tidak mau di temui." Sahut dokter membuat keduanya menghela nafas.
" Baiklah kalau begitu saya pamit dulu." Dokter meninggalkan mereka.
" Aku semakin yakin kalau kau yang ada di dalam sana Kak, sungguh besar pengorbananmu kepada kesembuhan mama Kak, semoga Kak Gavin segera menyadari kebaikanmu dan bisa menyayangimu seperti dia menyayangi kami Kak." Batin Sandia.
Jangan lupa like koment vote dan kasih🌹yang banyak buat author.
Terima kasih untuk readers yang selalu mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC....
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/