Gadis Desa Untuk Ceo

Sang pemilik mata berwarna coklat, menghampiri kedua insan yang tengah memadu kasih, setiap kali Edric dan juga Aira tengah merasakan debaran cinta. Sosok wanita bernama Dwinda datang mengacaukan interaksi antara keduanya.

Wanita berambut panjang berbody gitar sepayol tak suka dengan pemandangan yang mampu membuat kedua matanya perih dan sakit.

Bibir tebal mulai mengeluarkan beberapa patah kata, hatinya kacau saat Edric membuang muka," mm."

Aira mencoba melepaskan pelukan Edric yang semakin erat, "Kenapa setiap kali saya tengah asik berduaan dengan calon istri saya. Anda selalu hadir di depan mata kami berdua? "

Dwinda mencoba tetap tenang menghadapi ucapan yang terlontar dari anak tirinya, melipatkan kedua tangan tertawa pelan dan menjawab," Kamu ini bagaimana Edric, jelas jelas aku kan momimu, jadi .... "

"Cukup." Edric dengan lancarnya memotong pembicaraan sang ibu tiri, " jangan selalu bilang kamu ini momi saya. Asal kamu tahu momi saya itu adalah Maya, dia sudah meninggal dunia. Jadi tolong buang jauh jauh perkataan itu dari mulutmu, Dwinda. "

Wanita dengan bola mata bulat tentu saja kaget dengan perlawana dari anak tirinya, padahal anak muda yang baru menginjak 28 tahun itu tak pernah melawan, ia selalu diam tak pernah protes dengan apa yang dikatakan Dwinda.

"Edric, kamu berani melawan momi. Pastinya karena Gadis desa ini, kan. "

Dwinda menarik Aira dari pelukan Edric, membuat kemarahan diperlihatkan lagi oleh anak tirinya itu.

"Jangan pernah sentuh calon istriku, dia tak pantas jika diperlakukan tidak baik. Dengan wanita mur*han seperti kamu, " cecar Edric sedikit menghina wanita yang berada di hadapannya.

"Apa kamu bilang, saya wanita murahan. Jaga ucapan kamu Edric, Jangan pernah kamu berani menghina saya, " teriak Dwinda Julissa. Dengan kedua mata bulatnya, ia marah besar pada Edric tak terima dengan hinaanya.

"Jadi kamu marah, Nyonya Dwinda Julissa, seorang pelakor yang merusak kebahagian keluarga harmonis ini, " ucap Edric dengan lancang mengatakan bahwa Dwinda adalah seorang perebut kebahagian rumah tangga orang lain.

"Eh, kamu anak remaja tahu apa? Kamu jangan katain saya pelakor, jelas jelas ibumu itu mati, jika ibumu hidup pastinya kamu boleh menyebut saya seorang pelakor, " balas Dwinda. Ia seakan hilang kendali, emosinya semakin meluap. Menatap tajam ke arah Aira.

Semenjak datanganya gadis desa itu, Edric selalu membangkang dan melawan, karena biasanya dia lemah. " kamu pasti sudah mencuci otak Edric, agar dia melawan kepadaku. "

Tuduhan dilontarkan Dwinda di depan Edric untuk Aira, gadis pemilik rambut ikal ujungnya hanya bisa memperlihatkan wajah polosnya, ia tak mau jika keluguanya terlihat oleh Edric.

"Jangan gila kamu, Dwinda. Jelas jelas kamu adalah dalang ...."

" Dalang apa? " sosok pria bertubuh tegap dengan rambut berwarna putihnya menghampiri dan memotong pembicaraan anaknya begitu saja.

Edric hampir saja mengatakan semuanya, bisa-bisa ia melihat kematian sang ayah di depan matanya sendiri. karena ia tahu, jika ayahnya sendiri sudah lama mempunyai penyakit jantung, maka dari itu Edric berusaha menyimpan semua rahasia tentang penghianatan istrinya itu.

Dwinda, wanita yang berpura-pura mengobati Edric, padahal. Dia hanya ingin memuaskan hasratnya , untung saja Edric yang lumpuh tak berdaya, bisa menghindar dari godaan yang selalu diperbuat oleh ibu tirinya.

Apa jadinya nanti jika dia sampai tergoda dengan rayuan wanita Munafik seperti Dwinda, pastinya sang ayah akan kecewa, dan menganggap jika Edric adalah lelaki bej*d yang tega menggauli ibu tirinya.

Maka dari itu Edric, ingin segera menikah di usianya yang masih terbilang muda, Iya tak mau dihantui oleh godaan ibu tirinya, yang begitu cantik dan mempesona.

Siapapun lelaki yang melihat ibu tirinya tentulah akan tergoda, karena Dwinda sosok wanita pujaan para lelaki.

Edric dengan sengaja meminta pada ayahnya, mencari sosok wanita desa, bukan wanita kota. Karena ia takut jika wanita kota tak akan menerima keadaanya, takut jika hanya memanfaatkan harta dan tahta yang bersusah payah Edric bangun.

"Edric, Dadi bertanya padamu, kenapa kamu malah diam saja?"

Terlihat Dwinda begitu santai, ia seakan tak takut dengan penjelasan yang nanti akan dikatakan Edric, karena ia tahu jika Ellad sangat mencintai dirinya, selama ini Dwinda tak pernah terlihat menghianati suaminya.

Senyuman licik itu tergambar. Dari bibir tebal Dwinda, menatap tajam ke arah lelaki yang ingin ia rebut keperjakaanya. Apakah masih berpungsi?

Aira tak menyangka dengan keluarga Edric yang ternyata sangatlah kacau, ada suatu rahasia di sembunyikan lelaki berbadan kekar disampingnya.

Dan lagi Aira melihat seperti ada hubungannya dengan Dwinda. " kenapa aku curiga pada nenek sihir itu, jika mereka mempunyai hubungan kusus? Tapi jika ia, Edric tak akan semarah itu di depan Dwinda? " Gumam hati Aira.

Edric berusaha meredam kemarahanya, ia tak ingin ayahnya kenapa kenapa, karena hanya lelaki tua itulah keluarga satu satunya bagi Edric.

"Dad, tadi aku hanya kesal dengan istrimu itu. Karena dia terlalu ikut campur dengan aku dan Aira. "

Terlihat Dwinda memainkan dramanya, " aku begitu karena peduli pada anakmu. Merekakan belum menikah masa ia bermesraan. "

"Bermesraan." Tegas sang ayah seakan tak suka.

Aira tentu saja kesal dengan fitnah yang di lontarkan Dwinda kepada mereka berdua, hingga dimana Aira mencoba memperlihatkan kemampuanya.

" Ya ampun Nyonya maafkan saya, mungkin karena kita saling mencintai jadi kita hampir saja tergoda dengan nafsu. "

Deg ....

Mengerutkan dahi, Edric tak menyangka dengan apa yang dikatakan Aira, wajah polosnya memperlihatkan walau dia bukan wanita desa yang bodoh dan mudah di sakiti.

"Jadi, kalian sudah tak tahan ingin menikah. Jadi baiklah kalau begitu, acara yang tadinya dua hari lagi di gelar, besok akan segera di adakan." Ucap Ellad, berusaha mengerti dengan perasaan kedua insan yang ternyata baru bertemu langsung saling mencintai. Memang terdengar aneh, ya harus bagaimana lagi, namanya anak muda, Ellad memaklumi semuanya.

Sedangkan dengan Dwinda, ia tampak tak suka, kenapa bisa sampai seperti ini?

Mendengar pernikahan yang akan di gelar besok, tentu saja membuat Dwinda kesal.

"Apa yang harus aku lakukan, agar menggagalkan rencana mereka menikah. Padahal malam ini, aku akan menyusun rencana untuk membuat Aira pergi dari rumah ini. Sial, sial. "

Edric tersenyum senang, ia bisa menyingkir dari ibu tirinya yang selalu ingin membuat dirinya tergoda. Melihat Aira membuat Edric ingin lebih dalam mengenal sosok gadis desa yang terlihat polos di hadapanya, " Gadis polos seperti Aira membuat aku penasaran."

Aira hanya menundukkan wajah, ia tahu jika lelaki yang berada di sampingnya tengah memperhatikannya saat ini.

Ellad mulai menarik tangan Dwinda, untuk pergi dari hadapan Aira dan juga Edric. Mencoba tidak mengganggu asamara cinta yang tengah mereka rasakan.