Keberanian Dila, seorang gadis tunarungu yang menolong pria tua penuh luka, membawanya pada nasib cinta bagai Cinderella untuk seorang anak pungut sepertinya.
Tuduhan, makian, cacian pedas Ezra Qavi, CEO perusahaan jasa Architects terpandang, sang duda tampan nan angkuh yang terpaksa menikahinya. Tak serta merta menumbuhkan kebencian di hati Dilara Huwaida.
"Kapan suara itu melembut untukku?" batinnya luka meski telinga tak mendengar.
Mampukah Dila bertahan menjadi menantu mahkota? Akankah hadir sosok pria pelindung disekitarnya? Dan Apakah Dila mempunyai cerita masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Qiev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. ULAT KEKET
Apartemen Cheryl.
Pagi ini wanita cantik yang masih bergelung dalam selimut diatas ranjang king size miliknya, tidak mengetahui bahwa sang asisten baru saja menerima surat dari Pengadilan Agama bahwa pengajuan bandingnya ditolak.
Ini menandakan bahwa akta cerai akan segera terbit dan dirinya resmi menyandang gelar baru, seorang single figter.
Kriing.
Bunyi ponsel berdering beberapa kali. Tangannya menyembul malas dari balik selimut mencari keberadaan ponsel yang semalam dia lemparkan keatas kasurnya begitu saja.
"Halo," sapanya dengan suara malas masih mengantuk.
"Aku gak peduli gimana caranya kamu bisa mengambil perusahaan El Qavi yang dikelola oleh Ezra, anggap saja sebagai kompensasi selama menjadi istrinya satu tahun." Suara seorang pria diujung sana.
"Aku sudah mencobanya, namun hanya diberikan tunjangan lima belas milyar selama tiga bulan," Cheryl mengeluh dengan nada manja.
"Aku tidak mau tahu atau perusahaan Papamu akan kembali kolaps dan kau ku hadiahkan pada rumah bor-dil Skyfall, pasti laku dengan harga tinggi. Camkan itu!" sentak suara bariton diujung telepon.
Pet. Panggilan diputus sepihak oleh seseorang di sana.
Cheryl terhenyak bangkit dari tidurnya. Setiap kali kalimat menakutkan itu keluar dari mulut pria misterius, maka ketakutan Cheryl bertambah seratus kali lipat.
Kesadarannya mulai full, ia menggerakkan kakinya turun dari ranjang, membuka pintu kamar mencari asistennya.
Masih memakai lingerie, Cheryl menuruni belasan anak tangga dari lantai dua dimana kamarnya berada, menuju ruang kerja dilantai dasar yang sejatinya tak pernah ia pakai.
Cklak. Cheryl membuka handle pintu ruang kerja yang tertutup rapat.
"San, ada surat untukku?" ujar Cheryl menghempaskan bo-kong di sofa setelah melihat sang asisten duduk dibalik meja kerjanya.
"Ini Nona, dari Pengadilan Agama Surabaya, pemberitahuan tentang banding Anda yang ditolak dan keputusan resmi bercerai dari Ezra El Qavi," jawab Santi, asisten pribadi Cheryl seraya bangkit membawa amplop coklat di tangan kanannya mendekati sang putri di sofa lalu menyerahkan sepucuk amplop yang dia bawa.
Cheryl menerima dengan tangan kiri, menyobek perekatnya paksa. Matanya bergerak ke kanan kiri mengikuti barisan kalimat di sana. Tangannya mere-mas kertas yang baru saja dia baca disertai mimik wajah menyiratkan kekesalan mendalam.
"Sialan, aku harus bicara padanya. Baiklah, Ezra, kamu tak akan lepas dariku begitu mudah, tunggulah aku sayang," ucapnya dengan menampilkan smirk menyebalkan.
Cheryl melemparkan surat yang dia genggam ke udara, lalu bangkit dan keluar dari sana.
Brak.
Kaki mulus bertelan-jang tanpa alas kaki itupun kembali menaiki tangga satu persatu menuju kamarnya untuk bersiap pergi.
Siang nanti saat jam makan siang dia akan datang ke kantor Ezra membawakan makan siang bagi mantan suaminya itu. Mencoba membujuk lewat perutnya disertai rayuan manis, siapa tahu Ezra akan luluh dengan mudah sepeti biasanya
Tiga puluh menit berlalu.
Kini Cheryl mematut diri di depan cermin, merasa puas akan bentuk tubuhnya yang tetap indah berisi meski dia akui beberapa bagiannya menjadi sempurna lewat operasi.
Itulah mengapa cheryl seakan menghindar bila sang suami hendak meminta jatah malam dengannya. Sedangkan pria itu menganggap dirinya kurang bisa memuaskan Cheryl hingga tuduhan perselingkuhan kerap disematkan padanya.
Ia tak bisa menikmati permainan yang Ezra berikan karena pria itu kerap melakukan tindakan berlebihan terhadap area yang dilarang sebab bisa memicu efek pasca operasi.
"Mmm Ezra, mungkin kamu benar tak bisa membuatku melayang. Berbeda dengannya, yang selalu membuatku merasa diatas awan saat tangan yang sama kekar itu menjamah tubuhku." Cheryl bermonolog memuji Dia, sang pria misterius.
"Sayangnya dia pria yang dingin, hanya hangat ketika dia butuh saja," Cheryl sadar ia di manfaatkan.
"Eh kenapa gak gugat balik atas tuduhan palsu itu ya?" pikir Cheryl licik, seakan mendapat ide untuk mengajukan banding ulang.
Cheryl mengingat malam panasnya yang penuh gelora dengan pria itu. Dia bermain kasar dan juga lembut seakan tahu, bahwa tubuh molek yang digenjot bukan murni ciptaan Tuhan.
Dia juga tahu cara memuaskan wanita yang mempunyai onderdil palsu macam dirinya.
"Itulah bedanya dia denganmu Ezra. Uugghh, bahkan tubuhku merespon, merindukan sentuhannya meski hanya dengan mengingat malam panas kami," ucapnya lagi sembari menggigit bibir bawahnya seksi.
Cheryl pun bergegas, memakai gaun coklat tua diatas lutut dengan belahan dada rendah dibalik outer broken white yang ia kenakan.
Rambut blondenya ia gerai begitu saja, hanya menyematkan hair-piece sederhana dibagian kiri. Leher mulusnya di semprotkan parfum lembut dengan wangi menggoda campuran vanila dan lavender. Berharap Ezra takluk saat dia menggodanya nanti.
Natural look make-up menyapu wajah yang memang sudah sangat cantik. Wanita blasteran Turki itu membuka handle pintu kamar.
Kembali menuruni anak tangga satu persatu dengan anggun. Bunyi suara heel yang beradu dengan lantai granit itu pun terdengar mendekati pintu keluar utama rumah itu.
Bip. Bip.
Suara khas remote mobil pun terdengar. Tak lama, mobil BMW Sport merah metalik meluncur dari kediaman Cheryl Patricia putri sulung seorang pengusaha kargo internasional menuju EQ Building.
Meski dia sudah menduga staff keamanan akan kembali menahannya, Cheryl punya seribu tipuan untuk menyelinap kesana. Salah satunya dengan menyelipkan sejumlah uang serta membisikkan pujian bagi security yang lemah iman.
Sampailah dia di lantai sepuluh dimana kantor Ezra berada. Tidak ada Jhonson maupun sekretaris abal-abalnya disana, kesempatan emas bagi Cheryl siang itu.
Cklak.
"Do, simpan makananku di meja saja," suara Ezra yang sedang menatap jendela.
Hening.
Tidak ada sahutan dari sang sekretaris membuat ezra memutar kursinya.
"Sh-iitt, keluar!" seru Ezra saat melihat Cheryl sudah menanggalkan outernya di lantai.
"Hallo sayang, kau merindukanku?" Cheryl dengan cepat duduk di pangkuan Ezra, menduselkan wajah ke dada bidangnya, menghidu wangi maskulin yang lama tak dia hirup.
Merasa Ezra hanya diam dan mulai luluh, Cheryl membimbing tangan kekar yang bebas itu menuju dadanya. Cheryl men-desah, memancing reaksi Ezra yang terbawa suasana siang itu.
Tangan Ezra mulai mengusap bongkahan benda kenyal di sana, perlahan mere-mas dan memainkan ujungnya membuat sang pemilik raga nan sensual itu memekik tertahan, merasakan sensasi gelenyar yang ia sukai. Bibir ranum di bawah wajah tampan itu pun kini menempel ketat bersama dengan milik sang pria. Melesakkan lidah menjelajahi setiap rongganya, saling bertukar saliva.
Cklak.
"Bos, mak- ... oh my gosh!" (ya ampun)
Brakk.
Eldo membanting pintu ruangan Ezra.
Terkejut oleh suara Eldo, Ezra bangkit membuat cheryl jatuh bedebum menyentuh lantai.
"Aaahhhh ... sayang kamu jahat," pekik Cheryl menahan sakit, lalu mencoba berdiri.
"Keluar, ja-lang!" sentak Ezra seraya menyugar rambut, dia gusar.
"Ck, kamu mengingkari meski tubuhmu masih sangat menginginkanku," rayu sang mantan kembali mendekat.
"Jangan berani datang lagi!" Ezra menarik lengan Cheryl, meraih outer wanita itu dan melemparnya bersama tubuh seksi keluar ruangan.
"Kembalilah sayang maafkan aku ... janji akan menjadi isterimu yang manis seperti dulu, Ok?" Cheryl berusaha membujuk, merangsek kembali mendekati tubuh pria yang mematung ditempatnya.
"No club no party no judi dan lainnya," rayunya kini menyentuh jas Ezra.
Ezra menampik jemari lentik berpoles kutek merah itu, mendorong tubuhnya hingga terhuyung.
"Do, panggil security! seret dia keluar dari sini dan jangan biarkan meginjakkan kakinya lagi di kantor ini!" perintah Ezra telak, pada Eldo.
Brakk.
"Siiaaall, bodoh kamu Ezra!" dia merutuki kebodohan yang masih saja termakan bujuk rayu ular derik itu.
Haruskah aku loloskan permintaan Papa?
...****...
"Bagaimana? sudah kau lakukan? ingat pesanku, kau harus berhasil," titah seorang pria misterius.
.
.
..._________________________...
⭐⭐⭐⭐⭐