Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Adegan kekerasan itu terus terjadi hingga semua preman itu tumbang di tangan bodyguard Zen.
"Kenapa kalian mengejar gadis ku?" Tanya Zen datar.
"Gadis itu melukai kepala saya dengan batu tuan.."
"A-aku tidak sengaja, sumpah demi apapun aku tidak sengaja." Elak Ica, membuat Zen mengernyitkan dahi nya.
"Baik, saya akan ganti rugi." Zen mengeluarkan sejumlah uang dari dompet nya.
"Tidak perlu tuan, mereka sudah memalak pedagang di pasar dan sisi jalan tadi." Celetuk salah seorang warga yang mengetahui seluk beluk preman yang baru saja KO di tangan anak buah Zen.
"Apa itu benar?"
"Kami hanya di tugaskan menarik uang iuran dan keamanan." Jawab salah satu preman yang tadi terkena batu yang di tendang Ica.
"Kalian lah yang membuat pedagang tidak aman, kembalikan uang mereka dan jangan pernah berani lagi memalak pedagang, atau kalian tau akibat nya jika berurusan dengan ku."
"Baik tuan, tapi mohon lepaskan kami."
"Lepaskan saja.." Anak buah Zen itu pun melepaskan preman itu.
"Kita pulang Baby," Zen menarik tangan Ica ke dalam mobil, mereka berdua duduk di bangku belakang.
Zen menyandarkan kepala Ica di dada bidang nya, rasa nya begitu tenang saat berdekatan dengan nya.
Sedangkan Ica, dia fokus dengan pikiran nya sendiri. Ini adalah kesekian kali nya Zen menyelamatkan nya, bahkan dia datang di saat-saat terakhir, Zen seperti pahlawan bagi Ica. Tapi entah kenapa di merasa belum rela memberikan sesuatu yang sudah lama dia jaga untuk Zen.
Tapi mau tak mau pun, Ica memang harus memberikan nya segera. Zen sudah terlalu baik pada nya.
"By.." Panggil Zen.
"Ya Daddy.." Jawab Ica.
"Kenapa melamun, apa yang mengganggu pikiran mu?"
"Tak ada, hanya merasa bersalah sudah merepotkan."
"Merepotkan apa maksudnya, By?" Tanya Zen, dia menjauhkan wajah Ica dari dada nya.
"Apa Daddy tidak sadar kalau aku hanya menyusahkan saja?"
"Tidak, kau tidak pernah menyusahkan aku. Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Lain kali, jangan pernah pergi lagi."
"Ehmmm, masalah tugas ku gimana?"
"Aku akan menunggu hingga kamu siap, By." Jawaban Zen membuat Ica kembali di hinggapi perasaan bersalah, betapa baiknya pria yang kini ada di hadapan nya.
"Maaf aku belum bisa memberikan hak mu, Dad."
"Tak perlu di pikirkan, sudah lah.." Zen kembali mendekap tubuh Ica.
"Aku harus apa? Dia sudah terlalu banyak membantu ku, ini juga sudah kesepakatan yang sudah aku sanggupi. Tapi kenapa aku ragu? Bukan kah dia sudah sangat baik pada mu Ica, ayolahh berikan dia hak nya." Suara hati Ica bicara.
"Melamun lagi By, jangan di biasakan nanti kesambet."
Tiba-tiba saja, Ica melingkarkan kedua tangan nya di pinggang Zen, lalu mendusel di dada Zen.
Zen mematung, dada nya berdebar hingga membuat nya mules. Ini pertama kali nya di peluk oleh seorang gadis, apalagi ini gadis yang bisa membuat hati nya jedag jedug tak karuan.
"Maaf ya Dad," Zen tak menjawab, dia hanya mengusap puncak kepala Ica dengan lembut.
"Tak apa tak memberikan hak ku, tapi kau harus tidur bersama ku, aku tak mau kau kabur lagi."
"Aku takkan kabur Dad.."
"Imi keputusan final, kau harus tidur bersama ku."
"Baiklah Dad.." Ica melepaskan pelukan nya dan memalingkan pandangan nya ke arah jendela.
Zen tentu nya tau situasi hati gadis nya, apalagi saat melihat wajah sendu gadis itu.
Zen memegang dagu Ica, hingga membuat gadis itu menatap nya.
Cup...
Ica diam saja, tak berekspresi apa-apa. Dia hanya diam saat Zen mulai menggerakan bibir nya lembut. Sampai Zen melepaskan bibir nya, Ica tetap diam.
"Sambut aku By, jangan diam saja. Jika tak bisa memberikan hal itu, maka ganti dengan yang lain."
"A-aku tak bisa, aku belum pernah berciuman." Jawab Ica.
"Ayo, aku ajari." Jawab Zen, dia meletakan kedua tangan Ica di leher nya. Dia juga menekan tengkuk leher Ica.
"Buka mulut mu," Ica menurut, kesempatan yang bagus tak mungkin di sia-siakan. Zen menelusupkan lidah nya ke dalam mulut Ica, menari-nari di dalam mulut gadis nya. Dia juga mengajak lidah sang gadis untuk bertarung di dalam, tapi tak ada respon mungkin karena Ica belum terbiasa.
Zen kembali melumaat dan memagutt bibir mungil Ica, mengulumm nya bergantian atas bawah.
Kali ini, Ica ikut membalas hingga suara decapan nikmat begitu terdengar hingga mengganggu supir yang sedang mengemudi.
"Tuan Zen menyebalkan, sudah tau aku jomblo malah ciuman di mobil." Gerutu anak buah Zen dalam hati.
Tangan Zen mulai nakal, dia meraba-raba tubuh Ica. Hingga tangan itu berhenti di dada sang gadis.
Ica melepaskan tangan nya dan menahan Zen untuk menjamah nya,
"Apa tidak boleh juga, By?" Tanya Zen, dengan nafas yang tersengal.
"Boleh, tapi jangan disini." Jawab Ica, membuat Zen menyunggingkan senyuman nya. Dia kembali mencium bibir Ica dan gadis itu kembali menyambut nya.
...
Mobil sampai di rumah besar Zen, sepasang insan itu keluar dengan Zen yang menggenggam tangan gadis nya.
"Selamat malam tuan muda.." Zen hanya menganggukan kepala nya sebagai jawaban, sedangkan Ica dia tersenyum manis.
"Jangan tersenyum ke orang lain, By."
"Loh, memang nya kenapa? Kan cuma senyum."
"Pokok nya tidak boleh, titik."
"Dihh, kok posesif banget sih.." Mendengar gumaman Ica, Zen berbalik dan menatap Ica.
"Kau tak berfikir kenapa aku posesif padamu hmm? Karena kau gadis nakal yang selalu kabur."
"Tapi apa hubungan nya dengan tak boleh tersenyum pada orang lain, Dad?"
"Terserah lah, kau selalu membuat ku darah tinggi." Cetus Zen lalu pergi ke kamar nya, meninggalkan Ica yang masih terheran di ruang tamu.
"Dia kenapa sih? Biarkan saja lah.." Ica mengendikan bahu nya dan pergi ke kamar biasa untuk membersihkan tubuh nya yang bau asam keringat.
....
Sedangkan di lain tempat, Ibu dan kakak tiri Ica harus menyewa rumah kecil dengan sisa uang terakhir yang mereka miliki.
"Ini semua gara-gara si Ica, kita jadi begini gara-gara dia." Ucap Meisya.
"Yang kau katakan benar sekali, Mei."
"Bagaimana cara nya agar dia mendapatkan pelajaran yang setimpal?"
"Rebut tuan Zen, Mei. Ica tak ada apa-apa nya jika tanpa Zen." Cetus Ibu nya, membuat Meisya tersenyum jahat.
"Ya, benar. Semua ini terjadi karena Ica memiliki Zen di belakang nya, kalau aku rebut dia? Apa yang akan terjadi ya, pasti gadis itu akan jadi gelandangan."
"Buat dirimu semenarik mungkin dan rebut hati Zen, setelah kau bisa mengendalikan Zen, kau bisa menendang Ica sejauh mungkin."
"Baiklah, aku pasti bisa membuat Zen luluh dan akhirnya memilih ku."
Meisya tersenyum jahat, dia begitu pintar menata rencana-rencana jahat nya untuk merebut Zen, dan membuat nya membuang Ica.
....
🌻🌻🌻
Ohh tak semudah itu Meisya🙄
Selamat pagi dunia perhaluan🤭 author up pagi nih, jangan lupa like,komen,vote, gift nya ya bunga atau kopi🌻 happy reading ❤️❤️❤️
Emg mo di gagahi waktu M?