Sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh di tengah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Rumah yang terlihat megah itu sebenarnya menyimpan banyak misteri. Rumah yang dikira biasa, nyatanya malah dihuni oleh ribuan makhluk halus.
Tidak ada yang tahu tentang misteri rumah megah itu, hingga satu keluarga pindah ke rumah tersebut. Lalu, mampukah mereka keluar dengan selamat dari rumah tempat Iblis bersemayam itu? Ikuti perjalanan mistis Bachtiar Purnomo bersama keluarganya!k
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Adakah jalan keluar untuk masalah yang tengah mereka hadapi?
Rendra, pemuda itu memutar otaknya berpikir lebih keras. Namun kebuntuan yang dia dapat.
Sisi, dia juga tak jauh beda, mereka semua dilanda kebingungan.
"Bagaimana kalau mengambil jasad Mulan lalu menguburkannya jauh dari kediaman ini?" tanya bi Iren.
Bi Iren tahu di mana letak kuburan Mulan dan bayinya itu.
Andini memberi respon dengan cepat, dia baru saja mendapat penglihatan kalau jasad Mulan sudah diambil oleh seorang wanita.
Itu berarti Mulan sudah tidak ada lagi di sana.
"Jasadnya mbak Mulan sudah diambil oleh seorang wanita, Bi," ujar Andini.
"Siapa itu, Dini? Siapa yang sudah mengambil jasad mbak Mulan?" tanya Rendra.
"Tidak mungkin lelaki tua yang juga mengambil darah Sisi kan?" tanya Anggun.
"Jangan-jangan perempuan ini juga yang sudah membangkitkan mbak Mulan, sampai dia datang lagi ke sini dan meneror semua warga desa," tambah pak Bachtiar.
Andini terus dicecar dengan banyak pertanyaan mereka.
"Aku belum bisa melihatnya dengan jelas, tapi yang pasti wanita ini memiliki hubungan yang dekat dengan mbak Mulan," jawab Andini.
Mereka semua hampir putus asa dengan masalah yang tak kunjung menemui solusinya. Berharap akan ada titik terang, malah masalah baru datang bertubi-tubi.
Terperangkap dalam rumah yang dihuni oleh Iblis, lalu diteror oleh arwah Mulan. Belum lagi jasad yang hilang, dan bayi yang harus segera ditemukan.
Semua itu menguras pikiran dan tenaga mereka, dalam waktu yang cukup singkat mereka harus bisa menyelesaikan semuanya. Jika tidak ada perubahan, maka hasil akhir sudah pasti kematian yang datang.
"Mbak Mulan tidak bisa masuk ke kediaman ini lagi, karena mereka akan menjaga kalian sebagai ahli waris dari pak Purnomo, tapi secepatnya harus ada yang mengambil alih apa yang beliau wariskan." Andini memandang mereka dengan perasaan iba.
"Aku tidak mau, Pa." Anggun menggeleng lemah.
"Kalau tidak ada yang bersedia menjadi penerusnya, maka anak kita akan menjadi korban, Ma. Bagaimana kalau papa saja yang menjadi penerus itu?" tanya Bachtiar meminta pendapat dari anak dan istrinya.
"Jangan! Jangan lakukan itu, Om. Pasti ada cara lain untuk menghentikan ini semua, kita harus memikirkan ini baik-baik sebelum memutuskan untuk mengambil keputusan akhir. Menurut aku, ada baiknya kalau kita temui dulu dukun itu," ucap Andini memberi saran.
Mereka langsung setuju dengan saran Andini, karena dukun itu juga terlihat aneh. Dia sudah menjadi guru Purnomo, tapi kenapa sekarang berbalik arah ingin menghancurkan keluarga Purnomo.
Saat pulang dari rumah pak Bachtiar, Rendra bertemu dengan seorang wanita. Dia terlihat tidak asing, Rendra terus memandangi wanita itu hingga dia sudah tak terlihat lagi dari pandangannya.
"Tampak tidak asing, seperti pernah melihatnya," batin Rendra, "tapi di mana?" timbul pertanyaan di benaknya.
Mungkin cuma mirip dengan seseorang, Rendra tidak ingin ambil pusing dengan hal begituan, jadi dia memilih untuk mengabaikannya saja.
Menjelang sore di saat hari hampir Maghrib, warga desa sudah tidak lagi berada di luar rumah. Satu demi satu pintu rumah warga tertutup, seakan-akan mereka sedang dilanda bahaya besar.
"Tutup pintunya, Nak!" suruh seorang ibu pada anaknya.
"Wi, cepat angkat jemurannya!" seru ibu yang lain menyuruh anaknya untuk segera mengambil jemuran yang berada di luar rumah.
Dalam sekejap mata desa itu berubah menjadi sunyi, sepi seperti area pemakaman.
Bu Marni bahkan tidak berani membuka warung di malam hari, meskipun dirinya bukan lagi anak gadis atau pun orang yang sedang hamil.
"Bu, gimana ini? Kita enggak bisa jualan lagi," adu Wati.
"Kita jualan di depan rumah aja, Nak. Nanti biar ibu yang jualan, kamu cukup bantu memantau dari dalam rumah saja. Ibu juga khawatir dengan kandungan kamu, kita cuma berdua di sini," ucap sang ibu.
Wati gelisah, hatinya tak pernah serisau ini. Kembalinya Mulan menjadi pertanda buruk dalam kehidupannya, ingin rasanya dia keluar dari desa itu dan ikut sang suami ke kota.
Ide itu muncul begitu saja di otaknya, menurut Wati ini adalah ide yang cukup bagus.
Dewi mempercepat langkahnya supaya bisa tiba lebih awal di rumah mbah Ijan.
Saat tiba di sana, mbah Ijan tampak terlihat lemas.
"Mbah, kenapa mukanya lesu gitu? Apa terjadi sesuatu?
"Mulan tidak bisa masuk ke rumah Purnomo, dia dihadang oleh Iblis itu," jawab mbah Ijan, masih dengan tampang tak bersemangat.
"Berarti kita tidak bisa membalaskan dendam pada keluarga Purnomo?" tanya Dewi.
Yang dia inginkan adalah membuat seluruh keturunan Purnomo menderita, harus lebih menderita dari yang dia rasakan.
Bukan mudah menjalani kehidupan dalam beberapa tahun ini. Dia sangat tersiksa, rasa sakit sang adik juga bisa dia rasakan.
Dewi akan melakukan segala cara untuk mencari keadilan atas kematian Mulan.
"Kita mungkin sudah bertindak terlalu jauh, Dewi." Mbah Ijan meletakkan botol berisi air yang didalamnya dicampur dengan darah Sisi.
"Apa ini, Mbah?" tanya Dewi dengan kening bertaut.
"Darah anaknya Bachtiar, cucu dari Purnomo. Awalnya saya berencana menjadikan dia sebagai objek untuk membalas dendamnya kamu. Setelah berkali-kali dipikir, ternyata jalan yang kita tempuh ini salah."
Brak!
"Apa maksudnya ini, Mbah?"
Dewi melabrak meja kecil tempat mbah Ijan menaruh alat ritualnya. Hampir saja air kembang yang ada dalam wadah kecil di atas meja itu tumpah.
"Jangan sok hebat di depan saya, Dewi! bentak lelaki tua itu, "saya sudah berjalan jauh sampai di titik ini. Soal ilmu hitam seperti ini sudah saya pelajari dengan begitu dalam, saya sudah berkali-kali mengingatkan Purnomo untuk tidak masuk terlalu dalam, tapi dia abaikan perintah saya. Persembahan yang awalnya berupa binatang atau pun syarat ringan lainnya, tiba-tiba berubah menjadi besar, mereka para Iblis meminta tumbal berupa manusia yang masih hidup, rasa haus akan harta menjadikan mereka tamak. Hidup abadi dan kecantikan yang tak akan luntur ditelan masa, menjadikan Arum dan Purnomo buta. Pada pilihan akhir, mereka menyetujui persyaratan berat itu, dan inilah hasilnya."
Mendengar ucapan mbah Ijan yang sedetail itu membuat Dewi langsung bungkam.
"Apa Mbah ingin menyuruh saya menerima ini semua dengan ikhlas?"
"Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Semua sudah terjadi. Munculnya Mulan mungkin akan membuat Iblis itu mengacaukan pikirannya Bachtiar, dia pasti akan melakukan segala cara untuk mengusir roh jahatnya Mulan. Bisa jadi dia akan mengambil keputusan dengan menjadi penerus Purnomo, kalau ini terjadi, bahaya besar akan datang."
Kata-kata mbah Ijan telah membuka sedikit pikiran Dewi.
Mungkinkah Dewi akan menghentikan semua itu? Lalu menguburkan jasad adiknya dengan layak?
"Uek, uek..."
Anggun merasa sangat mual mencium bau amis ikan di depannya.
"Sisi! Sisi!" panggil Anggun.
Sisi langsung memenuhi panggilan sang mama, ia berlari menuju dapur karena takut hal buruk terjadi sama mamanya itu.
"Ada apa, Ma?" tanya Sisi begitu sampai di sana.
"Cepat bersihin kulkas ini! Bau banget, mama enggak sanggup nyium baunya," ucap Anggun.
Sisi mengendus sebentar, dia tidak mencium bau amis atau apa pun itu.
Anggun berlalu dari sana, meninggalkan Sisi yang masih sibuk mencari di mana bau amis itu.
"Percuma aja lo endus gitu, Si. Ini enggak terlalu bau kok. Cuma bau ikan, biasa aja. Namun, karena mama lo sedang hamil, ya jadinya gitu, dia jadi lebih sensitif dengan bau seperti ini," jelas Andini yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya.
"Mama hamil?"
"Iya, tante lagi hamil. Kamu pasti enggak tahu kan?"
Sisi termangu menatap wajah Andini, temannya terlihat serius. Andini memang berkata benar, dia sedang tidak berbohong.
"Kok lo tahu?"
"Dua hari yang lalu, gue nemuin test pack di dalam tong sampah di depan kamar mandi luar. Siapa lagi coba pemiliknya kalau bukan mama lo, lagian yang terakhir keluar waktu itu juga mama lo."
Bertambah lagi masalah mereka, soal kehamilan Anggun hanya mereka yang baru tahu. Sedangkan Bachtiar belum mengetahui hal itu, andaikan dia tahu, mungkin dia akan sangat khawatir dengan keadaan istrinya.
"Kehamilan tante adalah keajaiban yang besar bagi para Iblis dan semua roh jahat yang bersemayam di sini. Tidak hanya mereka, tapi juga mbak Mulan. Anak dalam kandungannya itu akan menjadi incaran semua Iblis, dan mbak Mulan akan menjadikan kehamilan mama lo sebagai objek untuk membalaskan dendamnya," ucap Andini, lagi-lagi Sisi hanya bisa melongo mendengar omongan temannya.
Anggun duduk menyendiri di ruang tengah, sedangkan mereka terus mengobrol di dapur.
Pembicaraan mereka tidak luput dari perhatian makhluk tak kasat mata di sana. Setiap gerak gerik selalu ada yang mengawasi, Andini menyadari hal itu, tapi dia tetap diam saja.
Keinginan untuk menghancurkan mereka sudah tumbuh di hatinya sejak pertama kali datang ke rumah Sisi.
Andini punya rencana tersendiri, dan hal itu tidak dia beritahukan sama Sisi atau pun Anggun.
"Tentunya mereka menginginkan janin yang berada di dalam perut nyokap lo, Sisi. Sebenarnya mereka semua tidak ada yang benar-benar memihak sama keluarga lo," batin Andini.
Apa maksud gadis itu? Mereka siapa yang dia maksud?
Semakin membuat penasaran, apa bi Iren dan ki Seto juga masih menyimpan rahasia dengan keluarga mereka?