Di hari pernikahan nya dan hanya tinggal. satu jam lagi akan ijab kabul, Damera mendengar kenyataan yang amat pahit di dalam toilet.
kekasih yang sudah ia percayai malah selingkuh dengan Adik nya sendiri, bahkan mereka berniat untuk mengambil warisan milik nya.
Bagai mana perjalanan hidup Damera?
langkah apa yang akan Damera ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. mencuri kedondong
Damera tersenyum puas karena mendapat kabar dari Juna tentang keputusan yang akan Bram ambil untuk Calista dan juga Danil. sesuai dengan rencana mereka yaitu membuat dua bajingan itu bersatu satu sama lain, Mera tau bahwa Aira lah akan paling tantrum sekarang karena Danil malah menikahi Calista yang sama sekali tidak ada dalam rencana mereka.
Kemarin Damera sudah tau bahwa Aira dan Danil memang ingin menguasai harta nya, dengan cara menikahi Mera dan nanti nya akan membuat seluruh harta berubah nama. sayang nya gagal akal busuk itu malah ketahuan karena sikap jalang nya Danil, Calista sama sekali tidak ada dalam rencana mereka berdua.
Andai saja Danil tidak selingkuh dengan Calista maka tak akan ketahuan lah akal busuk nya, namun tuhan masih sayang pada Damera hingga dia tau semua ini dengan mata kepala sendiri sehingga batal sudah pernikahan yang hanya tinggal menghitung menit. bisa di bilang bahwa Calista penyelamat hidup nya Mera, sebab dia yang membuat terungkap.
Selama ini Mera juga tidak tau bahwa Aira adalah ular yang sangat berbisa untuk diri nya, baru setelah malam itu ia mendengar bahwa Aira ada hubungan pula dengan Danil. bahkan hubungan mereka berdua sudah sangat jauh dan juga sangat lah lama, tak akan bisa di percaya fakta itu.
Titik hancur nya seorang Damera membuat dia merasa sangat marah dan tidak terima, untung nya Juna selalu memberi semangat dan juga memberi ide yang terbaik agar bisa membalas mereka yang sudah menyakiti nya sampai separah ini. bila tidak ada Juna maka bisa saja Damera sudah sangat down, tapi ini saja ia masih belum sepenuh nya percaya pada Juna.
Mera takut bila sudah terlalu percaya justru dia lah yang akan di khianati oleh asisten nya, jadi mau bergantung penuh pun masih belum ada nyali untuk itu. hanya sewajar nya saja dan berusaha untuk bergerak sendiri, mungkin bisa di bilang rasa percaya Mera sudah hilang untuk siapa pun.
"Aira pasti akan sangat marah pada Danil, anda bisa menikmati rasa kesal dia." Juna bicara serius.
"Hahahaaaaa, aku bahagia bila dia juga punya rasa sakit! bila sudah ada kemarahan dari Aira, baru kita gerak lagi." jawab Damera.
"Apa kah anak itu akan Nona sakiti?" tanya Juna serius.
"Anak itu tidak salah, tapi aku akan menggunakan nya." lirih Damera.
"Aku punya cara apa bila Nona tidak tega menyakiti dia." Juna berkata sambil tersenyum iblis.
"Cara yang kau usul kan akan selalu ku pakai, tinggal katakan saja kita harus bagai mana." Mera juga menatap Juna.
Juna mendekat dan mengatakan bagai mana mereka akan melakukan eksekusi selanjut nya, Mera yang baru dengar saja sudah langsung setuju. tak akan ia biarkan semua nya tenang, apa pun yang ada di dalam hidup musuh nya maka akan ia bawa agar sang musuh merasakan sakit luar biasa yang tak akan mudah untuk di lupakan.
"Kau sangat pintar, Juna! aku curiga bahwa sebenar nya kau bukan orang sembarangan." Mera menatap Juna serius.
"Lalu aku orang apa bila bukan orang biasa." Juna tersenyum malu.
"Aku tidak pernah tau pasti asal usul mu, apa kau seorang penjahat kelas atas?" Mera selalu curiga pada asisten nya ini.
Juna tertawa kencang mendengar ucapan bos nya yang mulai melantur, Mera ÿang cemberut karena sudah bicara serius tapi Juna tertawa kencang. memang kadang kala Mera curiga dengan asisten nya ini, tidak pernah ia tau soal keluarga Juna sehingga agak ngeri pula dan ketambahan Mera sekarang selalu saja curiga pada siapa pun.
"Tidak usah tertawa kau, sana carikan aku rujak." Mera mendadak saja ingin makan sesuatu yang asam.
"Baik." Juna mengangguk dan segera keluar dari ruangan.
"Cari yang ada kedondong nya ya, aku mau pakai itu saja." pesan Mera agak teriak karena Juna sudah keluar ruangan.
"Baik, Nona."
Membayangkan rasa kedondong itu saja sudah ngiler duluan, Mera meraba perut nya yang masih rata karena baru jalan tiga bulan usia kandungan nya. yang Mera pikirkan nanti saat dia sudah mulai mual muntah, maka rasa nya akan sangat tersiksa dan dia juga akan tinggal sendirian di rumah nya.
"Aku ajak Juna saja kali ya tinggal di rumah, kan kamar banyak itu." gumam Mera.
"Ya sayang, ajak Om Juna ya biar kalau Mama ngidam dia bisa carikan." Mera bicara dengan perut rata nya.
Rata rata Ibu hamil memang pasti akan ngidam dan juga muntah, bila ada suami maka rasa nya akan baik baik saja karena suport yang baik. namun Mera adalah Ibu tunggal sejak bayi nya masih sebesar kacang polong, jadi mau tak mau harus bisa mandiri dan paling ya asisten nya akan kerja keras agar Nona nya tidak kurang kasih sayang serta nutrisi di badan.
...****************...
"Kedondong nya habis, Mas." penjual rujak bicara dengan pria tampan ini.
"Di mana lagi ya kira kira ada penjual rujak, Pak?" Juna mulai kepanasan karena dari tadi sibuk mencari rujak.
"Coba simpang sana, biasa nya dia ada." jawab penjual.
"Terima kasih ya, Pak!" Juna segera masuk mobil dan menuju simpang mencari penjual rujak.
Sejak tadi sudah lima pedagang yang ia datangi untuk mencari buah kedondong tersebut, sayang nya tidak ada satu pun yang jual sehingga Juna kelabakan mau mencari kemana. kata mereka buah dondong lagi langka, sehingga susah mau mencari nya.
"Semoga yang ini ada, aku lebih baik mengurus berkas dari pada sibuk cari kedondong." keluh Juna.
"Mau apa, Mas?" tanya penjual ramah membuka gerobak nya.
"Rujak kedondong nya satu porsi, Mang! tapi buah kedondong saja, tidak pakai yang lain." pinta Juna.
"Habis dondong nya, Mas!" penjual menjawab sambil tersenyum.
"Aaaahhh!" Juna berteriak frustasi karena gagal lagi.
"Istri nya ngidam ya? kalau memang mau sekali, coba datangi rumah yang cat putih itu. dia punya pohon nya pendek, tapi banyak buah nya." suruh penjual rujak.
"Apa boleh ya di beli, Mang?" tanya Juna.
"Coba saja dulu, bilang kalau istri lagi ngidam biar dia kasihan." suruh penjual.
Maka Juna pun segera pergi mendatangi rumah putih itu, memang di pinggir pagar banyak di susun berbagai macam tanaman dan salah satu nya buah dondong. Juna segera memanggil agar yang punya rumah keluar, tapi tak kunjung keluar dan sudah lama ia berdiri.
"Aduh gimana sih ini, kok tidak ada yang keluar." keluh Juna.
"Permisi, Ibu!" Juna memanggil lagi.
Tapi ternyata memang tidak yang keluar dari dalam rumah, muncul lah niat jahat di hati Juna. di lihat nya kanan kiri apa kah ada orang, untung nya sepi dan sekarang dia tidak punya pilihan lain, Juna menarik yang buah nya paling banyak, setelah itu dia berlari meninggal kan rumah tersebut.
"Heh, Maliiiing!" teriak anak anak yang melihat.
"Bangsat, malah ketahuan pula!" Juna mengumpat kesal.
"Abang maling kan? hayo ngaku, Abang maling dondong nya Pak Rahmat." tuding lima bocah.
"Jangan bilang bilang sama orang ya, ini Abang ada uang jajan." Juna memberikan uang lima puluhan.
"Wah ternyata Abang banyak uang ya, tapi kok maling." celetuk bocah itu.
"Ambil saja, ni bagi satu satu." Juna segera pergi dari sana.
Bocah yang sudah di beri uang langsung diam saja, karena satu orang lima puluh ribu. Juna selamat dan segera pergi dari sana, yang penting sudah dapat kedondong sekitar tujuh biji dan bisa memuaskan lidah Nona nya nanti. tidak tau saja mencari kedondong sampai taruhan nya harga diri, bila sampai ketahuan sedang maling sudah pasti Juna akan di gebuki oleh para warga yang ada di sana.
pasti berasa mau lompat itu ginjal nya 🤭