Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Serupa Tapi Tak Sama
Di saat mereka tengah berdebat, muncul lah Ian di antara mereka. Ian melihat suasana di ruangan itu agak sedikit aneh. Dilihatnya mata Adam terlihat basah, lalu itu Emilia kenapa lipstiknya agak berantakan.
“Tuan, jadi anda sudah bertemu langsung dengan Nona Emilia?” tanya Ian memulai pembicaraan.
“Emilia?” tanya Adam sambil menunjuk ke arah Emilia yang sedang berdiri.
“Benar, Tuan. Ini Nona Emilia. Dia saudara kembar Nona Emelda.”
“Tidak. Itu tidak mungkin. Emelda sebatang kara. Dia tidak punya siapa-siapa apalagi saudara kembar.” Sangkal Adam.
“Awalnya saya juga berpikir begitu Tuan, tapi setelah mendengar cerita Nona Emilia dan melihat langsung foto-foto mereka, baru saya tau yang sebenarnya.”
Adam yang tadi melihat Ian kini mengalihkan pandangan nya ke Emilia. Ia meneliti satu per satu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Yang berbeda hanya rambutnya saja. Adam menggeleng tidak percaya.
“Jelaskan padaku semuanya!” kata Adam kepada Emilia.
Emilia menghela nafas dengan berat. Kemudian ia pun mulai mengulang lagi cerita yang sama yang ia ceritakan dulu ke Adam. Bahkan ia juga mengambil handphone di saku rok nya dan menunjukkan foto-foto nya bersama Emelda pada Adam. Tak hanya satu tapi ada begitu banyak foto.
Setelah melihat itu, Emilia dan Ian berfikir Adam akan langsung percaya. Tapi ternyata tidak. Ia malah mendekat ke arah Emilia lalu mencoba membuka kancing baju Emilia.
Sontak Emilia terkejut dan menahan tangan Adam. Bukan hanya Emilia saja, Ian pun sangat terkejut melihat kelakuan aneh Adam.
"Apa yang Tuan lakukan?" tanya Emilia yang kebingungan dengan sikap Adam.
“Emelda punya tahi lalat di atas dada kirinya. Aku ingin melihatnya langsung untuk membuktikannya.” Kata Adam tanpa merasa berdosa. Jadi itu yang membuat nya berlaku begitu.
Tentu saja Emilia tidak akan membiarkan itu terjadi. Akhirnya Ian pun memberi usulan kalau Clara saja yang memeriksanya, karena mereka sesama wanita. Adam pun menyetujuinya.
Emilia dan Clara masuk ke ruangan tepat di sebelah ruang kerja Adam. Itu adalah kamar tempat Adam beristirahat jika lelah. Saat mereka masuk, Adam ikut melihat apa yang mereka lakukan dari rekaman CCTV di laptop nya.
“Kau jangan lihat, hanya aku saja yang boleh melihatnya.” Bentak Adam saat Ian ikut menengok rekaman itu.
Ian pun berangsur menjauh dari atasannya itu.
Adam melihat Emilia mulai membuka kancingnya dan memperlihatkan bagian atas dadanya pada Clara. Memang tidak ada apa-apa disana. Bahkan dia melihat tangan Clara terulur menyentuh tempat itu untuk memastikan memang tidak ada apa-apa disana.
Sial. Kenapa aku harus melihatnya. Itu apalagi pake raba-raba segala. Batin Adam.
Tak hanya sampai disitu. Emilia terlihat membuka bajunya hingga menampakkan punggung mulus nya. Lagi-lagi Adam terpaksa menelan saliva nya dengan berat.
Di punggung atas sebelah kiri Emilia terlihat tahi lalat yang sedikit lebih besar. Itulah yang menandakan bahwa dirinya adalah Emilia. Mereka mempunyai tanda lahir masing-masing.
Emilia dan Clara pun keluar dari kamar itu. Lalu Clara menjelaskan apa yang dilihatnya barusan. Adam hanya mengangguk dan meminta Clara kembali ke ruangannya.
Adam sedikit bingung dengan kenyataan dihadapan nya sekarang. Mungkinkah benar wanita di depan nya ini kembaran Emelda? Lalu kemana dia selama ini? Kenapa tidak pernah muncul menampakkan diri?
Adam kembali memperhatikan Emilia yang tengah menatapnya.
“Lalu apa tujuanmu datang kemari? Apa kau berusaha menggoda ku? Atau kau ingin mencoba menggantikan posisi Emelda dengan dirimu?” tanya Adam dengan nada menyindir. Sudah hilang kehangatan yang tadi ia berikan. Ia kembali bersikap dingin.
“Apa seburuk itukah saya dimata Tuan?” kata Emilia balik bertanya.
“Kau bahkan tidak muncul di pemakaman nya. Lalu sekarang kau tiba-tiba datang, untuk apalagi kalau bukan untuk menggodaku.”
“Kalau saya tau pemilik perusahaan ini adalah tunangan kakak saya, saya tidak akan melamar pekerjaan disini Tuan. Karna saya tidak mau Tuan kembali terluka setiap kali melihat wajah saya yang mirip dengan Emelda.”
“Hentikan omong kosongmu! Kau tidak tau apa-apa tentang aku.”
“Saya tau Tuan pasti sangat kehilangan. Karna saya juga merasakannya. Bahkan sampai saat ini feeling saya mengatakan Emelda masih hidup, mungkin karna saya tidak melihat langsung saat kepergian Emelda. Dan Tuan tidak usah khawatir, saya tidak berniat menggantikan posisi Emelda di hati Tuan. Wajah kami boleh sama, tapi perasaan tidak akan pernah bisa ditipu. Kalau Tuan tidak menginginkan saya bekerja disini, saya akan mengundurkan diri. Permisi Tuan.”
Setelah panjang lebar menjelaskan isi hatinya. Emilia pergi begitu saja meninggalkan Adam dan Ian di ruangan itu. Sejujurnya ada rasa kecewa di hatinya saat Adam menuduhnya yang bukan-bukan.
“Bagaimana Tuan? Apa Tuan akan memecatnya?” tanya Ian penasaran.
“Biarkan dulu. Aku masih mau melihat apa maksud tujuan nya datang kemari.” Jawab Adam datar.
“Apa Tuan meragukan apa yang dijelaskan Nona Emilia?” menimbang Adam bukan lah orang yang mudah percaya akan sesuatu makanya Ian bertanya begitu.
Adam sendiri bingung dengan apa yang terjadi sekarang, tapi penjelasan Emilia membuktikan bahwa apa yang ia katakan adalah benar. Adam pun duduk di kursi nya, sementara Ian masih berdiri menunggu jawaban bos nya itu.
“Aku masih bingung dengan semua yang terjadi. Kita lihat nanti ke depannya. Aku masih merasa aneh dengan kemunculan kembaran Emelda secara tiba-tiba. Entah itu disengaja atau memang suatu kebetulan.” Jawab Adam.
“Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu.”
Ian pun keluar dari ruangan Adam. Kini tinggal Adam sendiri di ruangannya. Ia menyadarkan punggung nya ke sandaran kursi lalu memejamkan mata sejenak mengingat hal yang baru saja ia lewati.
Emilia. Serupa tapi tak sama dengan Emelda. Wajah kalian memang mirip. Tapi nada bicara nya berbeda. Yang ini lebih tegas dan berani. Aku mau lihat. Seberapa berani dirimu berhadapan denganku. Aku akan memastikan sendiri apa maksud tujuanmu datang di kehidupanku.
nana naannananaa