[ Beberapa Bab belum di revisi ] Mohon maaf jika tidak update, ya. 🙏
Berkisah dari seorang gadis cantik yang bernama Amelia Andini Wijaya. Gadis yang kerap disapa Amel memilik sahabat yang sudah bagaikan saudara baginya, namun sahabatnya itu malah mengkhianatinya. Sahabat Amel berselingkuh dengan seseorang yang paling Amel cintai.
Hubungan Amel kandas setelah 3 tahun bersama. Membuat Amel begitu frustasi tak dapat menerima pengkhinatan dari sahabat dan pacarnya.
Demi melampiaskan rasa sakit hatinya, Amel memutuskan untuk mencari seorang gigolo. Hingga malam itu terjadilah penyatuan tanpa cinta.
3 tahun kemudian. Amel menyandang status sebagai seorang singgle Mommy. Amel dibantu Si Tukang ojek online cantik yang dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.
Tidak disangka-sangka seorang gigolo yang melakukan malam bersama Amel adalah seorang CEO sekaligus Direktur perusahaan besar yang ada di kota H.
Bagaimana kehidupan mereka setelah itu?
Simak ceritanya di sini.😉
Happy Reading All! 📚☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irwti Asnn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FOMC 9
Selesai melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu lantai dan mengepel lantai. Amel bergegas ke dapur untuk memasak sarapan pagi. Saat sedang memasak tiba-tiba Ayu datang menghampirinya.
Hoam ...
"Kenapa Kakak nggak bangunin aku?" tanya Ayu mengamati Amel yang sedang memasak.
"Kakak nggak mau gangguin mimpi indah kamu," canda Amel.
"Ih Kakak bisa aja. Terus Kakak sedang masak apa?" tanya Ayu.
"Hanya masak telur orak-arik. Kebetulan nasinya juga sudah matang," ucap Amel terkekeh.
"Yu. Kamu beneran mau narik ojek online lagi?" tanya Amel memastikan ucapan Ayu yang semalam.
"Iya. Aku serius mau narik lagi Kak. Aku balik ke kamar dulu ya? Soalnya mau mandi juga," ucap Ayu.
"Pantesan!"
"Pantesan apa, Kak?"
"Pantesan Kakak mencium aroma-aroma tidak sedap. Ternyata asalnya dari kamu, ya?" canda Amel.
"Iiih! Kakak apaan sih! Kakak sendiri juga belum mandi. Jadi, kita sama dong. Haha," ucap Ayu tertawa dan berlalu pergi ke kamarnya.
"Haha. Malah kabur, Awas kamu ya!" tawa Amel.
Amel segera menyajikan sarapan pagi di atas meja dan berlalu pergi ke kamar. Sesampainya di kamar Amel bergegas mengambil handuk kimononya, berjalan masuk ke kamar mandi. Amel menghidupkan sofwer menikmati tubuhnya diguyur oleh air yang mengalir sampai keujung kaki.
"Semoga hari ini berjalan dengan lancar, tanpa ada kendala apapun," gumamnya pelan.
Acara mandinya pun telah selesai, setelah berpakaian lengkap, Amel berjalan ke jendela dan membuka jendela, dilihatnya sinar sang mentari pagi yang menebus sampai ke kamar mereka.
"Selamat pagi mentari," ucapnya menyambut matahari pagi.
Amel segera membangunkan keempat malaikatnya yang masih tertidur pulas di atas ranjang besar.
"Raka! Rasti! Bara! Bunga! Bangun sayang, sudah pagi, Nak!" ucapnya lembut mengelus puncak kepala anak-anaknya, yang masih tertidur pulas.
Mendapat sentuhan lembut dari Amel, mereka pun mulai terjaga perlahan-lahan membuka mata.
"Selamat pagi sayang," ucap Amel tersenyum lebar.
"Agi Mama," ucap mereka serempak.
"Sini Mama cium dulu. Setelah itu Mama mandiin kalian. Biar tambah ganteng dan cantik," pinta Amel tersenyum lembut, lalu mencium lembut pipi dan pucuk kepala anaknya satu-persatu.
Cup!
Cup!
Cup!
Cup!
Ayu yang sudah berpakain langsung masuk ke kamar menghampiri Amel.
"Widih, Tante juga mau dong cium kalian begitu," ucap Ayu tiba-tiba.
"Idak, Laka idak au. Kit-kit uga idak au," ucap Raka jutek, dan melipat tangannya di dada.
"Kenapa Raka nggak mau dicium sama, Tante?" ucap Ayu tersenyum mengoda.
"Abitna Ante lau tium ilangnya anya cetali, natanya anyak cetali," celoteh Raka.
"Hehe, iya deh kalau Raka nggak mau," kekeh Ayu mengalah.
Amel yang mendengar percakapan mereka pun menanggapinya dengan tawa kecil.
"Aku bantuin mandiin mereka ya, Kak? Biar Kakak tidak terlambat kerja nanti," ucap Ayu.
"Oke, kalau gitu kamu mandiin dua tuan putri. Nanti Kakak mandiin dua pangeran. Gimana?" ucap Amel memberi saran.
"Siap Kak. Laksanakan," ucap Ayu memberi hormat seperti seorang tentara.
Selesai memandikan anak-anak dan berganti pakaian, kini mereka telah duduk di meja makan untuk sarapan pagi.
Amel berlalu ke dapur yang tidak jauh dari meja makan. Amel segera membuatkan susu untuk anak-anak mengemaskannya. Mereka sudah selesai sarapan.
Seperti biasa jika Amel bepergian, Amel harus mencium anak-anaknya dulu. Amel pamit untuk bekerja, tidak lupa mencium anak-anaknya. Amel yang berada di depan pintunya pun memanggil Ayu untuk keluar sebentar.
Setelah Ayu keluar. "Yu. Kakak pinjam motor kamu dulu, ya? Takutnya kalau nunggu lagi Kakak bisa terlambat ke kantor. Jadi hari ini kamu jangan pergi ke mana-mana dulu!" terang Amel.
"Pakai aja Kak. Tiap hari juga boleh. Tapi, kalau aku sudah menemukan pengasuh. Aku akan memakai motor itu lagi," ucap Ayu tersenyum.
"Iya deh Iya."
"Tunggu! Ayu ambilkan kuncinya dulu," ucap Ayu dan berlari kecil masuk kamar.
Setelah Ayu keluar. "Nih, kuncinya Kak. Jangan lupa pakai helmnya, biar aman saat berkendara!" ucap Ayu memberi peringatan,memberikan kunci motornya pada Amel.
Amel mengambil kunci. "Iya bawel. Kakak pamit dulu ya? Bye-bye," ucap Amel berjalan perlahan.
"Bye-bye Kak. Hati-hati di jalan!"
"Iya," balas Amel singkat.
"Da-da ... Mama," ucap Rasti menyebulkan kepalanya di pintu.
"Da-da ... juga sayang," balas Amel berlalu pergi ke garasi kecil.
Sesampainya di perusahaan Abraham Group Agency. Amel memakirkan motornya di parkiran karyawan kantor. Amel turun dari motor dan mulai merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Matanya tidak sengaja menangkap mobil lamborghini putih yang bersebelahan dengan mobil lamborghini hitam.
Amel tertarik untuk ke sana, entah mengapa kakinya melangkah maju mendekati mobil putih itu. Dia tidak tahu kalau di sebelah tempat parkir karyawan adalah tempat parkir Presdir Abraham Group Agency. Sesampainya di depan mobil.
"Apa mobil ini yang dirusak oleh Bara?" gumamnya pelan. Amel melihat ada goresan-goresan kecil di bagian depan mobil.
Kayaknya sih iya mobil ini. Kenapa mobilnya ada di sini? Jangan bilang kalau mobil ini, milik karyawan perusahaan yang ada di sini. Tebaknya membatin.
"Pantesan ganti ruginya mahal. Debu saja tidak ada sedikit pun yang menempel. Pasti orangnya gila akan kebersihan," gumam Amel pelan menyentuh mobil itu.
Ini goresan juga bukan perkara besar. Kenapa harus ganti rugi sih! Sudah bisa ke baca, pemiliknya mungkin orang yang sangat pelit, batin Amel mengerutu.
Amel mencoba memegangi goresan itu. "Lecetnya juga, hanya sedikit," lirih Amel.
Azka dan Arya yang berada di dalam mobil lamborghini hitam itu sudah melihat tingkah Amel, saat Amel mendekati mobil putih di sebelah mobil hitam milik mereka. Mereka lebih memilih diam untuk menyaksikan apa yang akan Amel lakukan pada mobil putih itu.
Azka tidak menyangka bahwa Amel peduli dengan goresan kecil yang terukir acak di mobil putih miliknya. Akan tetapi dia tidak mendengar apa yang Amel gumamkan dengan jelas. Saat Arya ingin turun berniat membuka pintu untuk Azka. Azka memberi isyarat untuk tidak melakukannya. Azka memilih turun sendiri tanpa suara.
Amel yang merasa area disekitarnya dingin membuat bulu kuduknya pun ikut berdiri.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Azka datar. Membuat Amel terkejut menoleh cepat padanya.
"Ti--Tidak ada Pak," ucap Amel gugup tersenyum kikuk.
Aku harus bagaimana? Si Bongkahan Es ini melihatku segala lagi, batin Amel.
"Kenapa kamu berdiri di depan mobil saya?" ucap Azka datar membuat Amel kaget.
"Ja--Jadi. Mobil ini punya Bapak?" tanya Amel gugup.
Syukurlah bukan Raka yang menggoresnya. Jika tidak, rahasiaku pasti terbongkar, batin Amel.
"Ya. Mobil ini milik saya dan saya lihat kamu mencoba menyentuh goresan kecil itu," ucap Azka datar menunjuk goresan di mobilnya.
OMG! Ternyata orang yang gila akan kebersihan dan juga pelit adalah dia. Ayah dari anak-anakku, batin Amel.
"Oh. I--Itu. S--Saya heran saja Pak. Masa mobil sebagus dan sekeren ini mempunyai goresan, acak pula lagi! Hehe," kilah Amel terkekeh.
"Kenapa kamu begitu peduli dengan mobil saya.Hah?" tanya Azka lagi. Sedikit membentak Amel.
"Siapa yang peduli," ketus Amel.
"Ya sudah. Masuk sana! Berdebat sama kamu membuang-buang waktu saya saja," ucapnya datar berlalu pergi bersama Arya yang sudah turun dari mobil.
"Siapa juga yang mau berdebat sama Bongkahan Es seperti kamu. Bikin udara dingin kek flim horor saja," gerutu Amel pelan. Berjalan pelan mengikuti Azka dan Arya dari belakang.
Saat memasuki ruangan. Para karyawan dan karyawati memberi hormat pada Azka.
"Selamat pagi Pak Azka!" Mereka sedikit membungkuk dan memberi salam.
Azka tidak membalas dan terus berjalan menuju lift pribadi miliknya. Melihat lift yang pernah dinaikinya mau tertutup, Amel bergegas menahannya dan masuk ke dalam lift bersama Azka dan Arya.
"Huff. Hampir saja ketinggalan," dengusnya pelan.
"Kenapa kamu naik lift pribadi milik saya?" tanya Azka datar.
"M--Maaf Pak. Saya tidak tahu. Kemarin juga saya naik lift ini kok," jawab Amel mengingat.
"Pintar sekali kamu menjawab."
Arya hanya diam mematung tidak lama kemudian Arya angkat bicara. "Nona, besok atau seterusnya Nona tidak perlu naik lift ini lagi. Silahkan Nona naik lift karyawan yang ada di sebelahnya!"
"Ya. Baiklah. Saya mengerti Pak." Amel tersenyum menghadap Arya.
Azka yang mendengar itu pun langsung menyelah. "Tidak, biarkan dia naik lift ini saja."
"Eh. T--Tidak apa-apa Pak. Besok saya naik lift karyawan saja," tolak Amel.
"Jangan membantah!" tegas Azka datar.
Hais ... Si Bongkahan Es ini sebenarnya maunya apa sih? Bikin kesal saja. Amel mengumpat Azka dalam hati.
"Baik Pak. Terserah anda saja," ucap Amel tidak mau berdebat.
Bersambung❣
jdi rd MLS klmaan