NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Steven

Pesona Dokter Steven

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat / Contest / Cintamanis
Popularitas:324.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tiny Flavoi

15 tahun berlalu, tapi Steven masih ingat akan janjinya dulu kepada malaikat kecil yang sudah menolongnya waktu itu.

"Jika kau sudah besar nanti aku akan mencarimu, kita akan menikah."

"Janji?"

"Ya, aku janji."

Sampai akhirnya Steven bertemu kembali dengan gadis yang diyakini malaikat kecil dulu. Namun sang gadis tidak mengingatnya, dan malah membencinya karena awal pertemuan mereka yang tidak mengenakkan.

Semesta akhirnya membuat mereka bersatu karena kesalahpahaman.

Benarkah Gadis itu malaikat kecil Steven dulu? atau orang lain yang mirip dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiny Flavoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

02 - Bikin pusing

Rimba terpaksa menemui sang kakak di kantornya. Ia tak berani pulang karena takut diomeli bunda Vania.

"Sekarang motor kamu dimana?" tanya Galang setelah mendengar semua yang telah dialami adiknya hari ini.

"Aku langsung masukin bengkel lah, Kak. Tapi---"

Rimba tak melanjutkan kalimatnya karena ragu untuk diungkapkan.

"Tapi apa?" tanya Galang melotot.

"Biaya perbaikannya mahal. soalnya ada beberapa sparepart yang harus diganti dan barangnya sudah diindenkan," gumam Rimba mencoba menjelaskan.

"Berapa?" tanya Sang kakak seraya menatap tajam pada adiknya.

"Kurang lebih sekitar 4 jutaan," jawab Rimba seraya menggigit kuku jarinya. Kebiasaannya dari kecil kalau dia tengah gugup atau mengakui kesalahan.

"Astaga Rim, jumlahnya nggak sedikit, mahal itu. kamu tuh nggak cape apa cari masalah mulu? aku aja cape lho liatnya," ujar Galang yang bekerja sebagai Supervisor HRD di perusahaan MM Gemilang.

"Siapa juga yang mau celaka kaya gini, kalau tau bakal gini, ya mending tadi pagi aku tidur aja lagi, nggak usah ke kampus ngejar kelas praktikum yang nyatanya nggak ke kejar," jawab Rimba malah menyesali diri sendiri.

"Nggak gitu juga Rimba, kalau cara mengendarai motor nggak ugal-ugalan, hal seperti ini kemungkinan kecil tidak akan terjadi," kata Galang yang resah dengan perilaku adiknya yang semakin hari semakin membuatnya khawatir. "Andai saja ayah masih ada," lirihnya.

"Kok malah jadi bawa-bawa Ayah sih? aku kan jadi sedih, kak," gumam Rimba menunduk. Teringat sang Ayah yang sudah satu tahun ini tiada.

"Karena kamu cuma nurutnya sama Ayah, Rim! Pliss, kali ini kamu nurut sama omongan Bunda, jangan bertindak sesuai keinginanmu terus. Contohnya tadi pagi. Hargai Bunda, kalau bunda minta kamu sarapan dulu sebelum berangkat kuliah kamu turuti. Jangan seenaknya pergi gitu aja. Seenggaknya hargain bunda yang udah capek-capek siapin sarapan buat kita berdua," jelas Galang menasihati Rimba panjang lebar.

"Tapi aku nggak biasa sarapan pagi Kak, aku biasa makan jam 10 bukan jam 7, mual aku tuh kalo makan sepagi itu," bantah Rimba.

"Dibilangin masih aja bantah! kamu gitu terus, aku stop biaya kuliahmu. Emangnya kuliah kedokteran itu murah? aku capek kerja gini buat siapa? sebagian besar buat biaya semester kamu, paham?" ujar Galang mulai jengah dengan sikap sang adik yang cueknya bukan main.

Rimba hanya bisa menelan salivanya. Sadar, bahwa selama ini kalau bukan kebaikan hati dari kakaknya, mana mungkin dia bisa meneruskan kuliahnya sepeninggal sang Ayah.

"Oke, ini kali terakhir aku bantu kamu. Aku akan bayarin biaya perbaikan motor mu dibengkel. Tapi dengan syarat kamu harus Nurut apa yang aku dan bunda minta, apapun itu. Janji?"

"Apapun itu?" tanya Rimba mengulang ucapan sang kakak.

"Iyess, apa pun itu! mengerti?"

"Iya Kak, aku janji," jawab Rimba mantap.

"Bagus."

"Tapi---"

"Tapi apa lagi?" Galang memicingkan sebelah matanya curiga. Sepertinya ada hal lain yang ingin Rimba katakan.

"Orang yang punya mobil itu minta ganti rugi, Kak. Soalnya gara-gara tabrakan itu mobilnya jadi lecet-lecet gitu dan sedikit penyok," ujar Rimba kali ini menggigit bibir bawahnya. 'Mampuslah Lo, Rim. Kakak Lo nggak bakalan kasih ampun kali ini,' batinnya bermonolog.

"For God sake, Rimba!" geram Galang menjambak rambutnya yang kelimis itu ke belakang. "Berapa juta lagi itu? Kamu tau? perbaikan mobil itu lebih mahal dari motor!" Kata Galang kali ini benar-benar jengah dengan adiknya ini.

"Trus gimana? Kakak mau bantu juga kan? aku janji, kelak kalau aku sudah jadi dokter, aku bakalan gantiin uang kakak semuanya," ujar Rimba penuh keyakinan, namun segera dipatahkan Galang.

"Kalau kelakuanmu kaya gini, aku malah sanksi kamu bisa lulus dengan cepat," ujar Galang kesal.

"Ucapan itu doa lho, Kak. Jangan nyumpahin gitu dong!" sahut Rimba.

"Aku nggak nyumpahin, tapi realistis."

"So, kakak mau bantu aku apa nggak?" tanya Rimba beranjak dari duduknya.

"Sori, yang ini aku nggak mau bantu. Kamu pikirkan saja solusinya sendiri. Cari kerja kek, apa kek. Biaya semester kamu aja udah bikin aku pusing, Rim" ujar Galang kali ini tegas. Selama ini dia terlalu memanjakan adiknya itu. apa yang selalu ia inginkan selalu dituruti.

Rimba menghela napasnya sejenak sebelum berkata lagi. "Baik, aku nggak akan ngerepotin kakak lagi selain urusan kuliah. Permisi Kak!" ujarnya beranjak pergi. "Satu lagi!" gadis itu menghentikan langkahnya sejenak dan kembali menatap Galang. "Kakak dan bunda jangan protes kalo sekarang aku sering pulang malem," katanya.

"Kenapa?" tanya Galang seraya menautkan kedua alisnya.

"Kan kakak yang suruh aku kerja. Dan aku bisanya kerja malem, siangnya kan kuliah," sahut Rimba enteng, lalu kembali melanjutkan langkahnya keluar.

"Hey! Rimba!" Galang langsung berdiri dan mengejar adiknya itu keluar. "Tunggu Rimba! Malem-malem mau kerja apa kamu! Rim!" Lelaki itu mengejar adiknya sampai depan pintu lift.

"Apa sih, Kak? tadi kurang jelas?" tanya Rimba setelah menekan tombol turun disisi pintu lift.

"Kamu jangan macem-macem lagi ya!" ancam galang sedikit berbisik karena takut terdengar dengan sesama rekan kerja lain yang tengah sama-sama menunggu lift tersebut.

"Macem-macem gimana? Aku cuma mau nyari kerja di malam hari kok. Apa itu salah? kakak sendiri kan yang nyuruh aku kerja buat ngegantiin kerugian orang itu?" ucap Rimba, tak sadar suaranya sampai didengar orang-orang yang berada dekat dengannya.

"Tapi, Rim---"

Pintu lift pun terbuka, Rimba buru-buru masuk bersamaan dengan seseorang yang baru keluar dari lift yang sama.

"Rimba!" panggil Galang sekali lagi.

"See you, Kak" gadis itu malah melambaikan tangan bersamaan dengan pintu lift yang tertutup.

"Haish! bocah siyalaan!" umpat Galang.

"Siapa? pacar kamu?" tanya orang yang barusan keluar dari lift itu.

"Eh, bukan Pak Marco. Itu adik saya," sahut Galang saat menyadari orang itu ternyata atasannya sendiri.

"Oh, kirain pacarnya. Ya sudah, kembali bekerja!" ujar lelaki nomor 1 di kantor ini sambil berlalu.

"Baik Pak." sahut Galang sedikit membungkukkan badan padahal si Bos itu sudah pergi meninggalkannya.

.

Masih terngiang-ngiang dikuping Rimba omelan sang kakak yang terkadang membuatnya bosan dan jengah.

'Kamu tuh ya Rim, udah dibilang naik motor itu jangan ngebut, jadinya begini kan? makanya dengerin omongan kakak sama Bunda. Jangan masuk kuping kiri keluar kuping kanan, (dan bla....bla...bla...)'

"Aaaarrgg!" teriak Rimba meluapkan kekesalannya disebuah taman kota yang cukup sepi.

"Hey, ada masalah apa?" seseorang menepuk bahunya. Dialah Ellena, sahabat karibnya dari sejak SMP dulu.

Rimba memang tadi menghubungi Ellena dan memintanya untuk ke taman ini menemani dirinya yang tengah terguncang.

"Elle, kenapa nasib gue sial gini sih?" keluh Rimba pada Ellena.

"Sial kenapa? gara-gara tadi nggak bisa ikut praktikum?" tanya Ellena.

"Itu salah satunya, Elle." sahut Rimba lalu menyandarkan kepalanya dibahu Ellena yang penampilannya sangat bertolak belakang dengan Rimba yang urakan.

"terus, Lo kenapa lagi?"

"Lo ada info loker yang bisa part time?" tanya Rimba.

"Lowongan kerja? buat apa?" Ellena mengerutkan keningnya heran.

"Buat bayar utang gue ke orang," sahut Rimba.

"Lo punya utang ke siapa?"

"ke si om-om bule siyalan itu!" sahut Rimba jadi kesal kalau inget kejadian tadi pagi.

"Hah?"

.

.

.

Berpikirlah sebelum berbicara, karena dengan begitu kamu akan mengurangi kesalahan dan masalah yang mungkin akan terjadi.

1
Nartik Najs
kekecewaan dan kedewasaan diri adalah pengalaman hidup yg berarti
Nartik Najs
UPS ,.ganteng dan cantik visualnya Thor 💪💪
Roh Mah
Luar biasa
Ima Kristina
kok udah tamat aja sich Thor kurang greget gitu
Ima Kristina
siapa yang datang Thor
Ima Kristina
q tuh suka ketawa dengan cara panggil kakek ke Steven .... STIP /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
muga kakek baik' saja
Ima Kristina
kayaknya Rimba positif Hamidun nich kok uring uringan teyusss
Ima Kristina
astaga Nagasaki malu maluin aja mas dokter digerebek sama polisi /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
muga rimika tidak ada niat merebut Steven dari saudara kembarnya
Ima Kristina
meski saudara kembar tapi Rimba dan rimiko terpisah lama jadinya seperti orang asing
Nartik Najs
semoga kmu kuat rimbah .jgn sia siakan sifat bar bar mu klo ngak bisa nolong diri li sendiri.💪
Nartik Najs
masih bisakah kmu berpaling dari pri yg sempurna itu rimba 💪💪
Nartik Najs
dispa gadis pujaan Steven itu .lanjut 💪👍
Nartik Najs
seiring waktu dn saling bersama bisa menimbulkan rasa cinta tjor
Nartik Najs
lanjut Thor .ngak bisa komplen 💪💪💪
Nartik Najs
UPS pria mapan dan setia .mencari jodohnya yg ada dlm filingnya ♥️👍
Nartik Najs
rim jadi cewek kalem dikit Napa👍
Nartik Najs
ih my GOD ada ya cewek bar 2 ngak konsisten .ceroboh anjiiirrr da.😆💪
Nartik Najs
cewek ceroboh lanjut Thor 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!