Liam, seorang DJ tampan di sebuah diskotik mewah, terperangkap dalam lingkaran setan. Ia dipaksa menjadi "pria bayaran" oleh Mr. Ricardo, pemilik diskotik yang kejam. Liam terpaksa menerima tip dari para wanita kaya, meski hatinya menolak. Ia berusaha bebas, namun ancaman Mr. Ricardo dan desakan teman-temannya membuatnya terjebak. Suatu malam, Amanda, seorang wanita muda kaya raya yang sering berkunjung ke diskotik tersebut, tertarik pada Liam. Amanda terbiasa mendapatkan apa saja yang diinginkannya dengan uangnya, namun Liam berbeda. Liam tidak tertarik pada uang Amanda, dan ini justru membuat Amanda semakin tertarik padanya. Amanda menawarkan Liam uang sebesar dua miliar rupiah untuk menjadi miliknya. Tawaran ini menjadi titik balik dalam hidup Liam. Apakah Liam akan menerima tawaran Amanda dan bebas dari jeratan Mr. Ricardo? Atau akan ada konflik yang akan terjadi? Akankah cinta mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 2 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
...✧༺♥༻✧...
Lima menit berlalu dengan cepat. Liam menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia berjalan menuju meja DJ, tubuhnya masih terasa lelah dan remuk.
Namun, ia harus profesional. Ia harus menunjukkan penampilan terbaiknya, meski hatinya penuh dengan rasa sakit dan kecewa.
"Baiklah... kali ini aku harus tenang" Liam menarik nafas dalam dan mencoba tersenyum di depan kaca.
Saat lampu sorot menyinari dirinya, Liam membuka bajunya. Tubuhnya yang sempurna, dengan otot-otot yang terbentuk dengan baik, terlihat jelas di bawah sorot lampu.
Jejak-jejak luka dan bekas cambukan samar-samar terlihat di beberapa bagian tubuhnya, menceritakan kisah hidupnya yang penuh dengan penderitaan.
Namun, ia menunjukkan tubuhnya dengan keyakinan, seperti menunjukkan bahwa ia adalah seorang pejuang yang kuat.
Musik mulai mengalun, irama yang kuat dan menggelegar mengisi ruangan. Liam mulai menunjukkan keahliannya sebagai DJ.
Jari-jarinya bergerak dengan cepat dan terampil di atas meja putar, menciptakan suasana yang menarik dan menghibur. Ia lupakan sejenak rasa lelah dan sakitnya, fokus pada musik yang sedang ia putar.
Para penonton terpukau oleh penampilan Liam. Tubuhnya yang sempurna dan keahliannya sebagai DJ menciptakan suasana yang sangat menarik.
Liam menunjukkan bahwa ia adalah seorang pria yang kuat dan berbakat, meski ia telah mengalami banyak penderitaan.
Namun, di balik senyum dan penampilan profesionalnya, rasa sakit dan kecewa masih terasa mendalam di hatinya.
Di tengah alunan musik yang menggema, Liam merasakan gelombang emosi yang menerjangnya. Di balik penampilannya yang memukau, hati kecilnya berteriak pilu.
Gumaman lirih terdengar dari bibirnya, hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri: "Apakah aku harus terus terjerumus di sini? Tuhan… aku ingin keluar…"
...✧༺♥༻✧...
...✧༺♥༻✧...
Dari kejauhan, Mr. Ricardo mengamati penampilan Liam. Ia meneguk minuman kesayangannya, sesuatu yang berwarna merah tua dan beraroma kuat.
Senyum licik terukir di sudut bibirnya. "Anak itu… oke juga," gumamnya, suaranya sedikit serak karena alkohol.
"Tidak sia-sia aku membelinya dulu…" ia mulaii tersenyum dan memandang Liam penuh kepemilikan.
Pandangan Mr. Ricardo menunjukkan kepemilikan. Bukan sekedar kepuasan atas penampilan Liam sebagai DJ, tetapi juga kepuasan atas kekuasaannya atas Liam. Liam adalah miliknya, sebuah aset yang lumayan menguntungkan.
Ia sudah memperlakukan Liam sebagai barang dagangan, tanpa pernah mempertimbangkan perasaan dan keinginan Liam. Bagi Mr. Ricardo, Liam hanya sebuah alat untuk mendapatkan keuntungan.
Namun, di balik kesuksesan Liam sebagai DJ, tersimpan rasa sakit yang mendalam. Ia merasa terjebak dalam lingkaran setan, dengan Mr. Ricardo sebagai penguasa kehidupannya.
Ia ingin bebas, ingin menjalani hidup yang normal, jauh dari dunia gelap dan kejam itu. Ia ingin mencari cara untuk melepas diri dari jeratan Mr. Ricardo, namun tak tahu harus memulai dari mana.
...✧༺♥༻✧...
...✧༺♥༻✧...
Di sudut ruangan yang remang-remang, seorang wanita muda duduk di meja VIP. Ia dikelilingi beberapa pria yang berpakaian mahal, menikmati minuman dan percakapan ringan.
Wanita itu bernama Amanda, seorang sosialita muda yang kaya raya. Ia sering mengunjungi diskotik Inferno, dan dikenal karena kedermawanannya memberikan tip kepada para pekerja di sana, dengan jumlah yang fantastis.
Amanda mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan, tatapan matanya tak lepas dari Liam yang sedang beraksi di atas panggung.
Ia memperhatikan setiap gerakan Liam, cara ia memainkan musik, dan cara ia menunjukkan tubuhnya yang sempurna. Beberapa kali ia menghela napas, menunjukkan ketertarikannya pada Liam.
Kepada pria-pria di sampingnya, Amanda berbisik, "Pria itu… menarik sekali," suaranya lembut namun penuh dengan misteri.
Pria-pria itu menunjukkan kesetujuannya, mencoba menafsirkan maksud Amanda. Mereka tahu, Amanda adalah seorang wanita yang memiliki selera tinggi, dan ketertarikannya pada Liam merupakan sesuatu yang luar biasa.
Mereka tahu, Amanda pasti memiliki rencana tersendiri untuk Liam.
Amanda menatap Liam dengan tatapan yang dalam dan penuh arti. Ia tertarik bukan hanya pada tubuh Liam yang sempurna, namun juga pada aura misterius yang terpancar dari pria itu.
Ada sesuatu yang membuat Amanda tertarik pada Liam, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Liam, ingin mengetahui siapa pria misterius itu sebenarnya.
Setelah penampilan Liam selesai, Amanda mengangkat jarinya, memanggil Mr. Ricardo untuk mendekatinya. Ia menatap Ricardo dengan tatapan tajam,
menunjukkan kekuasaannya. "Siapa pria itu? Mengapa ia jarang terlihat?" tanyanya, suara lembutnya menyimpan sebuah perintah.
Mr. Ricardo mendekat dengan langkah hati-hati, menunjukkan rasa hormatnya pada Amanda. Ia tahu, Amanda adalah tamu VIP yang sangat berpengaruh.
"Dia adalah pria yang sangat sibuk, Nona," jawab Mr. Ricardo,
suaranya rendah dan menghormati. "Hanya tamu-tamu VIP yang bisa bertemu dengannya. Apakah Nona berminat?"
Ia menunjukkan sebuah senyum licik, menunjukkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari ketertarikan Amanda pada Liam.
Amanda mengoyangkan gelasnya dengan lembut, tatapan matanya tetap tertuju pada Liam yang sedang bersiap untuk meninggalkan panggung.
Ia menunjukkan minatnya yang dalam pada Liam. "Siapkan dia untukku… besok," katanya, suaranya tegas dan pasti. Tidak ada ruang untuk penolakan. Perintahnya adalah hukum.
Mr. Ricardo mengangguk patuh, menunjukkan kesetiaannya pada Amanda. Ia tahu, Amanda adalah seorang wanita yang berkuasa dan berpengaruh. Perintahnya harus dituruti tanpa bantahan.
Ia akan melakukan apa pun untuk memenuhinya, meski itu berarti harus memanipulasi Liam. Ia akan mempersiapkan Liam untuk bertemu Amanda besok, dan mendapatkan keuntungan dari situasi ini.
...✧༺♥༻✧...
Liam kembali ke ruangan sempitnya, merasa lelah dan putus asa. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur yang keras dan usang, mencoba melupakan kejadian malam ini. Namun, belum sempat ia terlelap, Mr. Ricardo sudah datang menghampirinya.
"Liam," panggil Mr. Ricardo, suaranya tajam dan tegas. "Siapkan dirimu besok. Ada tamu istimewa yang ingin bertemu denganmu."
Liam sedikit terkejut, namun ia juga merasa sedikit lega. Mungkin ini adalah kesempatan baginya untuk mendapatkan uang yang lebih banyak, dan bisa menebus hutang pada Mr. Ricardo lebih cepat.
Namun, ia juga merasa lelah dan ingin beristirahat. Dengan hati-hati, ia mencoba menolak permintaan Mr. Ricardo.
"Mr. Ricardo," kata Liam, suaranya lembut tetapi tegas. "Bisakah aku mengambil libur besok? Aku sangat lelah…"
Mendengar penolakan Liam, Mr. Ricardo langsung naik pitam. Ia menampar Liam dengan keras "PLAAKKK", membuat Liam terhuyung mundur. "Anak bodoh!" teriaknya, suaranya penuh dengan kemarahan.
"Kau harus siapkan dirimu besok! Tidak ada penolakan! Ini tamu penting, dan dia sangat berkuasa! Kau ingin menghancurkan bisnisku, hah?!"
Mr. Ricardo mendorong Liam dengan kasar hingga menubruk dinding. Liam merasakan sakit yang menusuk di punggungnya.
Ia terdiam, tak berani membantah lagi. Ia tahu, jika ia melawan, akibatnya akan jauh lebih buruk. Ia hanya bisa pasrah, menunggu apa yang akan terjadi besok.
Mr. Ricardo terdiam sejenak, kemarahannya sedikit mereda. Ia mengingat perkataan Amanda, bahwa tidak boleh ada bekas luka baru di tubuh Liam. Amanda ingin Liam dalam kondisi yang sempurna besok.
Mr. Ricardo menghela napas panjang, kemudian memanggil Rico dan Jay, dua orang anak buahnya yang lain.
"Berikan salep ini pada Liam," perintah Mr. Ricardo, suaranya sedikit lebih lembut.
"Pastikan lukanya sembuh besok. Amanda tidak suka ada bekas luka baru di tubuhnya."
Rico dan Jay menghampiri Liam yang masih terduduk di lantai, meringis kesakitan. Liam menatap mereka dengan tatapan tajam.
"Pergi kalian!" katanya, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.
Rico menatap Liam dengan tatapan kasihan. "Kau ini… seringkali memberontak. Kau tahu sendiri Mr. Ricardo itu bagaimana," katanya, suaranya penuh dengan rasa simpati.
Jay menambahkan, "Liam… kita pun juga ingin pergi dari sini. Tapi kita tidak bisa. Kau menderita… kita juga."
Rico mencoba memberikan salep itu pada Liam. "Pakai ini. Besok kau harus tampil sempurna di depan Amanda."
Liam menatap Rico dan Jay dengan tatapan yang berbeda. Ia melihat rasa simpati dan kekhawatiran di mata mereka.
Ia tahu, mereka juga adalah korban dari kekejaman Mr. Ricardo. Mereka juga ingin bebas, tetapi tak berdaya.
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung......
terima kasih sudah mampir karyaku yaaa