Biasanya, perceraian dilakukan antara dua orang atas kesadaran masing-masing diantaranya.
Retaknya rumah tangga, hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, dan perihal pelik sebagainya.
Namun berbeda yang dirasakan seorang model sekaligus Aktris cantik yang benama Rania. Tepat satu tahun di hari pernikahanya, Rania mendapat kejutan perceraian yang di lakukan suaminya~Pandu.
Tanpa memberi tahu Rania, Pandu langsung saja membuat konferensi pers terhadap wartawan, bahwa Rania adalah sosok wanita yang begitu gila karir, bahkan tidak ingin memiliki seorang anak pada wanita umumnya.
Rania yang saat itu tengah melakukan pemotretan di Amerika, tidak pernah tahu menahu, bahwa suami yang begitu dia cintai menceraikannya secara hina. Rania sendiri sadar, saat melihat berita dari televisi internasional.
Dan setelah kedatangn Rania ke tanah air. Dia baru tahu, jika gugatan cerai yang dia terima, semata-mata hanya untuk menutupi perselingkuhan Pandu dengan sahabatnya sesama model~Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12~PPH
Dan tepat pukul 10 malam.
Pandu sudah tiba dikediaman pribadinya.
Pria muda itu berjalan masuk kedalam, sambil memegangi punggungnya yang kini semakin terasa nyeri dan kebas.
Rumah megah itu terasa lebih menyeramkan dari pada rumah kosong, karena tanpa ada sambutan hangat didalamnya. Para pelayan beserta pekerja lainnya, pasti sudah istirahat di kamar masing-masing.
Dan kini, Pandu memutuskan untuk duduk diruang tengah, dengan ditemani sorot cahaya kecil.
Biasanya, secapek apa bekerja. Ataupun selarut apa Rania bergelut dalam profesinya. Dia selalu melakuan tugasnya untuk melayani Pandu, walaupun tengah malam sekalipun.
Hal yang di rasakan Pandu saat ini, juga di ketahui Rania saat dulu. Sebagai istri, Rania sudah paham betul bagaimana kerasnya tuan Mohan terhadap cucu tunggalnya.
Rania yang baru saja pulang pukul 10 malam, tampak shock berat, saat baru saja masuk kedalam kamarnya, dan mendapati sang suami yang kini tidur dalam posisi tengkurap, dengan beberapa luka memar di punggunggnya.
"Astaga sayang ... Apa yang terjadi dengan punggungmu?" Rania mencoba membangunkan Pandu, dengan wajah cemasnya.
Pandu menggeliat, lalu segera bangun dengan wajah malasnya.
"Kamu baru pulang?"
"Tungu sebentar! Aku akan ambilkan air hangat ...."
Di tengah rasa lelahnya, seketika Rania sampingkan saat melihat luka memar suaminya. Dia segera mengambil air hangat dari kamar mandi, dan juga handuk kecil untuk mengompres luka tersebut.
"Hadap lah kesamping, biar aku kompres terlebih dulu!" pinta Rania.
Pandu hanya mengikuti saja. Tubuhnya saat ini memang terasa remuk, akibat perbuatan Eyangnya tadi.
"Kesalahan apa lagi, hingga punggungmu selalu menjadi korban?" ujar Rania sambil menyeka pelan luka tersebut.
"Aku gagal memenagkan Tender besar! Hingga membuat kerugian besar pula," jawab Pandu menahan nyeri.
"Lupakan semua itu! Aku masih memiliki tabungan, agar perusahaanmu bangkit lagi!" gumam Rania penuh kasih.
Ujung bibir Pandu terangkat sinis, saat mendengar kalimat penyemangat sang istri. Rupanya, dia tidak salah karena telah memilih Model cantik itu menjadi istrinya.
PYAR!
Merasa muak dengan pikiranya, Pandu langsung membanting kuat guci diatas nakas tersebut. Entah mengapa disaat seperti ini, dia mengingat Rania.
Setelah itu, Pandu langsung bangkit kembali dan berjalan menuju tangga. Tubuh serta pikiranya benar-benar kacau tak terbentuk.
Ditengah malam yang hening seperti saat ini. Suara bantingan guci tersebut rupanya membuat para pelayannya tersentak, dan langsung berhambur keluar. Mereka hanya takut, jika rumah mewah itu dimasuki oleh maling, atau teror.
"Sepertinya Tuan yang membantingnya, Bik!" ujar pelayan muda, yang kini sudah menyalakan lampu tengah.
"Bibik hanya takut, kalau itu penyusup atau maling, Mar!" kata bik Narsih, "Sudah, kamu tetap bawa sapu itu! Ayo ikuti Bibik ke sana!" tunjuknya kearah tempat duduk Pandu semula.
*
*
*
*
Malam ini, Rania masih di sibukan dengan menyiapkan segala keperluan untuk perjalananya esok.
Model cantik itu, kini tengah berdiri didepan lemari kaca mewah. Dia menatap beberapa pakaiannya yang berjejer rapi di gantungan.
Jemari lentiknya terulur, mengambil dress casual yang panjangnya hanya diatas paha.
"No! Aku nggak mungkin tinggal di sana dengan pakaian seperti ini," gumam Rania. Lalu dia menggantungkan kembali dressnya. Dia memutuskan untuk mengambil beberapa kaos, dan juga celana jeans dan juga perlengkapan lainnya.
Nadia yang sejak tadi membantu Nonanya beberes, kini bangkit dari duduknya, setelah koper besar itu tertutup rapi.
"Non ... Besok saya boleh minta tolong?"
Rania mengernyit, "Apa, Nad? Katakan saja!"
Nadia tampak mengeluarkan sesuatu dari dalam saku depan pakaiannya. Dan itu adalah sebuah amplop bewarna putih.
"Ini saya titip buat ibu, Non! Tolong jika non Rania tiba di desa ... Kasihkan pada ibu saya. Ini gaji saya bulan lalu, belum sempat saya kirimkan," Nadia menyodorkan amplop putih tersebut yang berisikan beberapa lembar uang.
Rumah Nadia memang bertetangga dengan rumah Nenek Rania di desa. Disaat nyonya Lisa datang menemui ibunya, disaat itu dia menawarkan pekerjaan pada putri tetangga desanya, untuk menjadi pelayan dikediamannya~Jakarta.
Bukanya menjawab, Rania lantas beranjak menuju meja rias, yang dimana terdapat tas kerjanya. Model cantik itu tampak mengambil pecahan uang seratus ribu sebanyak 10 lembar.
Lalu, Rania kembali menghadap Nadia, "Baiklah. Jika aku sampai, aku akan berikan pada ibumu! Kamu punya pegangan, selain uang ini?" kata Rania sambil mengangkat amplop putih tersebut.
Nadia sedikit berpikir. Sejujurnya semua uang gaji dia kirimkan untuk sang ibu. Dia hanya menyimpan beberapa uang saja untuk pegangan. Itupun kadang di kasih nyonya Lisa ataupun tuan Domanick, sebagai tips mingguan kerjanya.
Namun Nadia tidak ingin terlalu merepotkan keluarga majikannya itu. Keluarga Ramos benar-benar sangat baik terhadapnya, kecuali putra sulung tuan Domanick.
"Ada, Non! Lagian ... Saya juga jarang keluar, karena disini sudah disiapkan semuanya oleh Ibu!" ujar Nadia menunduk.
Rania menyodorkan uang yang dia ambil dari tasnya tadi, "Ambilah, Nad! Jangan tolak, karena aku tidak suka penolakan!"
Nadia hanya bisa pasrah, bahkan terkejut bukan main, saat Nona mudanya menaruh uang itu didalam saku Rania.
"Terimakasih banyak, Non! Semoga perjalanan Nona lancar hingga ke sana. Dan semoga Nona selalu di limpahkan rejeki yang luas juga."
"Amiin! Terimakasih!"
....................
...................
Melihat Nadia turun dari atas, nyonya Lisa segera bangkit dari duduknya diruang tengah.
"Nadia ... Sini, Nak!"
Nadia lantas mempercepat langkahnya, dan langsung menghadap nyonya rumah tersebut.
"Tolong buatkan nasi goreng dan segelas susu buat Aston! Nanti kamu antarkan saja kedalam kamarnya! Dia sejak tadi belum makan malam, karena moodnya sedang rusak," papar nyonya Lisa.
"Maaf bu ... Tapi saya tidak dibolehkan Tuan muda memasuki kamarnya! Saya takut," tolak Nadia menunduk. Dia masih ingat bagaimana waktu lalu dia dibentak oleh putra majikannya.
Dan hal itu terus terngiang dikepalanya, hingga saat bertatap wajah dengan Aston, ingin rasanya Nadia meghilang.
Nyonya Lisa menarik nafas dalam. Walaupun dia sudah tahu bagaimana kerasnya watak sang putra, namun nyonya Lisa tetep kekeh pada pendiriannya.
"Jika dia berulah, bilang saja sama ibu, ya! Cepat ke atas, nanti dia keburu tidur!"
Setelah itu nyonya Lisa langsung melenggang masuk kedalam kamar, tanpa peduli perasaan Nadia yang kini tengah ketakutan.
Lalu, Nadia segera kembali kearah Dapur untuk membuatkan makanan yang di perintahkan sang majikan.
................
...............
Langkah Nadia menggantung, kala dia mengetuk beberapa kali kamar Aston, namun tidak ada jawaban sama sekali dari sang empunya.
Karena terlalu lelah, Nadia memutuskan untuk membuka pintu kamar itu secara perlahan. Dan benar saja, kamar itu tidak terkunci.
Setelah mengambil nampan makanan dari atas nakas, Nadia mulai memasuki kamar yang menurutnya paling angker sedunia.
Keringat dingin membersamai langkah sang pelayan muda, kala dia mengedarkan pandangan, namun sang Tuannya tidak ada didalam.
"Tuan, Permisi ... Ini saya di suruh Ibu untuk membuatkan anda makan malam!" suara Nadia terasa bergetar, antara menahan takut, namun harus dia paksakan.
Setelah meletakan nampan tersebut di atas nakas sebrang ranjang, samar-samar Nadia dapat mendengar suara yang menurutnya begitu sangat aneh.
'Ya ALLAH ... itu suara Aston? Tapi lagi apa dia ya?'
semangat ya tor🌹🌹
awal baca suka ceritanya 😍
ra dong aku !!!