NovelToon NovelToon
Bencana Gaun Pengantin

Bencana Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Nikah Kontrak / Pengantin Pengganti Konglomerat / Pelakor jahat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Eouny Jeje

Anna tidak pernah membayangkan bahwa sebuah gaun pengantin akan menjadi awal dari kehancurannya. Di satu malam yang penuh badai, ia terjebak dalam situasi yang mustahil—kecelakaan yang membuatnya dituduh sebagai penabrak maut. Bukannya mendapat keadilan, ia justru dijerat sebagai "istri palsu" seorang pria kaya yang tak sadarkan diri di rumah sakit.

Antara berusaha menyelamatkan nyawanya sendiri dan bertahan dari tuduhan yang terus menghimpitnya, Anna mendapati dirinya kehilangan segalanya—uang, kebebasan, bahkan harga diri. Hujan yang turun malam itu seakan menjadi saksi bisu dari kesialan yang menimpanya.

Apakah benar takdir yang mempermainkannya? Ataukah ada seseorang yang sengaja menjebaknya? Satu hal yang pasti, gaun pengantin yang seharusnya melambangkan kebahagiaan kini malah membawa petaka yang tak berkesudahan.

Lalu, apakah Anna akan menemukan jalan keluar? Ataukah gaun ini akan terus menyeretnya ke dalam bencana yang lebih besar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eouny Jeje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Kaya

Satu bulan sudah Anna mendekam di penjara. Hari-harinya penuh ketidakpastian, menanti sidang yang seolah tak pernah ada. Setiap detik yang berlalu terasa menyiksa. Status hukumnya masih menggantung—bukan tahanan bebas, tetapi juga belum resmi menjadi tersangka. Ia terjebak dalam ruang hampa hukum, di antara harapan dan keputusasaan.

Namun, satu hal yang lebih menyiksanya bukanlah pengadilan yang diam, melainkan sosok pria yang kini tak lagi sama—Ethan.

Setiap hari, ia melihat pria itu di layar televisi. Duduk di atas kursi roda elektro yang bergerak otomatis, seakan tak butuh bantuan siapa pun. Ethan kini menjadi pusat perhatian media, tampil dengan wajah tanpa ekspresi, seolah tak ada lagi luka yang tersisa—kecuali di kakinya.

Anna meremas jemarinya. Ia tak perlu melihat untuk tahu bagaimana dinginnya mata Ethan kini menatap dunia. Semua ini terjadi karena dirinya. Malam itu terus menghantuinya—suara rem mendecit, kaca berhamburan, jeritan Ethan... dan kemudian keheningan.

Tabungannya telah terkuras, limit kartu kreditnya habis, utang menumpuk—semua ia relakan demi harapan tipis bahwa Ethan akan mencabut laporannya. Namun, harapan itu terasa semakin jauh.

"Kau bahkan tidak pernah melihat diriku yang telah kehilangan segalanya untukmu."

Dengan napas tertahan, Anna mematikan televisi. Di layar, Ethan baru saja menjawab pertanyaan tentang siapa yang akan menggantikannya dalam bisnis keluarga.

"Yang cacat hanyalah kaki, bukan otak. Bisnis tetap akan berjalan."

Kata-kata itu menghantamnya lebih keras dari apa pun. Di balik semua itu, ia tahu—Ethan belum memaafkannya. Dan mungkin, tak akan pernah.

Anna membayangkan kaki itu—kaki yang kini hanya bisa bergerak dengan bantuan kursi roda. Ia tidak seharusnya merasa sebagai orang yang paling menderita. Mungkin justru Ethan-lah yang menanggung beban paling berat. Bukankah kaki gagah yang dulu membawanya melangkah penuh percaya diri kini telah berubah menjadi sesuatu yang tak lagi bisa digerakkan? Dan penyebabnya… adalah dirinya.

Putus asa mulai merayapi hati Anna. Mungkin ia seharusnya berhenti berharap. Setelah hari ini, kebebasan hanyalah ilusi. Istri palsu—itulah dirinya, wanita yang telah mengubah hidup Ethan Ruan dalam satu malam. Entah takdir apa lagi yang menunggunya.

Mungkin inilah sisa hidupnya—terkurung di balik jeruji besi. Ia hanya harus terbiasa.

Anna menatap layar televisi yang telah redup. Meski terkurung, ia masih bisa tidur nyenyak. Masih bisa menikmati hiburan. Masih bisa merawat diri. Berbagai skincare dan body care berjejer di rak kecilnya—hadiah dari seseorang yang tak pernah ia temui secara langsung lagi. Sang penghadiah sedang berpura-pura menghindarinya.

Harry Zhao.

Pria itu mengumpulkan uang dari para narapidana baru, lalu sebagian digunakan untuk mengiriminya hadiah. Lucu. Harry terus memberinya sesuatu, tetapi tak pernah muncul. Seolah menunggu Anna datang lebih dulu, seolah berharap ia yang mengambil inisiatif.

Tapi Anna tak punya waktu untuk itu. Ia terlalu sibuk menenun harapannya sendiri. Tangannya terus bergerak, memilin benang wol, merajut jaket dalam berbagai ukuran. Ini bukan sekadar pengisi waktu—ini adalah cara untuk bertahan.

Anna menatap kosong ke dinding selnya. Ia lelah, bukan hanya secara fisik, tetapi juga batin. Tak ada lagi gunanya berharap pada kebebasan yang entah kapan datang. Tapi ia masih memiliki satu pilihan: bertahan.

Jika ia tak bisa keluar dari sini dalam waktu dekat, maka ia harus memastikan satu hal—ketika saatnya tiba, ia tidak akan pergi dengan tangan kosong.

Ia butuh uang.

Bukan sekadar untuk bertahan hidup di dalam penjara, tapi untuk sesuatu yang lebih besar. Untuk memastikan bahwa saat ia bebas, ia masih memiliki kesempatan untuk bangkit kembali.

Pandangannya beralih ke tumpukan benang wol di sudut ruangan. Tangannya refleks mengambil gulungan benang dan mulai merajut. Jaket, syal, topi—apa pun yang bisa dijual.

Ia mulai memikirkan pasar yang tepat.

Para narapidana yang masih mendapat kiriman uang dari keluarga mereka adalah target utama. Beberapa dari mereka masih ingin tampil rapi, masih ingin merasakan kenyamanan dalam dinginnya malam di penjara. Mereka adalah pembeli potensial.

Lalu ada sipir. Mereka memiliki gaji tetap, dan beberapa dari mereka pasti ingin sesuatu yang berbeda—barang berkualitas dengan harga wajar.

Anna tidak hanya merajut dengan tangannya. Ia merajut strategi.

Setiap helai benang yang ia pintal adalah langkah kecil menuju masa depannya. Ia tidak tahu kapan kebebasan akan datang, tapi satu hal yang pasti—ketika saat itu tiba, ia harus siap.

Dan untuk itu, ia butuh uang. Sebanyak mungkin.

Anna menyelesaikan rajutannya dengan penuh kepuasan. Ia menatap hasil karyanya dan tersenyum bangga. Dalam pikirannya, ia sudah bisa melihat masa depan yang cerah—ia akan kaya!

Dulu, ia adalah seorang perancang busana yang merancang gaun-gaun indah dan gemerlapan. Namun, penjara mengubah segalanya. Tak ada lagi kain mewah atau permata berkilauan, kini ia hanya bisa bermain dengan benang wol dan gaya musim dingin. Tapi tidak masalah. Pasar harus menyesuaikan diri dengan keadaan, dan ia akan menjadi yang terbaik di dalamnya.

"Aku harus kaya. Walaupun seorang narapidana, aku tetap harus kaya!" pikirnya penuh semangat.

Jam 12:00 WIB

Tepat waktu! Jaket musim dingin rajutannya sudah siap, dan dalam hitungan menit pelanggan pertama hari ini akan datang mengambil pesanannya. Di dalam penjara, ia kini dikenal sebagai desainer spesialis pakaian musim dingin.

"Anna, aku datang untuk mengambil pesananku," seorang wanita datang mendekat.

Anna tersenyum cerah. Mereka bertukar uang dan pakaian—sebuah barter sederhana yang terasa luar biasa. Siapa sangka uang receh bisa membawa kebahagiaan sebesar ini?

Saat wanita itu pergi, Anna menatap uang receh di tangannya dan tersenyum kecil. "Dunia luar pasti akan tertawa melihat betapa kecilnya angka ini," gumamnya. "Tapi di sini? Ini adalah harta karun."

Namun, ia tak menyadari satu hal—separuh besar barang yang ia jual berakhir di tangan seseorang yang sama sekali tidak ia duga.

Anna mengambil uang receh di tangannya, menatapnya sejenak sebelum dengan hati-hati meletakkannya ke dalam tabungan kecil yang ia sembunyikan di sudut selnya. Dengan teliti, ia mencatat setiap pemasukan di buku lusuh yang mulai penuh coretan.

Jari-jarinya bergerak lincah, menghitung kemungkinan. Jika omzet terus meningkat, dalam satu tahun ia bisa mengumpulkan cukup uang untuk menyewa sebuah toko kecil. Bukan lagi penjara yang menjadi dunianya, melainkan butik sungguhan—tempat di mana setiap karyanya terpajang dengan bangga di balik jendela kaca besar.

Tapi kemudian, kenyataan menyentaknya kembali. Ia menghela napas dan menatap jeruji di hadapannya.

"Jika aku masih di sini, siapa yang akan menjaga butikku?"

Sesaat, pikirannya melayang ke dunia luar, ke jalanan yang penuh lampu gemerlap, ke pelanggan yang datang dan pergi, ke ruangan dengan cermin besar di mana seorang desainer sejati berdiri di tengah-tengah mahakaryanya.

Lalu ia tertawa.

Bukan tawa kebahagiaan, melainkan tawa yang sarat dengan ironi. Seolah menertawakan mimpi besarnya yang bertabrakan dengan realitas.

"Tidak masalah," gumamnya, tersenyum kecil. "Seorang pemilik butik tidak harus selalu berdiri di samping pajangannya."

Ia menatap jemarinya yang lelah setelah berjam-jam merajut. Lalu, dengan nada percaya diri, ia menambahkan, "Aku hanya perlu karyawan."

Seakan-akan semuanya begitu sederhana.

Seakan-akan ia benar-benar bisa melawan dunia.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Taris
bagus
Taris
bacanya sambil deg2an, tarik nafas, tegang n ngos2an /Gosh/
Serenarara
Susan, yg kamu lakukan ke Ethan itu...jahattt! /Panic/
IamEsthe
jangan birahi dong. seolah seperti hewan. bisa diganti katanya /Sweat/.
IamEsthe
Saran, ini di font Bold aja.
IamEsthe
kata 'Fashion House' dan 'clover clothes' gunakan font italic sebagai bahasa asing/daerah.


Fashion House bukan sama dengan Rumah Mode dalam bahasa?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!