Ronald Leo, seorang remaja berbakat dari desa kecil di Kediri mendapatkan kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional. Setelah mencuri perhatian pelatih selama seleksi Borussia Dortmund ||, Leo berkembang pesat dengan bantuan sebuah Sistem misterius yang meningkatkan kemampuan fisik dan tekniknya diatas rata- rata. Ditengah persaingan ketat dan berbagai tantangan, Leo memimpin timnya menjadi juara liga remaja Jerman dan mencetak prestasi luar biasa. Namun, perjalanan Leo baru saja dimulai, karena ia kini harus membuktikan kemampuannya di panggung yang lebih besar ~ Liga Profesional.
Dengan penuh aksi, persahabatan, dan impian besar, "SISTEM SEPAK BOLA" adalah kisah seorang remaja Indonesia dalam meraih kejayaan di dunia sepak bola internasional.
Novel ini tidak menganut jadwal dan regulasi liga Eropa secara menyeluruh, demi perkembangan jalan cerita, jadi mohon dimengerti bila ada jadwal yang melenceng jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lion Star24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Bu Susi memandang Leo dengan penuh perhatian. "Leo, ini adalah kesempatan yang luar biasa. Apa yang kamu pikirkan tentang tawaran ini".
*****
Leo berpikir sejenak. " Ini adalah impian yang selalu kuinginkan. Tapi aku juga harus memastikan bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Aku ingin berbicara dengan Bapak dan Ibu lebih dalam tentang ini."
Bapak Herman mengangguk. "Kami akan mendukung keputusanmu, Leo. Tetapi penting untuk memastikan bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk masa depanmu."
Steven berdiri untuk berpamitan. "Terimakasih telah Meluangkan waktu untuk mendengarkan, ini adalah nomor saya, saya akan menunggu kabar dari kalian. Semoga segala sesuatunya berjalan lancar."
Setelah Steven pergi, Leo dan orang tuanya duduk bersama untuk membahas tawaran tersebut. Leo merasa campur aduk antara antusiasme dan kekhawatiran.
Dia khawatir bagaimana dengan kehidupannya nanti disana, uang apa yang akan dia gunakan untuk berangkat ke sana, sementara kehidupan ayah dan ibunya saja pas pasan, belum lagi harus memikirkan biaya sekolah adiknya, banyak hal yang harus Leo pertimbangkan.
Bu Susi akhirnya berbicara, "Leo, ini adalah kesempatan besar untuk masa depanmu. Kami akan mendukungmu sepenuhnya, tetapi pastikan kamu memikirkan segala sesuatunya dengan matang"
"Terimakasih, Bu. Aku akan berbicara dengan teman-temanku dan mempertimbangkan segala hal sebelum membuat keputusan akhir," Jawab Leo dengan penuh tekad.
Pak Herman tidak banyak berkata-kata, tapi dalam hatinya dia berjanji akan mendukung sepenuhnya keputusan anaknya.
Setelah menerima tawaran dari Steven, Leo merasa hatinya penuh dengan campur aduk antara semangat dan kekhawatiran. Ia mulai mencari saran dari teman-teman sekolah dan guru-gurunya mengenai keputusan besar ini. Sebagian dari mereka memberikan dukungan penuh, tetapi ada juga beberapa yang meragukan kemampuannya dan merasa bahwa Leo terlalu percaya diri.
Di sekolah, Leo duduk bersama teman-temannya di kantin. Teman-teman dekatnya, Andi dan Sari, tampak penih perhatian ketika Leo mulai berbicara tentang keputusan untuk pergi ke Jerman.
"Jadi, kamu benar-benar akan pergi ke Jerman?" Tanya andi dengan rasa ingin tahu.
"Ya, Andi. Steven sudah mengkonfirmasi semuanya. Aku sudah memutuskan untuk menerima tawaran itu" Jawab Leo sambil menunjukkan senyum penuh harapan.
"Wow, itu luar biasa. Leo! kamu pasti akan jadi pemain hebat disana," Puji Sari. "Kamu pantas mendapatkan kesempatan ini"
Namun, disudut lain kantin, beberapa siswa lain tampak meragukan keputusan Leo. "Leo ini terlalu percaya diri" Bisik salah sati dari mereka. "Bagaimana jika dia gagal di sana? ini hanya impian yang terlalu besar untuknya"
Leo mendengar bisikan tersebut, tetapi ia berusaha untuk tidak memperdulikannya. Ia tahu bahwa keputusan ini adalah langkah besar dalam hidupnya, dan dukungan dari orang-orang yang peduli padanya jauh lebih berharga.
***
Di rumah, Leo duduk bersama keluarganya di ruang tamu, membahas persiapan akhir sebelum keberangkatannya. Bu Susi tampak cemas, tetapi Bapak Herman lebih tegar dalam menghadapi situasi ini.
"Leo, apakah kamu sudah siap dengan semua persiapan?" Tanya bu Susi.
"Iya, Bu. Steven sudah memberikan semua informasi yang diperlukan. Tapi, ada beberapa hal yang perlu di selesaikan sebelum berangkat." Jawab Leo.
"Nanti Pak Rudi, penerjemah Steven, akan membantu dengan urusan dokumen dan bahasa di sana. Kamu hanya perlu fokus pada latihan dan belajar" Tambah Pak Herman.
"Pak Rudi? Oh iya, aku ingat. Dia yang akan membantu kami dengan semua dokumen, bukan?" Tanya Leo.
"Benar sekali, dan Pak Steven juga meminta uang untuk bekal hidupmu di sana. Uang itu akan kamu simpan sendiri, dan sisa uangnya akan kami simpan untuk adikmu" Jelas Pak Herman.
***
Keesokan harinya, Leo bersama orang tuanya pergi ke sekolah untuk berpamitan. Leo merasa cemas, tetapi juga bersemangat untuk memulai babak baru dalam hidupnya.
Disekolah, suasana agak berbeda dari biasanya. Para guru dan teman-teman memberi dukungan penuh pada Leo. Kepala Sekolah, Pak Hasan, mengundang Leo dan orang tuanya ke ruangannya.
"Selamat pagi, Bapak Herman dan Ibu Susi," Sapa Pak Hasan. "Leo, kami mendengar tentang kesempatan besar ini, kami sangat bangga dengan keputusanmu. Tapi kami juga menyayangkan keputusan mendadak ini, karena kamu memutuskan untuk meninggalkan sekolah ini sebelum lulus".
"Terimakasih Pak Hasan. Ini adalah langkah besar bagi Leo, dan kami sangat menghargai keputusan dari sekolah" Kata Bapak Herman.
Pak Herman menambahkan "Untuk masalah sekolah, Steven sudah sudah berjanji untuk membantu Leo agar bisa melanjutkan pendidikannya di sana".
"Baiklah Pak Herman, Leo, jangan lupakan pendidikanmu di mana pun kamu berada. Teruslah belajar dan berkembang. Pendidikan adalah bagian penting dari perjalananmu" Pesan Pak Hasan sambil memberikan beberapa buku referensi untuk Leo.
Leo mengangguk dengan penuh rasa terima kasih. "Saya akan terus belajar, Pak, terimakasih atas dukungannya".
***
Setelah berpamitan di sekolah, Leo dan orang tuanya menuju ke rumah. Pak Herman dengan tekad yang kuat, memutuskan untuk menjual satu-satunya sawah yang mereka miliki demi mendukung impian anaknya. Pak Herman mempunyai 4 petak sawah dan beberapa kebun, dia berniat menjual semuanya demi mimpi sang buah hati.
Keputusan ini adalah keputusan yang berat, tetapi Pak Herman merasa ini adalah langkah yang tepat untuk masa depan Leo.
"Nak, kami sudah mengatur semuanya, uang dari penjualan ini akan kami gunakan sebagai bekal hidupmu di Jerman dan sisanya untuk biaya sekolah adikmu." Kata pak Herman sambil menyelipkan uang ke dalam amplop. Uang berjumlah 450 juta itu di bagi dalam dua amplop, satu amplop dimasukkan ke dalam koper Leo, dan satu amplop untuk jaga jaga di masukkan ke dalam ransel Leo.
Dokumen yang dibutuhkan dimasukkan ke dalam ranselnya.
"Terimakasih Pak, aku tidak tahu harus berkata apa. Aku sangat menghargai semua pengorbanan kalian," Kata Leo dengan suara bergetar, menahan haru.
"Anakku, ini semua demi masa depanmu. Semoga kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin" Jawab Pak Herman dengan penuh kasih sayang.
Bu Susi memeluk Leo. "Jangan lupakan kami disini. kami akan selalu mendukungmu dari jauh. Berusahalah sebaik mungkin dan ingat rumah".
Sementara adiknya hanya memeluk Leo dengan sesenggukan.
Leo mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "Aku akan berusaha keras dan tidak akan mengecewakan kalian".
*****
ini copy paste atau karya asli?
sorry author bukannya meremehkan karyamu atau apalah tapi menurut saya pribadi jalan cerita yang author tulis tidak asing bagi saya🙏