NovelToon NovelToon
Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Anime / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:745
Nilai: 5
Nama Author: Rodiat_Df

Aditiya Iskandar, seorang Menteri Pertahanan berusia 60 tahun, memiliki satu obsesi rahasia—game MMORPG di HP berjudul CLO. Selama enam bulan terakhir, ia mencuri waktu di sela-sela tugas kenegaraannya untuk bermain, bahkan sampai begadang demi event-item langka.

Namun, saat ia terbangun setelah membeli item di game, ia mendapati dirinya bukan lagi seorang pejabat tinggi, melainkan Nijar Nielson, seorang Bocil 13 tahun yang merupakan NPC pedagang toko kelontong di dunia game yang ia mainkan!

dalam tubuh boci
Bisakah Aditiya menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata, atau harus menerima nasibnya sebagai penjual potion selamanya?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiat_Df, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teori usang

Di dalam ruang kepala sekolah Akademi Kemiren, suasana terasa tegang.

Kepala sekolah, seorang pria tua dengan janggut putih bernama Edgar Cromwell, duduk di kursinya dengan ekspresi serius. Di hadapannya, Darius, Profesor Helena, dan Profesor Aldic sedang berdiskusi tentang satu topik yang tidak biasa—seorang siswa tanpa bakat sihir.

Darius menyilangkan tangannya, menatap Edgar. “Aku sudah menyelidiki sendiri. Dokter dan suster yang membantu kelahiran Nijar memastikan bahwa dia tidak memiliki bakat sihir.”

Profesor Helena, seorang wanita dengan rambut keemasan yang disanggul rapi, menyesap tehnya dengan elegan sebelum berbicara. “Kalau begitu, apa yang masih perlu diperdebatkan? Jika sejak lahir tidak memiliki bakat sihir, maka tidak ada cara untuk mengubahnya.”

Profesor Aldic, seorang pria berambut cokelat acak-acakan dengan kacamata tebal, tampak tidak setuju. “Teorinya memang begitu, tapi ada beberapa kasus langka di mana seseorang yang dianggap tidak memiliki bakat sihir ternyata bisa mengembangkannya dengan metode yang tidak biasa.”

Helena mengangkat alis. “Oh? Kau bicara tentang ‘Pemicu Sihir Tersembunyi’? Teori usang yang bahkan tidak pernah terbukti?”

Aldic menyandarkan punggungnya ke kursi dengan ekspresi yakin. “Aku tidak mengatakan Nijar pasti bisa menggunakan sihir. Tapi kita tidak boleh langsung menutup kemungkinan.”

Darius mengetuk jari-jarinya di atas meja. “Justru itu yang membuatku penasaran. Anak itu... dia bukan anak biasa.”

Edgar akhirnya membuka suara, suaranya dalam dan berwibawa. “Darius, kau membawa kami ke sini untuk membahas Nijar. Tapi katakan padaku, apakah ada bukti bahwa dia bisa mempelajari sihir?”

Darius terdiam sesaat sebelum menjawab. “Tidak ada. Tapi aku sudah melihat keanehan dalam cara dia bertarung di dojo kemarin.”

Helena menggeleng. “Bela diri tidak ada hubungannya dengan sihir.”

Aldic menyela, “Tunggu, tunggu. Keanehan seperti apa yang kau maksud, Darius?”

Darius menghela napas dan menjelaskan. “Gerakannya tidak seperti bela diri yang kita kenal di dunia ini. Seolah dia menguasai sesuatu yang berasal dari tempat lain. Lalu... ada satu hal lagi yang menggangguku.”

Semua orang menatap Darius dengan serius.

Darius melanjutkan. “Aku mengawasinya dengan sihir pengamatan selama pertarungannya. Biasanya, tubuh seseorang akan memancarkan sedikit jejak mana, bahkan jika dia tidak bisa menggunakan sihir. Tapi Nijar... benar-benar kosong.”

Ruangan menjadi sunyi.

Helena meletakkan cangkirnya dengan pelan. “Jika yang kau katakan benar... maka itu semakin membuktikan bahwa dia tidak memiliki bakat sihir.”

Aldic tampak berpikir dalam-dalam. “Atau justru sebaliknya...”

Edgar memperhatikannya. “Apa maksudmu?”

Aldic tersenyum tipis. “Jika benar tubuhnya benar-benar kosong dari mana, bukankah itu berarti dia berbeda dari semua orang di dunia ini? Mungkin dia bukan hanya ‘tidak berbakat sihir’, tapi justru sesuatu yang lebih dari itu.”

Darius menatapnya tajam. “Apakah kau menyarankan Nijar adalah ‘anomali’?”

Aldic mengangguk. “Itu mungkin.”

Helena tertawa kecil. “Teorimu semakin liar, Aldic. Jika dia benar-benar anomali, lalu bagaimana dia bisa masuk ke dunia ini? Jangan beritahu aku kalau kau percaya teori tentang ‘dunia lain’.”

Aldic mengangkat bahunya. “Aku hanya mengatakan bahwa kita belum memahami sepenuhnya apa yang terjadi pada Nijar.”

Edgar akhirnya menghela napas panjang. “Kesimpulannya, Nijar memang tidak memiliki bakat sihir yang bisa dideteksi. Tapi apakah dia memiliki potensi tersembunyi atau tidak... hanya waktu yang bisa menjawabnya.”

Darius mengangguk. “Baiklah. Aku akan tetap mengawasinya.”

Helena berdiri, merapikan pakaiannya. “Terserah kalian. Tapi dari sudut pandang akademis, tidak ada gunanya membuang waktu untuk seseorang tanpa bakat sihir.”

Aldic tersenyum samar. “Aku justru berpikir sebaliknya. Mungkin dia akan menjadi individu yang paling menarik untuk kita pelajari.”

Dengan itu, perdebatan berakhir, tapi misteri tentang Nijar tetap menggantung di dalam pikiran mereka.

Di dalam ruang kepala sekolah Akademi Kemiren, suasana terasa tegang.

Kepala sekolah, seorang pria tua dengan janggut putih bernama Edgar Cromwell, duduk di kursinya dengan ekspresi serius. Di hadapannya, Darius, Profesor Helena, dan Profesor Aldic sedang berdiskusi tentang satu topik yang tidak biasa—seorang siswa tanpa bakat sihir.

Darius menyilangkan tangannya, menatap Edgar. “Aku sudah menyelidiki sendiri. Dokter dan suster yang membantu kelahiran Nijar memastikan bahwa dia tidak memiliki bakat sihir.”

Profesor Helena, seorang wanita dengan rambut keemasan yang disanggul rapi, menyesap tehnya dengan elegan sebelum berbicara. “Kalau begitu, apa yang masih perlu diperdebatkan? Jika sejak lahir tidak memiliki bakat sihir, maka tidak ada cara untuk mengubahnya.”

Profesor Aldic, seorang pria berambut cokelat acak-acakan dengan kacamata tebal, tampak tidak setuju. “Teorinya memang begitu, tapi ada beberapa kasus langka di mana seseorang yang dianggap tidak memiliki bakat sihir ternyata bisa mengembangkannya dengan metode yang tidak biasa.”

Helena mengangkat alis. “Oh? Kau bicara tentang ‘Pemicu Sihir Tersembunyi’? Teori usang yang bahkan tidak pernah terbukti?”

Aldic menyandarkan punggungnya ke kursi dengan ekspresi yakin. “Aku tidak mengatakan Nijar pasti bisa menggunakan sihir. Tapi kita tidak boleh langsung menutup kemungkinan.”

Darius mengetuk jari-jarinya di atas meja. “Justru itu yang membuatku penasaran. Anak itu... dia bukan anak biasa.”

Edgar akhirnya membuka suara, suaranya dalam dan berwibawa. “Darius, kau membawa kami ke sini untuk membahas Nijar. Tapi katakan padaku, apakah ada bukti bahwa dia bisa mempelajari sihir?”

Darius terdiam sesaat sebelum menjawab. “Tidak ada. Tapi aku sudah melihat keanehan dalam cara dia bertarung di dojo kemarin.”

Helena menggeleng. “Bela diri tidak ada hubungannya dengan sihir.”

Aldic menyela, “Tunggu, tunggu. Keanehan seperti apa yang kau maksud, Darius?”

Darius menghela napas dan menjelaskan. “Gerakannya tidak seperti bela diri yang kita kenal di dunia ini. Seolah dia menguasai sesuatu yang berasal dari tempat lain. Lalu... ada satu hal lagi yang menggangguku.”

Semua orang menatap Darius dengan serius.

Darius melanjutkan. “Aku mengawasinya dengan sihir pengamatan selama pertarungannya. Biasanya, tubuh seseorang akan memancarkan sedikit jejak mana, bahkan jika dia tidak bisa menggunakan sihir. Tapi Nijar... benar-benar kosong.”

Ruangan menjadi sunyi.

Helena meletakkan cangkirnya dengan pelan. “Jika yang kau katakan benar... maka itu semakin membuktikan bahwa dia tidak memiliki bakat sihir.”

Aldic tampak berpikir dalam-dalam. “Atau justru sebaliknya...”

Edgar memperhatikannya. “Apa maksudmu?”

Aldic tersenyum tipis. “Jika benar tubuhnya benar-benar kosong dari mana, bukankah itu berarti dia berbeda dari semua orang di dunia ini? Mungkin dia bukan hanya ‘tidak berbakat sihir’, tapi justru sesuatu yang lebih dari itu.”

Darius menatapnya tajam. “Apakah kau menyarankan Nijar adalah ‘anomali’?”

Aldic mengangguk. “Itu mungkin.”

Helena tertawa kecil. “Teorimu semakin liar, Aldic. Jika dia benar-benar anomali, lalu bagaimana dia bisa masuk ke dunia ini? Jangan beritahu aku kalau kau percaya teori tentang ‘dunia lain’.”

Aldic mengangkat bahunya. “Aku hanya mengatakan bahwa kita belum memahami sepenuhnya apa yang terjadi pada Nijar.”

Edgar akhirnya menghela napas panjang. “Kesimpulannya, Nijar memang tidak memiliki bakat sihir yang bisa dideteksi. Tapi apakah dia memiliki potensi tersembunyi atau tidak... hanya waktu yang bisa menjawabnya.”

Darius mengangguk. “Baiklah. Aku akan tetap mengawasinya.”

Helena berdiri, merapikan pakaiannya. “Terserah kalian. Tapi dari sudut pandang akademis, tidak ada gunanya membuang waktu untuk seseorang tanpa bakat sihir.”

Aldic tersenyum samar. “Aku justru berpikir sebaliknya. Mungkin dia akan menjadi individu yang paling menarik untuk kita pelajari.”

Dengan itu, perdebatan mereka berakhir.

Edgar menghela napas panjang, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi lelah.

Edgar: "Jadi ini maksud Raja menghapus bakat sihir dari surat pendaftaran... Dia hanya ingin merepotkan kita."

Darius dan Aldic saling berpandangan, sementara Edgar melanjutkan, suaranya dipenuhi frustrasi.

Edgar: "Sejak Raja meregulasi ulang aturan masuk akademi, siapa saja bisa mengikuti ujian, bahkan tanpa bakat sihir. Tapi dengan satu syarat—tanpa bakat sihir, mereka harus mencapai skor 75% untuk lulus. Dan sejauh ini, tidak ada satu pun yang berhasil. Bahkan hampir tidak ada yang berani mencoba!"

Aldic mengetuk jarinya di meja dengan ekspresi berpikir. "Dan ditambah lagi, ujian masuk dilarang mengandung soal tentang sihir. Itu artinya… anak itu lulus hanya dengan kecerdasan murni."

Darius menyilangkan tangannya dan tersenyum tipis. "Itulah sebabnya aku ingin mengawasinya. Anak itu berhasil mencapai sesuatu yang dianggap mustahil. Itu saja sudah cukup membuatnya layak diperhatikan."

Edgar menghela napas lagi, lalu menggelengkan kepala. "Hanya Raja yang tahu apa yang sebenarnya dia rencanakan... Tapi yang jelas, kita tidak bisa mengabaikan Nijar begitu saja."

Aldic menyeringai. "Bagus. Itu berarti tugasku semakin menarik."

Dengan itu, ketiga pria di ruangan itu menyadari bahwa kedatangan Nijar ke akademi bukan hanya kebetulan—tetapi bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar.

1
Rosita Rose
seru nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!