Pertanyaan “Kapan nikah?” pasti sering muncul ketika bertemu dengan keluarga besar atau teman lama, salah satunya pada momen kumpul keluarga atau reuni sekolah.
Pertanyaan ini sering menjadi m0mok bagi sebagian orang terutama kaum hawa. Dapat memicu munculnya rasa cemas dan stres dalam lingkungan sosial atau pergaulan. Tak terkecuali bagi seorang wanita berusia tiga puluh tahun bernama Yumna Salsabila.
Terlebih ibunya menuntut Yumna untuk segera menikah. Dikarenakan Salwa, adik Yumna, juga berencana menikah dengan kekasihnya.
Hidup Yumna mendadak jungkir balik saat kedatangan mantan playboy kelas kakap bukan kelas bulu, bernama Alden Pratama Bentley. Lelaki blasteran yang satu ini telah jatuh hati pada Yumna sejak pertama kali mereka berjumpa. Sementara Yumna belum bisa dengan cepat naik pelaminan bersama Alden karena ada bias di masa lalu yang ia pendam.
Bagaimana jungkir balik cinta Yumna ? Simak kisah mereka💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Kapan Nikah ?
Rumah Orang Tua Yumna, Bandung.
Yumna adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia punya seorang adik bernama Salwa yang memiliki jarak usia sepuluh tahun dengannya.
Yumna hidup berjauhan dengan keluarganya. Ia tinggal di sebuah kos sederhana yang tak jauh dari kampusnya di Yogyakarta. Sedangkan keluarganya tinggal di Bandung.
Ibunya bernama Ratih. Sedangkan ayahnya bernama Pak Latif dan sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu karena sakit. Sejak kepergian Pak Latif, Yumna yang membantu perekonomian keluarganya.
Dikarenakan sang ibu hanya menjadi tukang jahit rumahan. Terkadang menjadi juru masak jika ada tetangga yang hajatan sedang meminta bantuannya.
Hari ini Yumna sengaja bertandang ke Bandung karena tengah rindu dengan keluarganya. Kebetulan ada libur panjang yakni tanggal merah berjejer di akhir pekan.
Semalam Yumna menaiki kereta api Mutiara Selatan dari Yogyakarta dan baru tiba di Stasiun Bandung sekitar pukul setengah enam pagi. Jarak dari Stasiun Bandung ke rumah orang tua Yumna tak begitu jauh.
Dengan menaiki ojek motor sekitar dua puluh menit, Yumna tiba di rumah orang tuanya. Bu Ratih menyambut dengan penuh senyum kedatangan putri sulungnya itu.
"Assalammualaikum, Bu." Yumna mengucap salam ketika memasuki kediaman orang tuanya.
"Waalaikumsalam. Kamu pulang, Yum."
"Iya, Bu. Kan ada libur tanggal merah. Yumna di Bandung tiga hari setelah itu balik ke Jogja lagi," jawab Yumna seraya mencium tangan sang ibu penuh takzim.
"Ayo masuk. Kamu pasti capek dari perjalanan," ujar Bu Ratih menuntun putrinya itu masuk ke dalam rumah.
"Salwa mana, Bu?" tanya Yumna.
"Ada di kamarnya lagi tidur," jawab Bu Ratih.
Keduanya kini sudah duduk di ruang tamu.
"Salwa libur kerja hari ini, Bu?" tanya Yumna.
Salwa bekerja di salah satu gerai restoran cepat saji yang buka selama 24 jam. Tetap berada di kota Bandung.
"Salwa sudah enggak kerja di sana lagi," jawab Bu Ratih apa adanya.
"Loh, kenapa? Cari kerja kan susah, Bu."
"Salwa kan ada rencana menikah sama pacarnya. Kata Salwa, pacarnya itu kerjanya jadi manajer perusahaan properti. Nanti dia malu sama calon mertuanya kalau ketahuan kerja jadi pelayan restoran,"
"Mereka kan belum nikah, Bu. Memangnya pacarnya mau biayain hidup Salwa sama Ibu semuanya sebelum pernikahan terjadi?!" seru Yumna mendadak meradang setelah mendengar tingkah laku adiknya itu yang tak pernah berubah. Sok berduit dan suka flexing.
Padahal hidup mereka pas-pas an selepas kepergian Pak Latif. Yumna terpaksa harus banting tulang untuk mencukupi semuanya. Ia menjadi Generasi Sandwich, kata anak zaman now.
Generasi Sandwich adalah istilah yang menggambarkan kondisi seseorang yang harus menanggung beban finansial dan perawatan untuk dua generasi, yaitu orang tua dan anak-anak.
Tiba-tiba pintu kamar Salwa mendadak terbuka.
Ceklek...
Adik Yumna itu merasa terganggu dengan suara sang kakak yang cukup keras terdengar di telinganya ketika pagi hari saat ia tidur seperti ini. Salwa baru tidur sekitar tiga jam karena kemarin setelah resign dari tempat kerjanya, ia memutuskan pergi have fun dengan teman-temannya hingga larut malam.
"Pagi-pagi pera_wan tua sudah ngomel !! Kenapa sih suka ikut campur urusanku? Mending urusin hidupmu yang enggak nikah-nikah sampai sekarang!" seru Salwa seraya menatap tajam ke arah Yumna.
Seketika Yumna langsung berdiri dari kursinya.
"Mending aku belum nikah, tapi enggak nyusahin orang tua!"
"Memangnya aku nyusahin?" balas Salwa tak mau kalah.
"Sudah dibiayain kuliah ujungnya gak terus. Eh, malah duit SPP dipakai foya-foya enggak jelas! Itu duit bukan daun yang tinggal metik. Buat dapetin duit, butuh perjuangan dan kerja keras. Bukan enak-enak tidur, saat mata kita meeleek tuh duit jatuh sendiri ke muka kita. Itu mimpi namanya!"
"Terus, Mbak Yumna enggak ikhlas nih kemarin-kemarin biayain aku kuliah. Mbak enggak lupa kan sama pesan almarhum bapak sebelum meninggal. Mbak Yumna wajib sekolahin aku sampai kuliah. Apa Mbak sudah pikun?"
"Oh tentu Mbak enggak pikun. Mbak nepatin janji ke almarhum bapak kok. Sudah Mbak kuliahin kamu, terus hasilnya apa?!" jawab Yumna seraya menyindir balik Salwa.
"Tenang saja nanti kalau aku jadi menikah sama pacarku yang mapan itu, uang dari Mbak Yumna aku kembalikan seratus persen. Jika minta bunga deposito, aku berikan juga kok. Tenang saja,"
"Kamu pikir semuanya bisa dinilai begitu!" desis Yumna.
"Sudah cukup !!" pekik Bu Ratih berusaha melerai kedua putrinya yang tengah bertengkar hebat tersebut.
"Biarin, Bu. Sekali-kali nih anak perlu ditegesin. Kalau enggak, bisa ngelunjak dan semaunya sendiri."
"Sekarang yang perlu Mbak lakuin cuma satu," ujar Salwa.
"Apa?" tanya Yumna menantang Salwa.
"Kapan nikah?"
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
* Flexing adalah istilah yang menggambarkan perilaku memamerkan kekayaan, pencapaian, atau gaya hidup mewah untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan.
Yumna sebaiknya cerita in sj ke alden masa lalumu... toh bukan karena disengaja to di jebak