Naya, hidup dalam bayang-bayang luka. Pernikahan pertamanya kandas, meninggalkannya dengan seorang anak di usia muda dan segudang cibiran. Ketika berusaha bangkit, nasib mempermainkannya lagi. Malam kelam bersama Brian, dokter militer bedah trauma, memaksanya menikah demi menjaga kehormatan keluarga pria itu.
Pernikahan mereka dingin. Brian memandang Naya rendah, menganggapya tak pantas. Di atas kertas, hidup Naya tampak sempurna, mahasiswi berprestasi, supervisor muda, istri pria mapan. Namun di baliknya, ia mati-matian membuktikan diri kepada Brian, keluarganya, dan dunia yang meremehkannya.
Tak ada yang tahu badai dalam dirinya. Mereka anggap keluh dan lemah tidak cocok menjadi identitasnya. Sampai Naya lelah memenuhi ekspektasi semua.
Brian perlahan melihat Naya berbeda, seorang pejuang tangguh yang meski terluka. Kini pertanyaannya, apakah Naya akan melanjutkan perannya sebagai wanita sempurna di atas kertas, atau merobek naskah itu dan mencari kehidupan dan jati diri baru ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dingin dan Gelap
Sesampainya di toko tersebut, Naya sudah disuguhkan dengan petinggi toko, pramuniaganya beserta crew toko yang bermasalah.
" Bu Naya .. " Panggil Agneu, pramuniaganya.
" Belum clear neu ? "
" Belum Bu .. " Agneu menggelengkan kepalanya sambil memperlihatkan pipinya yang terkena luka cakaran.
" Ini siapa yang mulai duluan pake kekerasan ? " Nada Naya mulai meninggi. Naya tidak menyukai segala bentuk kekerasan apalagi sampai melukai salah satu tim nya.
" Bukan saya ! Dia yang pertama kali membentak saya. Saya tidak bermaksud melukai dia. " Jelas si crew toko.
" Kalo bukan oleh anda, lalu ini ulah siapa ? " Naya menunjuk lada pipi Agneu.
" Iya itu memang bekas saya, tapi karena Agneu terus provokasi saya. Namanya juga konsumen, selagi belum transaksi ya masih bebas mau beli apa aja. "
" Bukan gitu laporan yang saya terima. Yang sampai ke saya adalah anda mengalihkan konsumen dengan cara membohonginya mengatakan bahwa size yang konsumen butuhkan itu tidak ada. Ada nya dari brand lain. "
" Iya terus ? "
" Ko terus sih. Anda paham etika tidak ? "
Pak Dani yang sedari tadi memperhatikan pertikaian diantara mereka akhirnya turun tangan.
" Sudah Bu Naya. "
" Pak Dani, tim saya adalah tanggung jawab saya. Saya menyerahkan mereka disini dalam keadaan baik-baik saja. Saya gak bisa ya Pak mentoleransi hal seperti ini. "
" Saya paham Bu, saya dan management memohon maaf atas kericuhan yang terjadi. Biar kami yang mendisiplinkan crew kami. "
" Selain di disiplinkan, dia juga harus bertanggung jawab atas luka fisik yang di terima karyawan kami Pak. "
" Tentu Bu, saya akan memastikan Agneu mendapat pengobatan dan kompensasi. Sudah ya Bu jangan di perpanjang lagi. " Pinta Dani.
" Baik, tapi pahami peringatan saya ya Pak. Kalau hal ini terjadi lagi pada karyawan perusahaan kami, saya tidak akan segan untuk mengambil jalan hukum dan mengadukan hal ini pada departemen tenaga kerja. " Ultimatum Naya.
Hal ini lah yang menjadikan Naya begitu disegani dan dicintai oleh rekan-rekan kerjanya. Naya punya keberanian dan ketegasan dalam menegakkan kebenaran. Belum lagi kepandaian nya dalam management dan sedikitnya memahami masalah hukum mendapat feedback positif karena apra karyawan nya selalu merasa aman dibawah naungannya.
Ya Naya memang suka belajar, selain belajar manajemen bisnis, Naya pun mempelajari banyak hal termasuk psikologi dan hukum. Menurut Naya keduanya berkaitan dengan kebutuhan kerja nya sebagai SPV yang harus menaungi banyak orang. Terlebih area Naya luas, dengan toko yang berbeda-beda dan karakter yang berbeda pula. Naya harus memahami setiap karakter yang ada dan harus juga bisa melindungi dirinya sendiri.
Dunia retail ini memang kejam.
" Sakit ya Neu ? " Tanya Naya khawatir.
" Lumayan Bu perih .. "
" Kamu pulang aja Neu, biar diobatin dulu ke klinik. Takutnya infeksi " Titah Naya.
" Gak papa Bu ? "
" Gak papa Neu, biar saya stay dulu disini buat backup kamu. Kamu juga gak akan bisa layanin pelanggan dalam keadaan kaya gini. " Jelas Naya.
" Makasih ya Bu, maaf jadi merepotkan. "
" Sama sekali engga Neu. "
Jadilah Naya akan terperangkap seharian ini di store ini. Waktu terasa begitu lama dari biasanya. Naya bukan orang yang sulit berkomunikasi, tapi Naya mudah gelisah ketika berada di lingkungan baru dalam waktu yang lama.
Dada Naya mulai terasa berdebar, memberikan sensasi tidak nyaman. Counter berukuran 3x3 itu terasa semakin menyesakkan.
Naya segera mencari tempat duduk yang aman dari keriuhan. Pendengarannya seakan menggema, keriuhan itu terasa memekik telinga membuat nyeri di kepalanya. Kejadian demi kejadian dramatis dalam hidup Naya membuat keadaan mentalnya semakin memburuk sekalipun Naya terus berjuang melawannya.
Sekitar 10 menit, nafas Naya berangsur mulai teratur. Irama nya tak saling memburu seperti tadi. Untunglah counter brand nya selama sepuluh menit itu dalam keadaan sepi. Ingin terisak namun tak mampu.
Sampai kapan ini berlalu Tuhan, ucap Naya dalam hatinya.
Waktu menunjukkan pukul 17.00 sudah saatnya Naya kembali ke kantor untuk absen lalu pulang. Sebelumnya Naya berpamitan terlebih dahulu kepada management store.
" Pak Dani saya pamit ya .. "
" Loh buru-buru amat Bu. Padahal kalo ada Bu Naya tuh counter nya suka jadi rame. "
" Ah rame juga anak saya gak Bapak jagain bener-bener. " Canda Naya terkait insiden Agneu.
" Aduh Bu Naya, saya gak maksud gitu. Kalau saya tau lebih dulu pas kejadian. Udah saya pasang badan buat Agneu. "
" Yaudah saya titip Agneu ya Pak. Mohon sekali anak-anak saya yang stay disini untuk diperhatikan keamanan nya. Perselisihan itu biasa, tapi jangan sampai mengakibatkan serangan fisik Pak. "
" Pasti Bu, saya juga udah kasih surat peringatan. Kedepannya pasti saya lebih ketat lagi Bu. "
" Baiklah Pak, saya pamit ya terimakasih. "
" Oya bu, habis dari sini lekas istirahat ya. Ibu pucet sekali. "
" Ah gituu ya Pak. Okey siap pak " Naya keluar dari area store berjalan kaki menuju parkiran di sebrang jalan karena tadi siang Naya tidak kebagian tempat parkir didalam.
Langit berwarna jingga terang, menandakan siang akan segera berlalu berganti malam. Naya sampai di kantornya pukul 18.02 lebih dari waktu seharusnya. Di kantor sudah mulai sepi, yang lain pulang ontime hanya Naya yang sering pulang terlambat.
Andai kata tidak ingat pada Sean, Naya tak ingin mengambil tanggung jawab pekerjaan sebesar dan seberat ini. Bukan sekali dua kali dirinya dihina dimaki saat mencoba membantu handling pelanggan complain, bahkan pernah hampir diludahi. Tapi Naya terima.
Naya tak bisa melemah, Sean bergantung padanya. Pekerjaan ini memang sulit dan berat, tapi hanya disinilah karir nya berkembang dengan cepat dan mendapatkan income yang cukup besar. Orang lain hanya tau Naya cerdas dan kompeten, tanpa mereka tau berapa banyak cacian yang harus Naya terima. Berapa banyak keraguan yang harus Naya tepis dan berapa sulitnya Naya harus selalu berpura-pura kuat.
Jabatannya menuntutnya menjadi orang yang selalu bisa mengayomi dan merangkul bawahannya tanpa Naya pun memiliki sandaran. Sedang atasannya jangankan merangkul atau mengayomi, yang di dapatkan hanya pressure target, pencapaian, evaluasi.
Nasib berada di level middle management, dituntut bawahan di tekan atasan.
Blip
Absen pulang berhasil. Naya menutup hari ini dengan rasa lelah luar biasa karena dengan berada di store Naya harus berinteraksi lebih banyak dengan orang asing berbeda saat dirinya harus melakukan visit karena yang di visit toh orang-orang yang di kenalnya sehingga tidak menimbulkan rasa lelah berlebihan.
Jalanan mulai menjadi gelap, siang tadi panas begitu terik. Malam ini gerimis mulai turun, tidak heran di kota ini memang sering hujan dari sore sampai malam.
Alih-alih berteduh, Naya lebih suka membuka kaca pelindung helm nya. Naya menikmati terpaan air hujan di wajah lesunya. Naya begitu mencintai hujan malam hari, baginya hujan malam seperti apa yang ada dalam dirinya. Dingin dan gelap.