Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
"Rara!" Claudya berucap dengan nada tinggi.
"Clau, kau datang?" Rara terkejut menatap pada Claudya yang datang, Rara bertanya dengan suara bergetar karena takut pada Claudya yang menatapnya sedikit tajam.
"Obat apa yang kamu masukan pada minuman aku semalam? Hah? Rara kamu mencelakai aku!" geram Claudya.
Plak
Bukan Claudya yang menampar justru Rara yang menampar Claudya, disana yang salah itu adalah Rara tapi kenapa Rara yang marah pada Claudya. Sungguh Claudya sudah salah memilih seorang teman.
Claudya memegang pipinya yang terasa sangat perih karena tamparan dari Rara, hanya helaan nafas yang Claudya lakukan sekarang.
"Rara, apa yang kamu lakukan padaku? Kita kan teman?" Claudya bertanya dengan air mata yang semakin luruh, rasa kecewa membuat Claudya lemah.
Dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi, Claudya menjatuhkan tubuhnya di atas lantai kamar Rara. Hanya tangisan yang mampu Claudya perlihatkan karena sudah terlanjur kecewa, andai saja Claudya bisa memutar waktu maka dia tidak akan datang ke bar walaupun Rara dalam masalah besar sekali pun.
Claudya mengusap air matanya yang membasahi pipinya, Claudya bangkit dari duduknya. Claudya memegang pundak Rara, tangannya sedikit mencengkeram kuat pundak Rara.
"Mulai sekarang persahabatan kita berakhir. Rara, aku kecewa padamu! Semoga saja nantinya kau bahagia." Claudya langsung pergi setelah mengatakan hal itu.
Tak ada rasa penyesalan sedikit pun dalam diri Rara, dia malah senang karena Claudya sudah hancur. Rasa iri yang Rara rasakan selama ini membuat Rara nekad ingin mencelakai Claudya.
Hanya karena Claudya lebih unggul dari Rara hal itu malah membuat Rara iri dan ingin menyingkirkan Claudya.
Jaman mereka sekolah dahulu, Claudya lah yang paling sering mendapatkan nilai yang bagus saat ujian, dan sekarang mereka kuliah dan tetap Claudya lebih unggul dari Rara.
Apa lagi Pria yang Rara suka juga mulai mendekati Claudya, hal itu semakin membuat Rara iri hati hingga tanpa bekas kasihan dia menjual Claudya pada pria hidung belang.
Dalam perjalanan pulang, air mata Claudya tetap mengalir tanpa henti. Sekarang bukan masa depannya saja yang hancur tapi Claudya juga takut masa kuliahnya juga akan dilewatkan, sekarang Claudya takut kalau dia hamil karena kejadian kemarin.
Claudya memang belum pernah pacaran tapi dia sedikit tau tentang masalah seperti itu karena di sekolahan pun dia di ajari oleh gurunya, Claudya takut hamil dan bukan itu saja dia lebih takut kalau orang tuanya tau tentang dirinya yang seperti itu.
"Tuhan, kenapa harus aku yang mengalami masalah ini?" Mata Claudya mulai berembun lagi, tapi tangannya langsung sigap menghapus air mata yang pastinya akan terjatuh lagi.
Tanpa Claudya sadari dia sudah sampai dirumahnya karena jarak rumah Rara dan rumahnya cukup dekat, Claudya memastikan kalau wajahnya tidak terlihat seperti habis menangis, dia juga mencuci muka supaya wajahnya sedikit terlihat tenang dan fresh.
"Ma, aku pulang." Claudya membuka pintu kamar dan langsung masuk kedalam kamar tanpa memperdulikan orang tuanya yang bertanya dari mana dia semalam tidak pulang.
Hingga papanya menghentikan langkah Claudya dengan menarik tangan Claudya sedikit kasar. "Mama kamu tanya, kenapa tidak dijawab?" tanya Papa Claudya.
"Pa, aku ada kuliah malam dan aku menginap di rumah Rara, sudahlah aku capek aku mau istirahat dan hari ini sepertinya aku tidak akan masuk kuliah," ujar Claudya dengan senyuman yang terukir padahal keadaan hatinya sedang kacau sekarang.
"Baiklah, istirahatlah saja Clau." mamanya berucap dengan senyuman yang memang tak pernah lepas dari bibirnya itu.
Claudya menutup pintu kamarnya, dia duduk di pinggir ranjang. Claudya menatap pada kartu black card yang tadi pagi dia temukan dengan surat yang Claudya duga itu dari pria yang semalam tidur dengannya.
"Uang ini untuk apa? Aku gak butuh uang haram ini." Claudya menghela nafasnya kasar. "Tapi aku akan simpan siapa tau nanti ada hal yang mendesak dan aku bisa pakai uang ini," gumam Claudya.
**
Satu bulan berlalu.
Claudya masih berangkat kuliah seperti biasa, hanya saja sekarang dia berangkat pagi karena untuk menghindari bertemu dengan Rara. Untuk sekarang Claudya benar-benar tidak berminat lagi untuk berteman dengan Rara.
"Clau," sapa Zidan yang langsung mendekat pada Claudya.
"Zidan, ada apa?" tanya Claudya.
"Mau ke kantin bareng?" Zidan berharap kalau dia bisa mendekati Claudya.
Claudya masih bingung tapi dia menganggukan kepalanya setuju pada ajakan Zidan, mereka ke kantin yang cukup ramai. Claudya dan Zidan memesan sebuah mie instan dengan telur ceplok di atasnya.
"Bagaimana kuliah kamu? Baik 'kan?" Zidan bertanya untuk mencairkan suasana.
Claudya menganggukan kepalanya. "Cukup baik, tapi ada beberapa masalah dan syukurnya aku bisa menghadapi semuanya," papar Claudya.
Mie yang mereka pesan sudah datang, tapi bau dari mie instan itu membuat Claudya merasa sangat mual, awalnya Claudya mengira kalau dia mual karena lapar jadi dia mencoba menyuapkan sedikit mie itu kedalam mulutnya.
Tapi tiba-tiba...
Ohekk
Claudya langsung berlari menuju ke arah toilet yang tak jauh dari sana, Claudya memuntahkan makanan yang sejak padi dia makan, Claudya merasa sangat sakit sekarang. Zidan sigap membantu Claudya dengan mengucap punggung Claudya, tak lupa Zidan juga memberikan minum pada Claudya untuk meringankan rasa mual.
"Kamu baik-baik saja, Clau?" tanya Zidan.
Claudya mengangguk dengan keringat yang bercucuran dari keningnya.
"Aku hanya mual, mungkin aku masuk angin." Claudya terlihat sangat lesu dan wajahnya pucat.
Zidan yang melihatnya cukup khawatir pada Claudya, apa lagi selama ini Claudya terlihat sangat sehat.
"Kalau sakit jangan maksain untuk Kuliah, mau pulang? Aku antar ya?" Zidan menawarkan diri untuk mengantar Claudya pulang.
"Apa tidak merepotkan?" Claudya merasa sangat canggung.
"Tidak, ayo aku antar kan kamu pulang." ucap Zidan yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Claudya.
Claudya diantar oleh Zidan dengan naik motor, Zidan sangat perhatian dan hal itu membuat Rara tertarik pada Zidan tapi sayangnya Zidan malah suka pada Claudya.
Hari ini Claudya ijin tidak kuliah karena sakit. Dia hanya berbaring saja diatas ranjang, setelah tadi diantar Zidan, Claudya tidak melakukan apa pun karena rasanya badannya sangat malas untuk bergerak.
Claudya menatap pada kalender kecil yang tergeletak di atas nakas, Claudya mengerutkan keningnya karena melihat lembaran kalender di satu bulan terakhir dia tidak mengalami menstruasi.
Claudya mengecek tanggal Menstruasi bulan sebelumnya dan Claudya menemukan kalau dia Menstruasi di tanggal 3.
"Astaga, kalau begini aku terlambat menstruasi dua bulan." Claudya berucap panik.
Claudya ingat kejadian yang dialami itu sudah satu bulan berlalu, Claudya semakin panik karena takutnya kalau dirinya hamil. Claudya langsung mengambil ponselnya dan memesan grab untuk pergi ke rumah sakit, Claudya penasaran dengan hasil yang akan keluar. Dia harap kalau ini hanyalah penyakit biasa.