[SEDANG PROSES REVISI]
Shakila Anara Ainur sudah pernah bertemu dengan berbagai jenis konsumen. Dari Ia yang hanya seorang karyawan toko sampai sekarang menjadi owner butik, rasanya tidak ada satupun konsumen yang belum pernah Ia temui. Namun, hari itu Ia bertemu dengan konsumen tidak terduga yang memintanya menjadi istri kedua.
Shakila tersinggung sebagai perempuan yang memiliki prinsip tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain, tapi hatinya yang lembut dan tidak tegaan membawanya masuk ke dalam pernikahan poligami dengan Abian Devan Sanjaya sebagai kepala rumah tangganya.
Pernikahan itu membuat Shakila menjadi seorang ibu tanpa melahirkan anak, karena Abian dan istri pertamanya —Zahra sudah dikaruniai seorang putri cantik bernama Khansa.
Shakila sangat menyayangi Khansa sebagai putri dari suaminya, akan tetapi kesalahpahaman terjadi dan masalah demi masalah kian hadir dalam pernikahannya dengan Abian.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Rumah sakit
Suara sirine ambulan terdengar di depan Nararya store. Shakila tidak menyangka akan menyaksikan Zahra pingsan di ruangannya dan sekarang Zahra harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya tiba-tiba saja drop.
Shakila yang merasa bertanggungjawab atas apa yang terjadi dengan Zahra diam-diam mengikuti mobil ambulan yang membawa Zahra sampai mobil tersebut berhenti di depan sebuah rumah sakit umum yang tidak jauh dari Nararya store.
Setelah memarkirkan mobil di parkiran rumah sakit, Shakila buru-buru masuk ke dalam rumah sakit dan tidak sengaja menyaksikan Abian yang nampak sangat mengkhawatirkan keadaan Zahra.
"Sayang, mas mohon bertahanlah," ucap Abian pada Zahra sambil berlarian mengikuti Zahra yang dibawa oleh beberapa perawat menuju sebuah ruangan.
Satu tangan Abian menggenggam tangan Zahra untuk memberikan semangat pada istrinya yang sedang berjuang melawan penyakit, sementara tangannya yang lain menggendong putri kecil mereka.
Shakila merasa iba melihat anak kecil di gendongan Abian. Pasti tidak mudah jika Zahra harus meninggalkan anak sekecil itu. Tapi, Ia tetap meyakini bahwa hanya Allah SWT yang tahu kematian seseorang.
Dokter mungkin bisa memberikan vonis, memprediksi kematian seseorang, selebihnya rahasia Allah SWT. Manusia tidak bisa menentukan kapan manusia lain akan meninggal.
"Dokter, tolong lakukan sesuatu untuk istri saya. Tolong selamatkan istri saya," ucap Abian pada dokter yang akan menangani Zahra.
Shakila dan semua orang yang ada disana bisa melihat begitu besar cinta Abian terhadap Zahra. Entah apa yang ada dipikiran Zahra sampai meminta perempuan lain menikahi laki-laki yang sangat mencintainya itu.
Jika Shakila yang berada diposisi Zahra, Shakila tidak akan mau membiarkan suaminya menikah lagi. Ia ingin suaminya hanya untuknya dan hanya mencintainya seumur hidup mereka.
"Kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk istri Anda," ucap dokter sebelum akhirnya pintu ruang ICU tertutup dengan Zahra dan para petugas rumah sakit di dalamnya.
Shakila tidak berani mendekat kesana karena bagaimanapun Ia hanya orang asing dan tidak memiliki hubungan apapun dengan Abian maupun Zahra. Keberadaan Shakila disana hanya untuk memastikan Zahra baik-baik saja.
"Mas Abian," seorang gadis memanggil nama Abian dan berlarian menghampiri Abian.
Shakila melihat gadis itu datang bersama laki-laki yang wajahnya mirip sekali dengan Abian. Sepertinya laki-laki itu masih memiliki darah yang sama dengan Abian. Mungkin saudara kandung Abian.
"Bagaimana keadaan mba Zahra, Mas? apa Mba Zahra baik-baik saja?" tanya si gadis. Terlihat jelas raut khawatir diwajahnya.
"Mas tidak tahu. Sekarang Mba Zahra sedang diperiksa oleh dokter," jawab Abian.
Laki-laki yang dari tadi berusaha terlihat kuat itu kini terduduk lemas di kursi depan ruang ICU. Anak kecil yang ada digendongannya juga sudah berpindah tangan dan tidak lagi digendong olehnya.
"Yang sabar, Mas. Mba Zahra pasti baik-baik saja," ucap laki-laki yang wajahnya mirip dengan Abian yang kini sedang menggendong anak Abian.
Shakila tidak berbohong. Wajah Abian dengan laki-laki yang menggendong anak Abian sekarang terlihat sangat mirip, bak pinang dibelah dua.
"Iya, mas. Mba Zahra pasti baik-baik saja. Mas berdoa saja pada gusti Allah," timpal gadis yang sedang bersama mereka.
Jika diperhatikan dengan seksama, gadis itu juga mirip dengan Abian. Sepertinya mereka bertiga bersaudara. Shakila tidak tahu karena memang tidak pernah mencari tahu tentang Abian meskipun Abian lumayan populer di sosial media.
Shakila mengenal Abian dan Zahra juga karena ada orang yang memposting tentang mereka di sosial media dan tidak sengaja lewat di berandanya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Suara Adzan berkumandang mengalihkan atensi Shakila dari ketiga orang di depan sana. Shakila mengkhawatirkan Zahra, tapi Allah menyerunya untuk segera melaksakan salat dzuhur.
"Lebih baik aku salat dulu," gumam Shakila kemudian pergi dari tempat itu mencari tempat untuk salat.
Beruntung Shakila tinggal di negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, bukan hal sulit baginya menemukan tempat untuk salat. Di rumah sakit atau tempat manapun kebanyakan menyediakan ruangan untuk para umat islam salat.
"Allahu Akbar," Shakila mulai melaksanakan salat dzuhur setelah berwudhu dan membaca niat.
Rangkaian demi rangkaian salat Shakila lakukan sesuai dengan yang agamanya ajarkan. Berhubung Shakila salat di tempat umum yang bisa saja didatangi oleh laki-laki, Shakila salat masih dengan burqanya.
"Assalammualaikum wa rahmatullah, assalammualaikum wa rahmatullah," Shakila sampai dirangkaikan terakhir salatnya kemudian melanjutkannya dengan beristighfar dan berdzikir kepada Allah SWT.
Shakila hanya gadis lulusan tsanawiyah, ilmu agamanya masih sangat sedikit. Saking sedikit ilmu agamanya, Ia pernah meninggalkan salat hanya demi pekerjaannya. Tapi sekarang Ia merubah dirinya dan menyempatkan lebih banyak waktu untuk Tuhannya, Allah SWT.
Sebagai manusia biasa Shakila sering kali khilaf dan melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam agamanya, maka dari itu Shakila memperbanyak beristighfar untuk memohon ampunan. Shakila juga tidak lupa berdzikir untuk memuji kebesaran Allah SWT.
Setelah beristighfar, berdzikir dan ditutup dengan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, Shakila mengangkat kedua tangannya untuk berdoa memohon ampuan dan memohon keselamatan kepada Allah SWT.
"Aminn Ya Rabbal Alamin," Shakila mengusap wajahnya dengan kedua tangannya setelah melangitkan doa-doanya. Baru setelah itu Shakila beranjak dan berniat melihat keadaan Zahra.
"Semoga Mba Zahra sudah sadarkan diri," gumamnya dalam hati sambil berjalan keluar dari mushola.
Tepat saat Shakila baru keluar dari mushola, Shakila tanpa sengaja berpapasan dengan laki-laki yang mirip dengan Abian.
"Maaf," ucap laki-laki tersebut karena mereka hampir saja saling bertabrakan.
Shakila hanya mengangguk sebagai respon sebelum akhirnya pergi dari sana. Ia buru-buru pergi karena kebetulan disana hanya ada mereka berdua. Takut dilihat orang dan menjadi fitnah.
"Kak Adam, jangan lama-lama salatnya," ucap seorang gadis sambil menggendong anak kecil.
Ternyata Shakila salah, laki-laki yang mirip dengan Abian tidak datang sendiri. Ada saudara perempuannya dan anak Abian juga. Tapi Shakila tetap bergegas pergi dari sana.
"Iya, Adiba. Emang berapa lama sih salat dzuhur?"
"Ya siapa tahu aja kak Adam gabut baca surat Al-Baqarah. Inget, kita harus cepet bawa Khansa pulang ke rumah."
"Iya, bawel banget sih."
Shakila hanya mendengar obrolan mereka samar-samar karena jarak diantara mereka. Shakila tidak berniat menguping, telinganya yang tidak sengaja mendengarkan semuanya.
Saat Shakila tiba di depan ruang ICU, Shakila tidak melihat siapapun disana. Abian sudah pergi, dan Shakila tidak tahu apakah Zahra masih di ruang ICU atau sudah dipindahkan ke ruangan lain.
"Kemana Ustad Abian?" gumam Shakila sambil menelusuri area sekitar mencari Abian.
"Sepertinya ustad Abian sudah pulang, lebih baik aku juga kembali ke store."
Shakila berniat kembali ke store nya karena tidak menemukan keberadaan Abian disana, tapi sebuah suara terdengar dan menghentikannya.
"Shakila," panggil seseorang dari arah belakang tubuh Shakila membuat langkah Shakila terhenti.
"Istri saya ingin bicara dengan Anda. Bisakah Anda masuk dan bertemu istri saya sebentar?" orang di belakang Shakila kembali bicara.
Shakila berbalik dan melihat Abian berdiri di depan pintu ruang ICU tempat Zahra ditangani dokter. Ia tidak tahu bagaimana Abian bisa mengenalinya dengan pakaiannya saat ini, tapi bukan waktunya memikirkan itu sekarang.
"Apa lagi yang ingin mba Zahra bicara denganku?"
jdi istri nya tetep 2 ya kan Bu😁😁😁
harusnya kalo mau nikah lagi yaa nunggu jadi duda dulu😁😁aq team monogami, jadi rada nyesek kalo baca cerita gini....untung aja ini di dunia hallu😁🙏🙏
sabarr ya Damm😁😁