Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Zahra drop
Suara sirine ambulan terdengar. Zahra tiba-tiba drop dan harus dilarikan ke rumah sakit. Shakila yang merasa bertanggungjawab atas apa yang terjadi dengan Zahra ikut ke rumah sakit menaiki mobilnya.
"Sayang, mas mohon bertahanlah," ucap Abian pada Zahra sambil berjalan mengikuti Zahra yang dibawa oleh beberapa perawat menuju sebuah ruangan.
Satu tangan Abian menggenggam tangan Zahra untuk memberikan semangat pada istrinya yang sedang berjuang dengan penyakitnya, sementara tangan yang lain menggendong putri kecil mereka.
Melihat anak kecil dalam gendongan Abian membuat Shakila merasa iba. Pasti tidak mudah jika Zahra harus meninggalkan anak sekecil itu.
Tapi, disisi lain Shakila juga meyakini bahwa tidak ada yang tahu kematian seseorang. Dokter mungkin bisa memberikan vonis, memprediksi kematian seseorang, selebihnya rahasia Allah SWT.
"Dokter, tolong lakukan sesuatu untuk istri saya. Tolong selamatkan istri saya," ucap Abian pada dokter yang akan menangani Zahra.
Shakila dan semua orang yang ada disana bisa melihat begitu besar cinta Abian terhadap Zahra. Entah apa yang ada dipikiran Zahra sampai meminta perempuan lain menikahi laki-laki yang sangat mencintainya itu.
Jika Shakila yang berada diposisi Zahra, Shakila tidak akan mau membiarkan suaminya menikah lagi. Ia ingin suaminya hanya untuknya dan hanya mencintainya seumur hidup mereka.
"Kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk istri Anda," ucap dokter sebelum akhirnya pintu ruang ICU tertutup dengan Zahra dan para petugas rumah sakit di dalamnya.
Shakila tidak berani mendekat kesana karena bagaimanapun Ia hanya orang asing dan tidak memiliki hubungan apapun dengan Abian maupun Zahra. Keberadaan Shakila disana hanya untuk memastikan Zahra baik-baik saja.
"Mas Abian," seorang gadis memanggil nama Abian dan berlarian menghampiri Abian.
Shakila melihat gadis itu datang bersama pemuda yang wajahnya mirip sekali dengan Abian. Sepertinya pemuda itu masih memiliki darah yang sama dengan Abian. Mungkin saudara kandung Abian.
"Bagaimana keadaan mba Zahra, mas? apa mba Zahra baik-baik saja?" tanya si gadis. Terlihat jelas raut khawatir diwajahnya.
"Mas tidak tahu. Sekarang Zahra sedang diperiksa oleh dokter," jawab Abian.
Laki-laki yang dari tadi berusaha terlihat kuat itu kini terduduk lemas di kursi depan ruang ICU. Anak kecil yang ada digendongannya juga sudah berpindah tangan dan tidak lagi digendong olehnya.
"Yang sabar, mas. Mba Zahra pasti baik-baik saja," ucap laki-laki yang wajahnya mirip dengan Abian yang kini sedang menggendong anak Abian.
Shakila tidak berbohong. Wajah Abian dengan laki-laki yang menggendong anak Abian sekarang terlihat sangat mirip, bak pinang dibelah dua.
"Iya, mas. Mba Zahra pasti baik-baik saja. Mas berdoa saja pada gusti Allah," timpal gadis yang sedang bersama mereka.
Jika diperhatikan dengan seksama, gadis itu juga mirip dengan Abian. Sepertinya mereka bertiga bersaudara. Shakila tidak tahu karena memang tidak pernah mencari tahu tentang Abian meskipun Abian lumayan populer di sosial media.
Shakila mengenal Abian dan Zahra juga karena ada orang yang memposting tentang mereka di sosial media dan tidak sengaja lewat di berandanya.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
Suara Adzan berkumandang mengalihkan atensi Shakila dari ketiga orang di depan sana. Shakila mengkhawatirkan Zahra, tapi Allah menyerunya untuk segera melaksakan salat Zuhur.
"Aku salat dulu deh," Shakila pergi dari tempat itu mencari tempat untuk salat.
Beruntung Shakila tinggal di negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, bukan hal sulit baginya menemukan tempat untuk salat. Di rumah sakit atau tempat manapun kebanyakan menyediakan ruangan untuk para umat islam salat.
"Allahu Akbar," Setelah berwudhu dan membaca niat salat zuhur, Shakila mulai melaksanakan salat.
Rangkaian demi rangkaian salat Shakila lakukan sesuai dengan yang agamanya ajarkan. Berhubung Shakila salat di tempat umum yang bisa saja didatangi oleh laki-laki, Shakila salat masih dengan burqanya.
"Assalammualaikum wa rahmatullah, assalammualaikum wa rahmatullah," Shakila sampai dirangkaikan terakhir salatnya kemudian melanjutkannya dengan beristighfar dan berdzikir kepada Allah SWT.
Shakila hanya gadis lulusan tsanawiyah, ilmu agamanya masih sangat sedikit. Saking sedikit ilmunya Ia pernah meninggalkan salat hanya demi pekerjaannya. Tapi sekarang Ia merubah dirinya dan menyempatkan lebih banyak waktu untuk Tuhannya, Allah SWT.
Sebagai manusia biasa Shakila sering kali khilaf dan melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam agamanya, maka dari itu Shakila memperbanyak beristighfar untuk memohon ampunan. Shakila juga tidak lupa berdzikir untuk memuji kebesaran Allah.
Setelah beristighfar, berdzikir dan ditutup dengan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, Shakila mengangkat kedua tangannya untuk berdoa memohon ampuan dan memohon keselamatan kepada Allah SWT.
"Aminn Ya Rabbal Alamin," Shakila mengusap wajahnya dengan kedua tangannya setelah melangitkan doa-doanya. Baru setelah itu Shakila beranjak dan berniat melihat keadaan Zahra.
"Semoga mba Zahra sudah sadarkan diri," gumamnya dalam hati sambil berjalan keluar dari mushola.
Tepat saat Shakila baru keluar dari mushola, Shakila tanpa sengaja berpapasan dengan laki-laki yang mirip sekali dengan Abian.
"Maaf," ucap laki-laki tersebut karena mereka hampir saja saling bertabrakan.
Shakila hanya mengangguk sebagai respon sebelum akhirnya pergi dari sana. Ia buru-buru pergi karena kebetulan disana hanya ada mereka berdua. Takut dilihat orang dan menjadi fitnah.
"Kak Adam, jangan lama-lama salatnya," ucap seorang gadis sambil menggendong anak Abian.
Ternyata Shakila salah, laki-laki yang mirip dengan Abian tidak datang sendiri. Ada saudara perempuannya dan anak Abian juga. Tapi Shakila harus tetap segera pergi dari sana.
"Iya, Adiba. Emang berapa lama sih salat zuhur?"
"Ya siapa tahu aja kak Adam gabut baca surat Al-Baqarah. Inget, kita harus cepet bawa Khansa pulang ke rumah."
"Iya, bawel banget sih."
Shakila hanya mendengar obrolan mereka samar-samar karena jarak diantara mereka. Shakila tidak berniat menguping, telinganya yang tidak sengaja mendengarkan semuanya.
Saat Shakila hampir dekat dengan ruang ICU, Shakila tidak melihat siapapun disana. Abian sudah pergi, dan Shakila tidak tahu apakah Zahra masih di ruang ICU atau sudah dipindahkan ke ruangan lain.
"Kemana Ustad Abian?" gumam Shakila sambil mencari kesana kemari barangkali ada Abian di sekitar sana.
"Sudah pulang kali ya? apa aku kelamaan salat?"
Karena Shakila tidak bisa menemukan siapapun disana, Ia berniat kembali ke butik. Tapi sebuah suara yang entah berasal dari mana datangnya menghentikannya.
"Shakila," panggil seseorang dari arah belakang tubuh Shakila.
Shakila berbalik dan melihat Abian yang baru keluar dari ruang ICU tempat Zahra ditangani dokter.
"Istri saya sudah sadar dan ingin bicara dengan Anda, bisa masuk sebentar?" tanya Abian.
Abian tahu Shakila mengikutinya dari butik sampai ke rumah sakit, jadi Ia tahu perempuan dengan burqa di depannya adalah Shakila.
"Apa tidak apa-apa aku kesana? apa lagi yang ingin mba Zahra bicara denganku?"
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk