"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SATU
"Heh....buat apa beli baju, nanti juga ujung-ujungnya jadi sampah atau lap kompor, mending uangnya di tabung, buat bangun rumah. Jangan menghamburkan uang, kasihan suami kamu, capek kerja." Ucap bu Ratih, membuat Arini terkejut, malu dan agak tersinggung.
Tak hanya Arini, Mila pun nampak terkejut mendengar ucapan istri dari pamannya itu. Dia jadi tak enak hati, dan sedikit merasa bersalah pada Arini. Mila tahu Arini sepertinya tersinggung mendengar ucapan bu Ratih, apalagi Mila sempat melihat mata Arini yang berkaca-kaca, dia pun memilih pergi.
"Buat apa beli baju, baju kamu yang bawa seserahan aja masih bagus. Punya uang mah mending di tabung." Kata bu Ratih.
"Iya bu." Jawab Arini pelan. Bu Ratih lalu pergi ke kamarnya.
Yang dikatakan bu Ratih memang benar, baju yang dibawa Alfian saat seserahan memang masih bagus, dan ada yang belum dia pakai, karena Arini memang tidak menyukai model bajunya. Pasalnya, saat itu bukan dia yang memilih semua baju ataupun barang-barang lain yang dibeli buat seserahan, semua itu pilihan ibu mertuanya.
Arini terlanjur menyukai baju yang di tawarkan Mila tadi, tapi dia tidak berani membelinya, karena dia takut ibu mertuanya marah.
Sebagai seorang istri yang setiap hari hanya tinggal di rumah, Arini sadar dirinya hanya bergantung pada suaminya, jadi dia urungkan niatnya membeli baju itu, karena takut di tuduh menghambur-hamburkan uang suami.
....
Arini baru selesai mandi, setelah pulang dari bekerja bersama pak Hardiman, ayah Alfian.
Pak Hardiman dan Alfian bekerja di sebuah peternakan ayam yang cukup besar. Pak Hardiman kebetulan adalah orang kepercayaan pemilik peternakan tersebut, sedangkan Alfian bekerja sebagai sopir.
Arini mengajak Alfian makan, tapi Alfian menolak, karena katanya ia masih kenyang.
Pintu kamar tiba-tiba dibuka dari luar, dan bu Ratih lah yang membukanya. Dia menyuruh Alfian untuk segera makan, karena menurutnya anaknya itu pasti capek dan lapar setelah pulang dari bekerja.
"Kalau suami pulang kerja itu, buru-buru ajak makan." Ucap bu Ratih pada Arini.
"Dari tadi Arini juga ngajak aku makan kok bu, tapi akunya masih kenyang." Jelas Dani.
"Kenyang dari mana, orang pulang kerja pasti lapar." Sanggah bu Ratih.
Karena tak ingin mendengar ocehan ibunya, Alfian pun pergi ke ruang makan bersama Arini. Saat di ruang makan, Arini hendak mengambilkan nasi dan lauknya untuk Alfian, tapi Alfian melarangnya.
"Mending jajan baso yuk." Ajak Alfian saat mendengar suara tukang baso yang lewat di depan rumahnya.
"Hayu!! Seru Arini senang.
Mereka beranjak hendak menghampiri tukang baso yang biasa mangkal di dekat pos ronda, namun suara bu Ratih menghentikan langkah mereka.
"Mau kemana?. Bukannya kamu mau makan?." Tanya bu Ratih.
"Jajan baso bu." Jawab Alfian.
"Kenapa harus jajan baso, ini nasi dan lauknya banyak dan masih hangat. Siapa yang akan memakannya kalau kalian jajan baso." Kata bu Ratih. "Arini, mending kamu ajak suami kamu makan, jangan jajan baso." Titah bu Ratih, Arini hanya diam. Lagi-lagi dia yang disalahkan.
"Iya bu, nanti pasti kami makan kok. Sekarang kami jajan dulu. Ibu mau?." Tanya Alfian
"Enggak. Ibu mending makan, dari pada jajan baso. Kamu tahu kan harga baso satu mangkuk hampir sama dengan harga beras satu liter. Mending ibu makan, lumayan ngirit-ngirit." Sarkas bu Ratih seraya melirik sekilas pada Arini.
Akhirnya Alfian mengurungkan niatnya untuk jajan baso sore itu, karena Arini yang memintanya. Dia makan, tapi tidak dengan Arini. Selera makannya sudah hilang sejak mendengar ucapan bu Ratih saat Mila menawarkan baju tadi, apalagi setelah mendengar ucapan bu Ratih barusan, dia semakin kehilangan selera makannya.
Arini merasa ibu mertuanya itu seolah-olah menuduhnya menghambur-hamburkan uang Alfian, padahal selama ini dia tidak pernah melakukan hal itu. Sejak tinggal bersama mertuanya, Arini jarang sekali jajan atau mengeluarkan uang selain untuk keperluan makan. Dia jajan hanya saat bersama Alfian.
Jangankan untuk jajan, bahkan untuk sekedar tidur atau istirahat sebentar saat siang hari saja, dia sangat ragu melakukannya, karena ia merasa setiap gerak-geriknya selalu di awasi oleh sang ibu mertua.
🌿🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳
follow me ya thx all