Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duka Yang Mendadak
Sarah terisak, meratapi diri yang kini hanya berbalut selimut. berjalan memunguti baju yang berserakan, memakainya dengan masih menangis. kepalanya terus menggeleng membuang bayang-bayang kejadian semalam bersama Daren.
"Engga, engga, Ga mau." Sarah ambruk menangis sejadinya apalagi mengingat ucapan Daren tadi lewat sambungan telepon.
'Kita melakukannya atas dasar suka sama suka. Jadi jangan bertingkah seperti aku memperkosa mu'
"Enggaaaa....."
Sarah terguncang seorang diri, ini adalah pengalaman pertama baginya. tidur bersama laki-laki dan kenyataan pahitnya itu bukan Daniel melainkan Daren.
Di sisi lain, Pak Anjas memukuli kedua pengawal yang sudah lalai menjaga Sarah putrinya, bahkan waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Sarah tak kunjung pulang, yang membuat Pak Anjas kelimpungan nomor telepon Sarah pun tak bisa di hubungi. Semua teman-teman Sarah sudah di tanyai tapi mereka mengatakan sedang tidak bersama Sarah.
"Kalian berdua tidak becus menjaga putriku. Kalian berdua aku pecat," Pak Anjas berapi-api, melenggang pergi meninggalkan kedua pengawal itu untuk menghubungi polisi berharap Sarah akan di temukan walaupun belum 24 jam, tapi terlalu lama jika harus menunggu selama itu.
Kebetulan sekali satu buah taksi terparkir tepat di halaman rumah, Pak Anjas yang mana tengah di dekat telepon segera berlari.
"Sarah?" Teriak Pak Anjas di sepanjang larinya. Suaranya membuat Bu Sekar yang mana juga tengah di landa rasa khawatir ikut berlari keluar rumah.
Sarah turun dari mobil, Terlihat dirinya nampak lemas tapi melihat kedua orangtuanya berlari menghampiri, Sarah berusaha tersenyum dan menenangkan diri.
Bersikap biasa Sarah, kamu harus terlihat tenang.
"Ayah, bunda," Sapa Sarah, Sebelum itu Sarah melirik kedua laki-laki yang berdiri di dekatnya. "Aku belum membayar taksi."
Sarah seperti gelandangan, hpnya benar-benar mati total, tapi anehnya ketika pagi datang dirinya mengubungi Daren benda pipih itu tiba-tiba terisi baterai walaupun hanya lima persen saja. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan benda canggih itu.
"Dari mana kamu sayang." Pak Anjas memeluk Sarah, menciumnya begitu brutal. Bagaimana kalau putri bungsunya kenapa-kenapa, dirinya tidak akan memaafkan kelalaian kedua pengawal yang mana masih berada di area rumah.
"Ya Allah Sarah, kamu dari mana? Jam segini baru pulang." tambah Bu Sekar, menarik Sarah kedalam pelukan.
"Sarah ke rumah Jessica, ayah lupa? kan dia ulang tahun. Sekalian aja Sarah ke sana. Maaf ya, Sarah ga kasih tau kalau mau nginep hp Sarah mati." Jelas Sarah membuat alasan, tidak mungkin mengatakan kalau menginap di hotel bersama Daren dan melakukan aktivitas selayaknya suami istri.
Pak Anjas dan Bu Sekar saling tatap, bukan kah semua teman Sarah sudah di hubungi tapi tidak ada di antara mereka yang mengatakan tengah bersama Sarah, setelah acara resepsi pernikahan Daniel dan Kinan mereka meninggalkan gedung acara dan kembali pulang.
"Jangan bohong, kemana kamu semalam?" Pak Anjas menjadi lebih serius. Menatap Sarah dengan mata tajam menuntut sang putri untuk berkata jujur.
Sarah menelan ludahnya kasar apalagi melihat bagaimana sang ayah beraksi.
"Bener Yah, Sarah ke rumah Jessica." Sarah melenggang masuk kedalam rumah. Di ikuti kedua orang tuanya yang mana masih menuntut jawaban.
"Sarah katakan, kemana kamu semalam?" Pak Anjas bersuara nyaring memaksa Sarah untuk diam di tempatnya, Dengan kemarahan yang memuncak Pak Anjas menarik tangan Sarah lalu mendorongnya untuk duduk.
Bu Sekar terkejut melihat Sarah yang mana mendarat di sofa ruang keluarga, gadis cantik itu menangis karena kesakitan.
"Ayah, istighfar" Pinta Bu Sekar, menghampiri Sarah lalu memeluknya memberi ketenangan.
"Dia sudah berbohong," Bentak Pak Anjas, suaranya yang nyaring sampai menggema melewati seisi rumah. Para pelayan terkejut di buatnya, Pak Anjas bukan tipe orang kaya yang selalu berkata kasar atau berbicara tinggi. Ini untuk yang pertama, Demi Sarah Pak Anjas rela melakukan apa saja, Karena Sarah adalah putri satu-satunya, kakak laki-laki Sarah berada di luar negeri dan hidup di sana. Tinggal Sarah yang di miliki, Wajar jika orang tua begitu protektif terhadap anaknya apalagi Sarah seorang perempuan yang mana harus di jaga sebegitu ketat, Bahkan Sarah di awasi dua pengawal untuk menjaga keselamatannya. Tapi sekarang putrinya sudah berbohong.
"Katakan kemana kamu semalam?" pak Anjas mengatur emosi, Ia duduk di dekat Sarah, meraup wajahnya memintanya untuk jujur.
Bu Sekar, mulai waspada, ia meletakan kedua tangan di lengan Pak Anjas, Takut putrinya di beri hadiah tamparan.
"Tenang ayah, jangan lakukan hal yang akan menyakiti Sarah." Ucap Bu Sekar, sebagai pengingat untuk Pak Anjas agar tidak berbuat nekad.
Sarah terisak, wajahnya menatap sang ayah dengan ekspresi takut.
Daren, semua ini gara-gara kamu.
"Sarah, katakan, Kamu semalam ke mana?" Pak Anjas nampak tak sadarkan, wajahnya yang mana tadi berusaha tenang kembali beringas pasalnya Sarah tetap diam dan asik Menangis.
Tap....tap.... Terdengar suara ketukan cukup cepat membuat Pak Anjas dan Bu Sekar menoleh kearah langkah kaki yang mana itu adalah salah satu pelayan.
"Pak, ini." Si pelayan itu menyodorkan satu buah ponsel ke arah Pak Anjas, Segera Pak Anjas mengatur posisi duduknya, mendekati si pelayan.
Ponsel dari si pelayan di sambarnya. Bu Sekar merapatkan diri, keduanya begitu serius menatap layar ponsel yang tengah memutar video dan beberapa lembaran Poto.
"Ini dari seseorang Pak, dia merekam kedatangan Nona Sarah dan Den Daren ke hotel Horison." Ucap Si pelayan mengabarkan.
Bu Sekar menutup mulutnya, tak kuasa menahan bobot tubuhnya, segera menenangkan diri untuk duduk di sofa. Sedangkan Pak Anjas melirik Sarah dengan mata tajam.
"Di mana orang itu?" Tanya Pak Anjas, melirik si pelayan tak suka. Tatapan itu seolah mengatakan bagaimana bisa orang asing di biarkan masuk dan membawa informasi tentang aib putrinya.
"Dia ada di luar." Sahut si pelayan, menunduk takut, ingin rasanya segera pergi dan kembali ke belakang rumah.
Tanpa kata Pak Anjas melenggang pergi ke teras rumah menatap satu laki-laki dengan wajah penuh senyuman.
"Hp saya Pak." Kata orang itu, menerima ponselnya dengan hati berbunga. Informasi penting itu pasti akan mendapatkan nominal uang yang cukup besar.
Pak Anjas melangkah mendekati si pria. Memberikan lembaran uang yang di bawa si pelayan. "Sebelum dia pergi. Hapus semua video dan Poto itu dari ponselnya." Ucap Pak Anjas. Setelah itu pergi meninggalkan si pria dan juga beberapa pengawal yang langsung sibuk mengotak-atik ponselnya.
"Sarah, Sarah." Pak Anjas berteriak memanggil Sarah, kebetulan Sarah berserta pelayan tengah mengerumuni Bu Sekar yang tak sadarkan diri. Melihat Sang istri tergelar Pak Anjas menurunkan emosinya, berjongkok memeluk tubuh Bu Sekar.
"Kenapa Bunda?" Tanya Pak Anjas panik, menepuk-nepuk pipi Bu Sekar yang mulai dingin.
"Bunda tadi pingsan, Yah," Sahut Sarah sambil terisak.
"Dokter Segera datang Pak." Salah satu pelayan mengabarkan.
"Terlalu lama menunggu dokter, mending bantu saya angkat ibu,"
Tubuh Bu Sekar di angkat keluar rumah, bergegas di masukan ke dalam mobil, Sarah senantiasa menemani, terus meminta sang bunda untuk membuka mata, tapi tidak ada tanda-tanda wanita paruh baya itu akan siuman. Pak Anjas memaki sang supir yang nampak lamban membawa mobil. Padahal sudah menambah kecepatan untuk segera sampai.
"Ayah." Sarah memeluk Pak Anjas, menangis sejadinya.
"Kamu harus tenang, Bunda ga akan kenapa-kenapa." Ucap Pak Anjas menenangkan. Dirinya merenung dalam ketakutan. Mengingat jika sang istri mempunyai riwayat sakit Jantung.
.
Daren memberanikan diri menemui Pak Darwin yang tengah duduk di ruang tv.
Pak Darwin menatap kedatangan Daren yang nampak lebih segar. Hanya memperhatikan tak bertanya karena sepertinya dirinya yang akan di beri pertanyaan.
Daren duduk di samping Pak Darwin, tak ada kata terdengar, Daren hanya duduk dan memilih menonton acara televisi. dalam keheningan Daren melirik Pak Darwin.
"Ada apa Daren?" Pak Darwin menangkap basah lirikan Daren.
Daren menjadi lebih serius, memperbaiki posisi duduknya menghadap ke Pak Darwin.
"Daren ga bisa menikahi Sarah,"
Pak Darwin mengerutkan kening heran. "Kenapa? Bukannya kamu sangat mencintai Sarah, sekarang kesempatan kamu."
Daren menggelengkan kepalanya yakin.."Engga Yah, Di hati Daren udah ga ada Sarah,"
"Kesempatan kedua mungkin bisa kamu dapatkan, tapi tidak ada kesempatan ketiga." Pak Darwin tersenyum penuh arti.
Daren merenung sejenak, sampai ia kembali berdiri dan berlalu pergi meninggalkan Pak Darwin.
Melihat Daren pergi, Pak Darwin menggeleng-gelengkan kepala. "Ayah tau, kamu masih mencintai Sarah."
.
Dokter begitu serius memeriksa kondisi Bu Sekar, Sarah memperhatikan dengan Isak tangis di dalam dekapan Pak Anjas. Menunggu Dokter membuka suara mengabarkan kondisi sang bunda.
"Tenang sayang, Bunda akan baik-baik saja, Kamu tenang." Pinta Pak Anjas. Mengusap-usap punggung Sarah yang bergetar sedari tadi..
Dokter menatap Pak Anjas dengan wajah sendu. "Mohon maaf Pak, Istri Anda tidak bisa tertolong."
"Inalilahi wainailaihi rojiun ," Tanpa sadar Pak Anjas meminta Sarah untuk menyingkir, dirinya yang masih tak percaya mendekati sang istri yang mana sudah terbujur kaku di atas ranjang.
"Bunda, Bunda bangun Bun." Pak Anjas menggoyang-goyangkan tubuh Bu Sekar, menangis sejadinya, tak percaya sang istri yang tadi pagi menghabiskan waktu bersama di meja makan sekarang pergi tanpa pamit.
Sarah histeris di lantai. Meraung tak percaya dengan keadaan. "Bunda, Bunda." Sarah segera bangkit, mendekati Pak Anjas. Memeluk tubuh Bu Sekar dengan raungan duka. "Jangan tinggalin Sarah Bunda."
Pak Anjas yang terpukul menarik tangan Sarah, mendorong tubuh sang putri sampai tersungkur ke lantai. "Ini semua gara-gara kamu, Kamu sudah membuat istriku pergi,"
Sarah menggenggam tangan Pak Anjas. Tapi kembali mendapatkan penolakan. "Pembunuh, kamu sudah membunuh istri ku."
"Maafin Sarah, Maafin Sarah." Sarah histeris, terus mendekati Pak Anjas, memohon ampun yang sudah di pastikan dirinya akan mendapatkan penolakan kesekian kalinya.
Dokter dan suster hanya diam dan tidak ikut campur. Keduanya sibuk mencatat waktu kematian Bu Sekar.
.
Berita terkini, Kabar duka tengah menyelimuti keluarga Bapak Anjas Nagrendra, pemilik perusahaan Astraa internasional, Nyonya Sekar istri dari Pak Anjas di kabarkan meninggal dunia, hari ini pukul 8:50.
"Daren, Daren." Pak Darwin berteriak memanggil Daren, tak hentinya sampai Daren berlari secepat kilat.
"Kenapa Yah?" Tanya Daren, wajahnya seperti bantal karena memang tengah terlelap.
"Bu Sekar, Ibunya Sarah meninggal." Tangan Pak Darwin menunjuk layar tv. Daren yang masih mengumpulkan kesadaran mengikuti telunjuk sang ayah.
"Mendadak sekali." Gumam Daren tak percaya.