NovelToon NovelToon
Berawal Dari Terpaksa.

Berawal Dari Terpaksa.

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:39k
Nilai: 4.4
Nama Author: selvi serman

Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.

Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menerima Tawaran.

Suara asisten Purba mampu menarik atensi Abimana dan juga Livia.

"Maafkan saya, tuan...." Asisten Purba menundukkan kepala sebagai permintaan maaf atas kelancangan mulutnya.

sangat sulit di percaya. Bagaimana mungkin tuan Abimana tidak merasa keberatan saat nona Liviana, yang notabenenya orang asing, menyentuh tubuhnya????. Asisten Purba.

"Tapi tuan....."

Livia kembali fokus pada sosok Abimana. Hendak melayangkan penolakan, namun pria itu langsung menyela.

"Cih.... tidak perlu berlebihan, saya menikahi mu hanya untuk sebuah status. Jadi tidak perlu berpikir sejauh itu, saya sama sekali tidak tertarik untuk menyentuhmu!!!."

"Lagi pula ada seribu satu wanita di luar sana yang mengantri untuk sekedar menghabiskan malam denganku." sambung Abimana dengan penuh percaya diri, saking kesalnya pada Livia yang tak kunjung menerima tawarannya.

Untuk beberapa saat suasana hening. Sampai beberapa saat kemudian Abimana kembali memecahkan keheningan. "Sepertinya anda memang lebih memilih mendekam di balik jeruji besi ketimbang menerima tawaran saya, Nona Livia." hampir kehabisan kesabaran menyaksikan gadis dihadapannya itu masih diam saja.

Mendengar Abimana kembali menyebut jeruji besi, berhasil membawa ingatan Livia pada kejadian yang pernah menimpa dirinya beberapa tahun lalu, di saat ia masih duduk di bangku kuliah, di mana ia menerima tuduhan telah mengambil ponsel milik teman seangkatannya. Fitnah yang di alamatkan padanya ketika itu mampu membuat Livia merasakan dinginnya ubin jeruji besi selama seminggu lamanya. Untungnya saat itu ia memiliki sahabat yang luar biasa baik kepadanya. siapa lagi kalau bukan Zena. Zena meminta bantuan ayahnya untuk menjamin kebebasan Livia, dengan mengganti ponsel yang hilang.

Bukan sampai di situ saja, setelah menghirup udara bebas pun, Livia masih saja mendapat sindiran pedas dari teman-temannya. kalimat tak mengenakan menjadi santapan Livia hampir sebulan lamanya. tapi sepertinya tuhan masih memberi jalan untuk membersihkan nama baiknya, hingga ponsel temannya tersebut ditemukan terselip dalam kondisi of baterai di dalam kotak loker miliknya sendiri.

Sejak saat itu hingga kini, Livia selalu merasa trauma setiap kali mendengar kata jeruji besi.

Oh tuhanku..... rencana apalagi yang ingin engkau gariskan di dalam takdirku????. Livia.

Cukup lama Livia terdiam, memikirkan keputusan yang tepat.

"Baiklah....Jika anda tetap menolak maka saya tidak akan memaksa, karena saya bukanlah tipikal pria yang suka memaksakan kehendak kepada orang lain, terlebih pada seorang wanita." kalimat tersebut terucap datar dari mulut Abimana ketika menyaksikan Livia masih saja terdiam untuk waktu yang cukup lama.

"Tapi_." Abimana sengaja menggantung ucapannya.

"Tapi apa????."

Intonasi Livia masih terdengar lembut namun terkesan menuntut.

"Tapi anda harus menerima konsekuensinya."

Livia bukanlah gadis bodoh, meskipun Abimana masih berbicara dengan nada manusia, namun ia tau betul di setiap kata-kata pria itu mengandung ancaman, dan itu tidak terdengar main-main.

Asisten Purba yang sejak tadi menjadi pendengar setia, hanya bisa menatap prihatin pada sosok Livia.

Memandang ke arah asisten Purba. "Sepertinya besok kita perlu ke kantor poli-si untuk membuat laporan."

"Nyes." hati Livia semakin tak tenang.

Abimana berdiri dari duduknya, hendak berlalu dan itu membuat otak Livia tak lagi memiliki kesempatan untuk berpikir panjang.

"Saya bersedia menerima tawaran anda, tuan." hingga kalimat itu terucap begitu saja dari bibir ranum nya.

Abimana menyeringai. "Bagus, sepertinya anda masih menggunakan akal sehat anda, Nona Liviana." Abimana kembali ke tempat duduknya semula, mengulas senyum penuh kemenangan.

*

Zena yang sejak tadi menunggu Livia kembali, akhirnya bernapas lega ketika menyaksikan sahabatnya itu berjalan keluar dari gedung apartemen. Ternyata sahabatnya itu masih bisa bernapas setelah bertemu dengan Abimana Putra Sanjaya, tidak seperti yang ditakutkan oleh Livia sebelumnya.

"Aku bilang juga apa, Liv...tuan Abimana itu hanya manusia biasa sama seperti kita, mana mungkin dia sampai menghabisi kamu. kamu nya saja yang terlalu berlebihan." kalimat itulah yang terucap dari mulut Zena di saat Livia baru saja masuk ke mobil.

"Tuan Abimana memang tidak sampai menghabisi nyawaku, Zena, tapi sebentar lagi dia akan merenggut kebebasanku."

Livia menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat pada Zena.

"Apa ini???." cukup lama Zena menatap benda itu, lalu kemudian meraihnya dari tangan Livia.

Kedua bola mata Zena terbelalak melihat isi amplop tersebut.

"Apa maksud semua ini, Livia???."

Livia menghela napas panjang, sebelum sesaat kemudian mulai menceritakan semua inti dari pembahasan mereka tadi di apartemen Abimana.

Semakin bertambah rasa bersalah dihati Zena terhadap sahabatnya itu. Jika saja saat itu ia tidak meminta bantuan Livia pasti sahabatnya itu tidak akan berurusan dengan Abimana Putra Sanjaya, seorang pemuda berusia dua puluh tujuh tahun, yang terkenal disegani di kalangan pebisnis tanah air.

Jika sesama pebisnis saja segan terhadap sepak terjang pria itu, lalu bagaimana dengan Livia yang tak ubahnya remahan rengginang.

Livia mencoba mengulas senyum di hadapan Zena. Walaupun ia sendiri tak tahu bagaimana nasibnya ke depannya nanti. ia juga tak ingin sampai Zena terus merasa bersalah seperti ini kepadanya.

Livia merengkuh pundak Zena, cukup peka dengan apa yang tengah dirasakan oleh sahabatnya itu terhadap dirinya saat ini. "Sudahlah.... tidak perlu terus-terusan merasa bersalah seperti itu, mungkin ini cara tuhan mempertemukan aku dengan pangeran ku." di tengah kegundahan hatinya, Livia masih sempat-sempatnya melontarkan celetukan yang diiringi dengan tawa renyahnya.

Semakin Livia tersenyum, semakin Zena yakin jika saat ini sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Maafkan aku, Livia." Zena memeluk Livia.

"Tidak perlu minta maaf, ini bukan sepenuhnya kesalahan kamu, aku juga bersalah dalam hal ini." balas Livia, membalas pelukan Zena.

Ya tuhan berikan aku kekuatan menghadapi semua ini..... jika ini adalah takdir yang harus aku jalani, aku ikhlas menerimanya. Livia .

Zena masih ingat betul dengan pengalaman pahit Livia dahulu maka tak heran jika sahabatnya itu tidak berpikir panjang ketika Abimana mengancam akan memenjarakannya. bahkan syarat yang tertulis di dalam kontrak pernikahan yang dibuat Abimana sepertinya tak lagi terlalu dipedulikan oleh Livia, padahal didalam kontrak tersebut jelas-jelas sahabatnya itu harus mematuhi semua perintah Abimana, setelah mereka resmi menikah nanti.

"Bagaimana kau akan menjelaskan pada orang tuamu tentang rencana pernikahan kalian???."

"Aku tidak perlu memikirkan hal itu karena tuan Abimana yang akan datang menemui kedua orang tuaku." Livia hanya menjawab sesuai dengan apa yang dikatakan Abimana padanya beberapa saat yang lalu.

Setelahnya, Livia pun mengajak Zena untuk segera berlalu meninggalkan tempat itu. Mengajak Zena bersenang-senang ke area pasar malam adalah tujuan Livia saat ini. Menikmati detik-detik kebebasannya tanpa harus terus memikirkan apapun tentang pria bernama Abimana putra Sanjaya, dengan begitu mungkin suasana hatinya akan sedikit lega.

Terima kasih sayang sayangku sudah mampir ke kisahnya Livia dan Abimana....😘😘😘😘

1
Rini
🥰🥰
picii
lanjut thorr
Dinarra
lucu namanya abil (abi livia)🤭
sasatar77 tarsa
Kecewa
sasatar77 tarsa
Buruk
Sofia Rim
Kecewa
Sofia Rim
Buruk
ros
Luar biasa
Dewi Sariyanti
Di tunggu kisah Rasya dan thalia kak
Ida Miswanti
bukan ide yg buruk bila berubah target ke Adik Abi,,,Si Rasya🤭
Putri Chaniago
kasihan Rasya, secepatnya balasan utk ibu angkat Thalia
sagi🏹
kunantikan kaka othor..
sagi🏹
demi ambisi mama angkat thalia sampai rela buwat hal keji
Rini
kasihan
Mrs.Riozelino Fernandez
di tunggu kk Thor...
Dinarra
ditunggu kaka author🤗
Dinarra
crazy up ga sih kakak author😁
sagi🏹
lanjooooottttt kak othor
Bunda Sri
bagus tidak membosankan , lanjutkan Thor
sagi🏹
lanjut kak up banyak .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!