Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
Ralat ya Arshaka bukan Rishaka. Kalo Rishaka gabungan Risya & Shaka 🙏🙏🙏🙏
******************************************
Ica dan Shaka terus mengobrol sepanjang perjalanan menuju ke gedung kampus. Sudah tujuh tahun pemuda itu tak menapaki jalanan ibu kota. Tapi kalau tempat tinggal Ica, tentu saja ia tak lupa.
Mengikuti petunjuk Ica, pemuda itu pun akhirnya menemukan dimana kampus Ica berada.
Ica menuruni kendaraan roda dua Shaka lalu melepaskan helm tersebut dan di berikan pada om nya tersebut.
"Makasih om ku yang ganteng...!"
"Geli gue di panggil om, Ca!", protesnya.
"Hahahah terima kenyataan. Tadi juga ngaku kan, kalo situ om gue!", kata Ica.
"Kedengeran Abi bisa ngomel nih pake bahasa Lo gue!"
Risya mengedikkan bahunya.
"Enak banget ya, baru umur segini udah lulus S2 aja. Gue baru mau lulus S1?!"
"Emang umumnya segitu Ca. Kalau gue emang di sana agak beda aja!"
"Huum! Tahu nih, anak-anaknya Eyang kenapa otaknya pada encer. Tata juga, kayaknya yang otaknya limit gue doang!", celetuk Risya.
Shaka terkekeh mendengar celoteh gadis itu.
"Udah sana masuk?!", pinta Shaka.
"Mau ikut masuk?"
"Ngigo! Gak! Gue mau ketemu Miba!", jawabnya.
"Uum...ya udah sono!", usir Ica.
"Iya...iya...makasih ya Ica udah di anterin om!", sindir Shaka pada keponakannya itu. Merasa tersindir, gadis itu pun mengucapkan perkataan yang serupa.
"Makasih ya bang ojek ganteng! Nanti kalo mau minta bayaran, minta aja sama umi ku. Oke...?? See you! Assalamualaikum!", kata Risya sedikit berlari menjauh dari Shaka.
"Walaikumsalam. Dasar!", Shaka menggeleng pelan.
Ia pun kembali memasang helmnya dan meletakkan helm yang Ica kenakan tadi di atas tangki motornya.
Tujuannya saat ini adalah kediaman kakaknya. Shaka sangat merindukan umi dari Risya tersebut.
Meski sering video call, tentu belum puas jika belum bertemu secara langsung.
💜💜💜💜💜💜💜
Risya bergabung dengan Gendhis yang sudah menunggunya di salah satu bangku kafetaria.
"Lama banget sih?"
"Gimana gak lama. Kan Lo yang mendadak bilang mobil Lo mogok. Padahal bapak Lo kan punya bengkel gede bagus pula! Masa iya mobilnya sendiri di biarin mogok! Araneh maneh mah?!"
"Dih....ngomong opo??", balas Gendhis ketus.
Seorang pemuda bergabung dengan dua gadis cantik itu.
"Eh...mas Gil?", sapa Ica.
"Gal-Gil! Susah banget ya manggil gue Gilang!", protes pemuda itu.
"Tahu nih bocah!", kata Gendhis.
"Hehehe sori deh calon profesor Gilang!", kata Risya menepuk bahu pemuda itu.
"Gue liat, Lo turun dari motor. Tapi kayaknya bukan ojol deh!", kata Gilang yang sudah mencomot makanan sang kembaran, Gendhis.
"Huum! Om gue!", kata Risya yang turut mengambil makanan Gendhis.
Plukkk!
Gendhis menampik tangan Ica dan Gilang yang bebas mencomot makanannya.
"Punya gue itu...!", Gendhis meraih bungkusan makanannya dan menyimpannya. Risya dan Gilang saling melempar pandangan, lalu keduanya sama-sama cengengesan.
"Kebiasaan!", Gendhis menggerutu.
"Ntar gue traktir deh! Baru dapat transferan dari Abi hehehe!"
Gendhis melebarkan senyumannya.
"Beneran ya! Awas lho?!", ancam Gendhis.
"Ish...ngga percaya banget deh!", celetuk Risya.
"Belum di jawab pertanyaan gue Ica!", protes Gilang.
"Dih, tadi gue udah jawab. Yang anterin tuh om gue. Om Shaka yang seumuran sama gue, dia baru balik dari Jerman."
Gendhis tertarik mendengar nama sosok yang di sebut tersebut.
"Om Lo yang adiknya umi itu? Serius?", tanya Gendhis antusias.
"Adiknya umi kan cowok semua. Yang tadi anterin gue, adik bungsunya umi. Kalo om Shakiel mah dokter di Jerman!", sahut Risya.
Gilang menoyor kepala kembarannya tersebut.
"Ngga usah ngehalu deh!", sindir Gilang.
"Dih...apaan...??", balas Gendhis.
Usai obrolan ngalor ngidul itu, ketiganya memutuskan untuk pergi berbelanja. Seperti biasa, Gilang jadi bodyguard dua gadis itu.
Karena tadi kendaraan si kembar mogok, akhirnya mereka bertiga naik taksi online menuju ke mall terdekat.
💜💜💜💜💜💜💜
Shaka menyapa pak Mono yang ada di pos. Berhubung tahu jika Shaka kerabat Ica, ia pun mempersilahkan Shaka masuk ke blok perumahan tersebut.
Dengan penuh percaya diri Shaka pun menghampiri satpam yang berjaga di sana. Karena satpam tersebut belum mengenal Shaka, jadi mau tak mau ia meminta ijin lebih dulu pada majikannya.
Riang pun keluar membukakan pintu ruang tamu karena satpamnya mengatakan ada tamu yang katanya sangat penting dan ingin bertemu dengannya.
Riang terkejut bukan main, adik bungsunya kini sudah berdiri di hadapannya.
Keduanya saling berpelukan melepaskan rindu karena bertahun-tahun tidak bertemu.
"Kangen Mba....!", rengek Shaka. Riang masih terus memeluk pemuda itu.
"Miba juga kangen! Kamu keterlaluan banget Ka, pulang ngga bilang-bilang heum...! Mendarat di mana kamu? Kenapa ngga langsung ke sini?", Riang menjewer telinga adik bungsunya.
"Heheh di rumah papa lah. Tuh ...buktinya!Aku bawa motor yang ada di sana!", kata Shaka menunjuk motornya dengan dagu.
"Kenapa ngga langsung ke sini aja sih? Ica pasti seneng banget kamu pulang!", kata Riang menggandeng Shaka ke dalam rumah.
"Seneng lah Miba, udah Shaka anterin ke kampus malahan! Tadinya mau ke sini dulu, tapi liat Ica di depan ngga dapet taksi ya udah Shaka anterin aja!", kata pemuda itu.
Mereka pun kembali mengobrol banyak hal. Tujuh tahun adalah waktu yang sangat lama bagi keduanya berpisah. Bagaimana tidak? Sejak bayi, Riang lah yang merawat Shaka. Dan setelah pemuda itu tumbuh remaja, justru adik bungsunya itu malah mengejar pendidikan di luar negeri.
Di tengah obrolan kedua orang itu, sebuah panggilan di ponsel Shaka hingga membuat obrolan itu terjeda.
Shaka tersenyum membaca chat yang ada di ponselnya.
"Siapa? Mukanya girang banget?!", ledek Riang.
"Seseorang lah Miba...!", jawab Shaka tersenyum.
"Pacar?", tanya Riang. Shaka tak menjawabnya tapi dari senyumannya sih ...sepertinya iya!
"Kenal di Jerman juga? Bule dong?", tanya Riang.
"Dih...Miba kepo! Udah ah ...aku mau makan masakan Miba."
Riang pun membiarkan adiknya menikmati makanan yang ia masak. Untung masih ada tadi sisa sarapan. Kasian banget anak orang di kasih makanan sisa 🤭.
"Nanti tidur di sini aja!", pinta Riang.
"Emang ada kamar?", tanya Shaka.
"Ica biar sama Tata aja dulu, kamu bisa pake kamar Ica!", jawab Riang.
Shaka menganggukkan kepalanya. Padahal dulu ia tinggal di sini, tapi sekarang sudah banyak yang berubah.
Shaka, Risya dan Rista bukan lagi anak kecil yang bisa tidur bertiga. Mereka sudah sama-sama dewasa.
Selesai makan, Riang pun menyuruh Shaka beristirahat di kamar Risya. Toh, pemiliknya sedang tidak ada di kamarnya. Jadi, Shaka bisa beristirahat di sana sampai Abi, Ica dan Tata pulang ke rumah tersebut.
Shaka memasuki kamar Ica. Kamar bernuansa abu-abu dan putih. Bukan kamar cewek banget sebenarnya, tapi itu lah Risya.
Shaka tersenyum melihat fotonya bersama Risya yang masih menggunakan seragam putih biru. Sedang Tata masih memakai seragam merah putih dan gendut.
Lalu matanya beralih pada sebuah mini diary. Shaka iseng mengambilnya dan membukanya. Ia pikir ,catatan-catatan Risya yang tak penting ada di sana.
Tapi ternyata.....
💜💜💜💜💜💜💜💜💜
Kira2 Risya alias Ica nyatet apa sih...??? 🤔🤔🤔
makasih 🙏🙏🙏😁😁😁
kasian deh lo dianggap besti... 🤣🤣🤣🤣🤣
gilang said kena deh gue sama emak emak julid...
..