NovelToon NovelToon
AMEEZA

AMEEZA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ana Hasna Raihana

(#HIJRAHSERIES)
Keputusan Bahar untuk menyekolahkan Ameeza di SMA Antares, miliknya mengubah sang putri menjadi sosok yang dingin.

Hidup Ameeza terasa penuh masalah ketika ia berada di SMA Antares. Ia harus menghadapi fans gila sepupu dan saudaranya, cinta bertepuk sebelah tangan dengan Erga, hingga terlibat dengan Arian, senior yang membencinya.

Bagaimanakah Ameeza keluar dari semua masalah itu? Akankah Erga membalas perasaannya dan bagaimana Ameeza bisa menghadapi Arian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Hasna Raihana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Pusat Perhatian

Kantung mata Ameeza terlihat menghitam seperti panda. Ditambah dengan langkah kakinya yang terbilang lesu. Sesekali ia menghela napas panjang begitu beberapa siswi yang ia lewati sibuk bergosip mengenai dirinya.

Baru dua hari Ameeza bersekolah di SMA Antares. Ia sudah jadi pusat perhatian. Kemana pun Ameeza pergi pasti ada saja siswa atau siswi SMA Antares yang menggosipkannya.

Ameeza mendudukkan dirinya di kursi jajaran ke dua pojok. Ia langsung menenggelamkan wajahnya di atas tas. Tak peduli dengan tatapan penasaran dari Melva, teman sebangku Ameeza.

"Lo ada masalah? Kayaknya lelah banget."

Meskipun Ameeza mendengar pertanyaan dari Melva. Ia enggan menjawab, untuk hari ini saja Ameeza sedang malas meladeni siapapun.

Melva yang notebenya baru berteman dengan Ameeza semenjak kemarin pun paham dengan tingkah teman sebangkunya yang tampak lelah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Dengan sedikit panik Melva menepuk bahu Ameeza. Parahnya Melva salah sasaran, bukannya nepuk pundak tapi nepuk punggung.

Merasa terkejut dengan tepukan kasar itu, Ameeza otomatis langsung menegakkan tubuhnya. Tatapan Ameeza beralih ke depan dimana seorang guru yang baru saja mendudukkan diri di kursi. Padahal Ameeza kira ia dibangunkan oleh guru. Ternyata bukan.

Ameeza menyorot Melva dingin. Tanpa bicara pun Melva tahu apa yang ditanyakan oleh Ameeza lewat sorot matanya.

"Sorry banget, My. Maaf banget gue gak sengaja. Maafkan gue yang ceroboh ini," mohon Melva dengan volume suara yang tidak bisa di katakan kecil.

"Melva! Ada apa ribut-ribut di belakang?"

"Gak ada apa-apa, Bu," jawab Melva dengan senyuman.

Ibu Mila, guru matematika itu sibuk menuliskan materi di papan tulis. Ameeza memperhatikan dengan serius. Walau lama-lama ia merasa kesal juga mendapati gangguan dari Melva. Anak itu sedari tadi berbisik meminta maaf tanpa henti.

"Gue maafin."

"Ameeza."

Panggilan Ibu Mila sontak membuat Ameeza terkejut. Beberapa teman sekelasnya ikutan menatap ke bangkuan Ameeza penasaran.

"Maju ke depan."

Mampus! Ameeza tadi tidak memperhatikan dengan benar penjelasan Ibu Mila. Sebab sejak tadi Melva terus mengganggunya.

Menahan kegondokan. Akhirnya Ameeza memutuskan beranjak dari kursi dengan ekspresi yakin. Walau dalam hati ia ragu.

Begitu sampai di depan, Ibu Mila berkata, "Melihat kedua kakak kamu dan sepupu kamu yang pintar, ibu rasa kamu juga begitu. Jadi, tolong kerjakan soalnya."

Dikira karena kakak dan sepupu gue pinter gue juga pinter.

Ameeza mendekati meja guru. Kemudian mengambil spidol. Ia mendekati papan tulis dengan perasaan was-was. Takut tidak bisa menjawab. Meskipun Ameeza yakin tidak ada yang menyadari wajah gelisahnya. Karena Ameeza memasang topeng dingin.

Mengembuskan napas pelan. Ameeza mulai mengisi soal demi soal yang ada di papan tulis. Selepas mengisi ia menyimpan spidol ke tempatnya. Lalu duduk di kursinya.

Suara tepuk tangan dari Ibu Mila sekaligus dari teman sekelasnya mendominasi ruang kelas X MIPA 2.

"Good, Ameeza. Kamu bisa menyelesaikan semua soalnya. Padahal ibu tadinya mau minta jawab soal nomor satu aja. Eh, tahunya kamu jawab semua. Bagus Ameeza. Ibu gak salah prediksi," puji Ibu Mila.

Mendengar pujian dari Ibu Mila, Ameeza hanya mengangguk saja tanpa senyuman.

Ibu Mila menatap papan tulis yang penuh oleh jawaban dari Ameeza. Setelah menatap selama dua menit ia kembali mengedarkan pandangannya ke semua anak di kelas. Sampai tatapannya terhenti pada Ameeza yang tampak sibuk menulis sendiri di buku.

Senyum Ibu Mila terpatri. "Sayangnya, jawaban Ameeza hanya benar satu."

Perkataan Ibu Mila sukses membuat anak-anak sekelas terdiam. Ameeza langsung menatap Ibu Mila. Hatinya mengatakan ia pasti akan dipermalukan. Menyebalkan.

"Ameeza, ibu sarankan untuk banyak-banyak latihan soal, ya. Matematika itu butuh pemahaman, dari segi pengerjaannya dan juga ketelitian dalam menghitung."

Pandangan Ibu Mila mengedar. "Ini gak cuma berlaku buat Ameeza saja, ini juga berlaku untuk kalian semua. Ibu sering mendapati anak-anak yang dasarnya memang sudah faham. Tapi, teledor dalam menghitung. Ada juga yang tidak faham sama sekali sampai menjawab soal asal-asalan."

"Ibu cukup bangga dengan kepintaran Angga, Izzi dan sepupu Ameeza yang lainnya. Kalian harus meniru kerajinan mereka. Tapi, jangan berkecil hati. Kalian juga pasti bisa asal punya niat dan ada usaha."

...-oOo-...

"Tolong, yah, Ameeza," pinta seorang guru berkaca mata kotak. Entah siapa namanya bahkan Ameeza tidak kenal.

Ameeza mengambil setumpuk buku yang diangsurkan guru tersebut. Ia hanya mengangguk sebagai bentuk rohmatnya kepada guru. Lalu pergi sendirian ke kelas XII MIPA 1.

Jika ditanya kemana Melva. Tentu dia sudah lebih dulu pergi ke kantin. Meski tadi Melva sempat mengajak Ameeza untuk ikut pergi ke kantin. Namun, Ameeza justru menolak dengan jelas tanpa basa-basi.

Kaki Ameeza berhenti di depan kelas. Ia meneliti kembali papan kayu bertuliskan XII MIPA 1 yang terpampang di kusen pintu atas. Sesudah memastikan ia tidak salah kelas Ameeza mengetuk pintu kelas tersebut.

Kegaduhan di dalam kelas XII MIPA 1 seketika terhenti. Tatapan seluruh anak kelas berpusat pada Ameeza yang berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan yang menahan berat tumpukan buku tulis.

"Kenapa lo yang ke sini?" tanya Shaula segera mengambil alih tumpukan buku yang di bawa Ameeza.

Tanpa menjawab Ameeza segera meninggalkan kelas itu. Ia hendak menuruni anak tangga untuk pergi ke kantin bawah, kantin khusus kelas X. Tapi, tiba-tiba ia di kejutkan dengan sekumpulan cewek yang heboh saat melihatnya.

Sekumpulan cewek itu mengerumuni Ameeza hingga nyaris saja ia sesak napas karena beberapa diantaranya menarik tangan dan memeluk paksa Ameeza. Tangannya menyentak kasar salah satunya.

"Gue nitip ini buat Angga."

"Gue juga!"

"Gue juga!"

Seterusnya gendang telinga Ameeza seakan mau pecah mendengar ocehan sekumpulan cewek itu yang saling bersahut-sahutan. Melihat mereka lengah, Ameeza segera menuruni tangga dengan kecepatan tinggi.

Raib sudah waktu istirahatnya. Semua itu gara-gara fans gila Angga. Tambah lagi semua guru sepanjang hari ini selalu saja menunjuknya. Baik itu untuk sekedar menjelaskan kembali materi yang sudah di sampaikan maupun untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal susah.

Untuk bagian menjelaskan ulang, Ameeza berhasil. Namun, untuk hitungan beberapa diantaranya salah menjawab. Lebih parah di pelajaran fisika. Dipelajarinya tersebut tak satu pun soal dijawab benar oleh Ameeza. Dan Ameeza cukup yakin Pak Moris menunjukkan raut kekecewaan begitu tahu ekspetasinya tidak sesuai.

Bel pulang yang sedari tadi dinanti oleh Ameeza akhirnya berbunyi juga. Tapi, kegiatan beres-beres alat tulis dan buku-bukunya terhenti saat salah seorang teman sekelasnya menghampiri mejanya.

"My, kerja kelompok maunya kapan?" tanya Siska.

"Iyah, lo jadi ketuanya, yah. Gue ngikut aja," tambah Eza.

Bisa gak gue hilang aja dari muka bumi?

Ingin sekali Ameeza menenggelamkan wajahnya ke dasar laut atau menghilang dari bumi ini sekejap saja. Ia sudah lelah dengan kejadian yang menimpanya hari ini. Mana perutnya keroncongan pula minta di isi gara-gara tadi tidak ke kantin.

Dengan ekspresi datar seperti biasanya, Ameeza mengangguk. "Besok, pulang sekolah."

Usai mengatakan itu Ameeza dengan gerakan cepat membenahi alat tulis dan buku-bukunya ke dalam tas. Lantas segera melesat pergi ke luar kelas.

Terik mentari seakan sengaja memancar ke arahnya. Sudah gerah hati sekarang ditambah dengan gerah body. Ameeza masih dengan langkah biasa saat melihat wajah kakak keduanya yang tertekuk masam.

"Lama banget, sih," desis Izzi disertai dengan pukulan di lengan kanan Ameeza.

Ameeza menatap Izzi dingin. Lewat tatapan tersebut Ameeza seolah memberi peringatan pada Izzi untuk tidak macam-macam.

"Kenapa? Gak suka?!" sentak Izzi dengan tatapan sinisnya.

"Ayo masuk," ajak Angga dengan senyum hangatnya.

Setelah memasuki mobil lebih dulu, Ameeza masih mendengar percakapan kedua kakaknya di luar mobil.

"Lo jangan galak-galak gitu sama Ameeza." nasihat Angga dengan nada lembut.

"Gue kesel aja."

"Tetep aja kelakuan lo berlebihan banget."

Izzi melengos tanpa jawaban. Cewek itu duduk di kursi depan dekat dengan supir. Lagi pula mana sudi Izzi duduk satu bangku dan berdekatan dengan Ameeza. Terlalu mustahil. Mengingat seberapa bencinya Izzi pada Ameeza.

Ameeza hanya menatap Izzi sekilas sebelum akhirnya melempar pandangan ke luar jendela. Bersamaan dengan itu, Angga masuk, duduk di kursi tepat di samping Ameeza.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Angga menatap Ameeza yang masih menatap jalanan. Ia menepuk bahu cewek itu, sehingga Ameeza menoleh.

"Maafin Izzi ya. Dia cuma lagi capek aja," kata Angga pelan, agar Izzi yang ada di kursi depan tidak mendengar.

Ameeza tak menjawab.

"Kenapa lo jadi sedingin ini, sih?" gumam Angga kali ini dengan posisi menyender ke kursi dengan mata terpejam.

Harusnya lo tahu penyebab semuanya, Kak. Kalau lo emang peka dan peduli sama gue.

...-oOo-...

1
zennatyas
kecewa banget ya jadi Ameeza ngadepin Erga? wkwk
zennatyas
loh, Bu?
zennatyas
demi apa kalo liat cowok pingsan, Za?😭
zennatyas
Wahh, dari awal aja udah seruu nihh 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!