My Princess

Langkah Cassie yang sedang berjalan ke ruangannya, mendadak terhenti ketika melihat seseorang yang harus dia hindari.

Tapi kondisi laki laki itu sepertinya sedang tidak baik baik saja.

Jangan dekati dia, larang batinnya mengingatkan.

Tapi dia kelihatannya lagi sakit, bantah sisi hatinya yang lain.

Biarkan saja. Bukannya dia hampir meno dai dan telah menembakmu? Dia sangat berbahaya, Cassie, bentak hatinya keras agar dia memilih menjauh.

Tapi bukannya menurut, Cassie malah melangkah makin mendekat

"Kamu ngga apa apa?" tegurnya ketika dia merasakan laki laki itu seperti sedang menahan sakit.

Laki laki ini sepertinya akan pingsan, batinnya panik.

Saat Cassie akan berbalik untuk mencari pengawalnya, laki laki itu malah menggenggam tangannya dan menempelkannya ke dada laki laki itu.

DEG

Reflek Cassie menarik tangannya karena kaget, tapi terkejut mendengar suara yang lemah itu seakan memohon(?)

"Sebentar saja."

Tatapannya yang selalu tajam sudah menghilang, berganti dengan tatapan sayu.

Dia tidak keracunan makanan, kan? Batinnya panik lagi.

Tangannya digenggam lembut oleh laki laki itu membuat perasaan Cassie terasa semakin aneh.

Bukannya takut atau makin ilfeel, tapi dia justru merasa nyaman.

Dia sudah gila?

Apa ini caranya laki laki itu menjeratnya dulu hingga dia hampir dino dai dan akhirnya ditembak?

Tanpa sadar Cassie menghembuskan nafas kesal

Ternyata dia masih selemah dulu.

Sambil meringis karena dugaan dugaan yang ngga masuk akal yang memenuhi isi kepalanya, Cassie pelan pelan menarik tangannnya dari genggaman laki laki itu.

Untung saja letak pilar cukup menyembunyikan keberadaan mereka berdua.

Malik melepaskan genggamannya. Anehnya hati dan pikirannya mulai bisa distabilkan oleh genggaman itu. Dia pun sudah merasa lebih baik.

"Sudah ngga takut lagi denganku?" Malik menegakkan punggungnya membuat Cassie mundur selangkah.

"Kamu mulai takut lagi," kekeh Malik pelan melihat gestur menghindar Cassie.

Cassie ngga menjawab. Dia malah jadi bingung harus berbuat apa. Sikap dan tatapan laki laki itu sedikit banyak sudah menghipnotisnya.

"Kita pernah bertemu sebelum ini? Kapan? Aku merasa baru kali ini melihatmu....," tanya Malik seolah ingin menuntaskan ganjalan di dalam hatinya.

Kamu lupa ingatan juga? Kamu yang nau meno dai dan sudah menembakku, masa bisa lupa begitu saja, bantah Cassie dalam hati ngga terima.

"Kenaoa kamu kelihatannya marah? Aku salah? Kita pernah bertemu sebelumnya?" desak Malik karena melihat tatapan protes Cassie padanya.

Cassie memilih mundur lagi. Dia memijat kepalanya. Semakin dia mencoba menelaah apa yang sudah terjadi di waktu lalu, ada denyutan keras di dalam kepalanya.

Cassie merasa pusing. Lebih baik dia segera menjauh. Salah dia tadi karena sudah menurunkan jiwa malaikatnya.

"Kamu datang sendirian?" Malik ngga akn membiarkan gadis itu pergi dengan mudah. Pertanyaannya belum dijawab.

"Ya. Emm... Maaf, aku sibuk. Terimakasih sudah datang." Cassie mempercepat langkahnya ke ruangannya sambil memijat kepalanya.

Alis Malik terangkat.

"Restoran ini milik kamu?" Malik ngga bisa menyembunyikan kekagetannya. Dia menghadang langkah gadis itu

"I iya..... Makanannya enak, kan? Ngga ada conplain?" Jiwa markettingnya mulai dia tunjukkan.

Lagi pula laki laki ini ngga akan membiarkannya pergi dengan mudah.

Malik tersenyum hangat membuat Cassie terpana.

Tampan sekali.... Tapi dia menepis kekagumannya dengan cepat.

Dia selalu bisa diperdaya dengan mudah.

"Ramen dan dimsumnya enak. Bisa delivery buat acara perusahaan?" Malik ngga akan menyia nyiakan kesempatan ini.

"Bisa, nanti tim yang akan mengaturnya.

"Bisa tukar kartu nama?" Malik mengeluarkan kartu nama dari dalam dompetnya dan menyerahkannya pada Cassie.

"Untuk apa?" Cassie agak ragu menerimanya.

Bukannya seharusnya dia menjauhi laki laki berbahaya ini? Bukan malah memberi dia kesempatan.

"Mungkin aku bisa dapat harga spesial?" senyum Malik masih bertengger di bibirnya

Cassie sedikit menaikkan kedua sudut bibirnya.

Malik dejavu. Benar benar dejavu. Dia seperti pernah melihat senyum tipis tapi manis seperti itu.

Malik ingin mencoba satu hal yang ekstrim, yang pernah dia lakukan dulu pada Liliana. Hanya ingin mengetes perasaannya saja.

Sayangnya ini bukan tempat yang tepat.

Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya

Oke, sekarang Cassie sudah melanggar aturan mendiang opa dan omanya.

Cassie memberikan kartu namanya.

Malik dengan cepat meraihnya sebelum gadis itu berubah pikiran.

"Apakah pertemuan di stasiun, bukan pertemuan pertama kita?" tanya Malik ingin memastikan.

Cassie terdiam bingung. Dia tentu saja tidak tau karena dia kehilangam ingatannya. Tapi kata kata mendiang omanya kembali terngiang di telinganya.

Cassie masih mengingat sikap laki laki ini yang tidak mengenalinya. Sedangkan dia sudah ketakutan setengah ma ti.

Yakin kamu ngga lupa ingatan?

"Kamu beneran nggak ingat kita pernah bertemu?" Cassie bertanya ragu.

Cassie takut kalo laki laki ini psikopat

Malik menggelengkan kepalanya.

"Aku pastikan saat di stasiun adalah pertemuan perrtama kita," jelas Malik.

Cassie masih terdiam.

Haruskah dia percaya?

"Nanti akan aku hubungi lagi. Semoga kita bisa bekerja sama." Setelah melempar senyum hangatnya, Malik melangkah pergi.

Anehnya sekarang keadaannya sudah jauh lebih baik. Ternyata bertemu gadis itu adalah obatnya.

Cassie malah masih menatap punggung yang menjauh itu.

Siapa yang bisa dia percaya? Oma atau Malik?

*

*

*

Malik terus memperhatikan kartu nama.gadis itu.

Cessie Nathalia, owner tiga restoran Jepang yang lagi viral.

Kenapa.gadis itu merasa sudah pernah bertemu dengannya?

Karena penasaran, Malik mulai menyelidiki gadis itu.

Tidak banyak data yang bisa dia peroleh.

Kenapa? Ini seperti data data yang baru dibuat.

Siapa dia sebenarnya?

Sebenarnya Malik berharap kalo Cassie adalah Liliana yang menyamar. Tapi wajahnya sangat jauh berbeda. Walaupun dia memiliki bola mata dan garis senyum yang sama dengan Liliana.

Terlalu cepat untuk memutuskan.

Malik menghembuskan nafas dengan agak kasar.

Tapi ngga lama kemudian dia tersenyum agak lebar.

Kalo dia bukan Liliana malah lebih bagus. Daddy dan keluarga besar tidak akan menentangnya kali ini.

Dia bisa menolak perjodohan dan mulai mendekati gadis itu.

Walaupun di hatinya tetap ada rasa bersalah, dia mendekati Cassie karena merindui gadis itu, Liliana.

*

*

*

Sean agak ragu memasuki ruang kerja daddynya. Untung maminya ngga ada di sana.

"Dad, ada yang mau aku bicarakan."

"Apa? Kelihatannya serius?" Eriel menghebtikan tanda tangan pada kertas kertas di depannya.

"Coba daddy lihat ini." Sean menunjukkan foto Hera Yumma yang sedang sendirian. Sudah dicrop Dewa tadi.

Wajah Eriel tampak sangat serius.

"Siapa gadis ini?"

"Katanya dia anak adopsi Hadi Anwar."

Eriel terdiam. Mencoba mera ba maksud putranya Sean.

"Gadis ini bekerja di agensi model yang biasa dikontrak perusahaan kita, dad. Aku dan teman teman curiga.... Kalo dia anaknya om Bara."

Eriel manggut manggut.

Mungkin saja, batinnya sambil membayangkan reaksi Bara saat melihat foto gadis muda itu.

■

■

Kalo mau lihat tiktok author

@Shaa8376 🫢