Dituduh pembunuh suaminya. Diusir dari rumah dalam keadaan hamil besar. Mengalami ketuban pecah di tengah jalan saat hujan deras. Seakan nasib buruk tidak ingin lepas dari kehidupan Shanum. Bayi yang di nanti selama ini meninggal dan mayatnya harus ditebus dari rumah sakit.
Sementara itu, Sagara kelimpungan karena kedua anak kembarnya alergi susu formula. Dia bertemu dengan Shanum yang memiliki limpahan ASI.
Terjadi kontrak kerja sama antara Shanum dan Sagara dengan tebusan biaya rumah sakit dan gaji bulanan sebesar 20 juta.
Namun, suatu malam terjadi sesuatu yang tidak mereka harapkan. Sagara mengira Shanum adalah Sonia, istrinya yang kabur setelah melahirkan. Sagara melampiaskan hasratnya yang ditahan selama setelah tahun.
"Aku akan menikahi mu walau secara siri," ucap Sagara.
Akankah Shanum bertahan dalam pernikahan yang disembunyikan itu? Apa yang akan terjadi ketika Sonia datang kembali dan membawa rahasia besar yang mengguncang semua orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Shanum datang ke rumah besar keluarga Leon dengan langkah yang terasa berat. Setiap hentakan tumitnya di lantai marmer seolah menggaung di dada, menimbulkan gema rasa sesak yang tak bisa dijelaskan.
Di ruang depan, dua sosok yang sangat dihormatinya telah duduk menantinya, Papi Leon dan Mami Kartika. Pandangan mereka tajam, penuh wibawa, tapi juga menyimpan gurat khawatir yang sulit disembunyikan.
“Duduklah, Shanum!” titah Papi Leon, suaranya berat dan berwibawa seperti biasa.
“Terima kasih, Tuan,” jawab Shanum lembut, lalu duduk di sofa tunggal yang terasa terlalu besar untuk tubuhnya yang mungil. Jemarinya meremas ujung jilbab, mencari pegangan dari kegugupan yang berputar di dada.
“Sekarang Sonia sudah kembali ke rumah. Apa kamu siap dengan pernikahan poligami itu?” tanya Mami Kartika tanpa basa-basi. Tatapannya tajam, seperti ingin menembus hati Shanum.
Shanum menunduk. Ada gemuruh di dadanya, antara rasa takut, cinta, dan ikhlas yang saling beradu. “Tidak, Nyonya—”
“Hah? Apa maksud kamu?” tanya Mami Kartika terkejut.
“Aku akan meminta Mas Gara untuk menceraikan aku. Karena aku tidak ingin membuat luka hati wanita lain,” jawab Shanum mantap, walau suaranya bergetar halus di ujung kata.
Kalimat itu menggantung di udara. Hening. Hanya detak jam dinding yang terdengar, pelan tapi terasa menusuk.
Papi Leon menarik napas panjang. “Bukannya kamu dan Gara saling mencintai?” suaranya lembut, tapi ada nada tidak percaya di sana.
Shanum mengangkat wajahnya. Di matanya, ada air yang hampir jatuh tapi ditahan dengan paksa. “Bagiku cinta tak harus memiliki. Membiarkan orang yang kita cintai bersama dengan orang lain yang juga mencintainya, itu sudah membuat aku tenang, Tuan.”
Kata-katanya sederhana, tapi mengandung luka yang dalam. Seolah setiap hurufnya menggores hati sendiri.
“Tapi, Gara bersikukuh untuk mempertahankan pernikahan kalian. Dia tidak akan menceraikan dirimu. Katanya dia akan berbuat adil kepada kamu dan Sonia. Dia juga akan memberi tahu pernikahan denganmu kepada Sonia dan meminta izin agar pernikahan kalian tercatat di KUA,” ujar Mami Kartika pelan.
Shanum terdiam. Dadanya serasa berhenti berdetak. Bayangan Sagara muncul di kepalanya, yang memiliki wajah tegas, mata lembut, senyum hangat. Ia tak pernah menyangka pria itu akan sejauh itu memperjuangkannya. Namun, justru itulah yang membuat hatinya semakin perih.
“Aku rasa Bu Sonia akan menolak. Wanita mana yang rela dimadu?” ucap Shanum dengan nada getir. Ia tahu, sebesar apa pun cinta, perempuan tetap manusia yang punya hati.
“Bagaimana jika Sonia mengizinkan Gara berpoligami? Dia selalu memikirkan kebaikan Gara. Kalau menurutnya poligami ini baik untuk Gara, dia pasti akan bersedia.”
Ucapan Mami Kartika membuat Shanum semakin bingung. Ada harapan yang berusaha menyelinap masuk, tetapi ia menolaknya mentah-mentah. Cinta yang tumbuh dari luka tidak seharusnya diteruskan, pikirnya. Ia tidak ingin hidupnya menjadi alasan air mata orang lain.
“Aku tidak tahu, Nyonya. Karena awal pernikahan aku dengan Mas Gara juga karena kesalahan Mas Gara dan terpaksa aku menyetujuinya,” ucap Shanum lirih.
Ruangan kembali sunyi. Mami Kartika dan Papi Leon saling pandang, mata mereka melebar. Mereka mengira pernikahan itu lahir dari cinta, ternyata dari tragedi yang tidak pernah mereka bayangkan.
“Apa kesalahan yang diperbuat oleh Gara?” tanya Papi Leon, suaranya kini lebih hati-hati.
Shanum menelan ludah, dadanya naik turun menahan emosi. “Malam itu ... Mas Gara memperkosa aku, saat aku tidur di kamar si kembar. Dia menawarkan pernikahan siri karena takut aku hamil. Aku juga ketakutan, akhirnya aku menyetujuinya.”
Kedua orang tua itu membeku. Mami Kartika menutup mulutnya dengan tangan, air mata mengalir pelan dari sudut matanya. Sementara Papi Leon memejamkan mata, seolah menolak kenyataan yang baru saja ia dengar.
“Bagaimana bisa Gara melakukan itu?” tanya Mami Kartika dengan suara bergetar.
“Mas Gara mengira aku adalah Bu Sonia. Selain itu, Mas Gara juga bilang waktu di pesta, dia minum sesuatu yang membuatnya tiba-tiba bergairah. Malam itu Mas Gara seperti orang yang diberi obat perangsang,” jelas Shanum. Ia berkata pelan, tapi setiap kalimatnya seperti pisau yang menggores dirinya sendiri.
Setelah dipikir-pikir oleh keduanya, Shanum memiliki kemiripan dengan Sonia. Makanya wajar jika Sagara dalam keadaan tidak begitu sadar mengira wanita itu adalah istrinya.
“Apa ada orang yang ingin menjebak Gara?” tanya Papi Leon pelan.
“Sepertinya begitu, Pi,” jawab Mami Kartika menimpali, nada suaranya muram. “Selama ini Gara menjaga jarak dengan wanita lain demi Sonia. Tidak mungkin dia melakukan hal seperti itu dengan sadar.”
Shanum menunduk lebih dalam. Ia tidak tahu siapa dalang di balik semua itu, tapi ia tahu betapa besar penyesalan Sagara setelah kejadian malam itu. Pria itu meminta maaf berulang kali, memohon agar ia tidak pergi, dan memilih menikahinya untuk menebus dosa.
“Jika Sonia menerima pernikahan poligami, berarti kita juga harus mengakui kamu sebagai menantu kami. Kita juga akan mempersiapkan pesta pernikahan dan rumah untuk kamu,” ucap Mami Kartika dengan nada lembut, mencoba menenangkan suasana.
Namun Shanum hanya diam. Di balik wajah tenangnya, hatinya seperti terbakar. Ia mencintai Sagara—terlalu dalam. Tapi setiap kali membayangkan wajah Sonia yang lembut, hatinya seolah diremas.
“Aku hanya ingin Sonia menolak poligami ini,” batinnya, lirih. “Agar aku punya alasan untuk pergi, walau harus membawa luka yang takkan sembuh.”
Di rumah, Sonia tampak gelisah. Matanya berkeliling ke seluruh ruang keluarga yang sunyi. Rumah itu terasa terlalu besar tanpa tawa anak-anak, tanpa langkah Shanum yang biasanya mondar-mandir sambil membawa botol susu.
“Mas Gara!” panggilnya dari bawah tangga. “Mas!”
Langkah berat terdengar dari lantai atas. Tak lama kemudian, Sagara muncul dengan wajah sedikit berkeringat. “Ya, ada apa?”
“Ini orang-orang pada ke mana?” tanya Sonia heran, matanya menyisir setiap sudut ruangan.
“Anak-anak sudah tertidur. Kalau Shanum lagi di rumah Mami,” jawab Sagara santai. Ia mendorong kursi roda Sonia ke dekat sofa.
“Mau apa Shanum pergi ke rumah Mami?” tanya Sonia, suaranya berubah curiga.
***
tapi siapa yg menukar ?? apakah David + Soraya berkomplot ?
apakah Sonia & Shanum saudara kembar yg terpisahkan ? bgmn terjadi nya ?
Sudah jelas dia tidak alergi susu, tinggal menunggu anak siapa dia sebenarnya.
kenapa sampai bisa tertukar dan apakah ini merupakan kesengajaan ?
jgn² anak yg dimakamin sm shanum itu ansl sagara sm sonia 🤔