Aray pemuda 18 tahun yang hanya tinggal dengan nenek nya sejak kecil selalu hidup dalam kemiskinan.
Setelah sang kake meninggal.Dan hanya meninggalkan sebuah kitab yang ber sampul warna emas sehari sebelum meninggal sang kake menitipkan ke sang nenek agar kelak setelah dia meninggal dunia buku tersebut di berikan ke arya.
Simak kelanjutan nya.dan mohon maaf apa bila dalam kata kata masih banyak kekurangan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijo.lumut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pak Budi terkena parpalegia
Kota bandung yang terletak di provinsi Jawa Barat, bandung kota kembang yang memiliki daya tarik tersendiri dengan asri nya alam pegunungan, udara yang sejuk dan hamparan perkebunan teh yang begitu luas nya." Tak pernah terpikirkan oleh Arya bisa menginjakkan kedua kaki nya di kota tersebut, sejak ia di besarkan oleh kedua kake nenek angkat nya itu Arya tak sekali pun keluar ke daerah lain.
Mmmmmh maaf Bu boleh saya memeriksa kondisi suami ibu.?" pinta Arya pada ibu nya Dewi." Mah biarkan mas Arya coba memeriksa kondisi nya papah mah.!" Dengan memegang tangan ibunda nya Dewi meminta agar ibu nya membiarkan Arya memeriksa kondisi ayah nya.
Setelah merasa ragu sebentar dan memandang lekat lekat wajah Arya yang masih berdiri diam di antara Nenden dan Dian, ibu nya pun mengangguk dan berkata pelan "Baik lah silakan nak arya."
"Baik lah Bu." Setelah berkata Arya pun menghampiri ke ranjang ayah nya Dewi yang terbaring lemah, Tanpa berkata apa-apa lagi Arya pun semakin menajamkan pandangan matanya dan memindai seluruh kondisi tubuh ayah nya Dewi dengan sangat teliti, Arya melihat banyak bagian tubuh ayah nya Dewi itu banyak terdapat aliran darah dalam urat itu tersumbat, karena banyak tulang tulang dalam tubuh nya itu yang patah dan menjepit urat itu.
Permisi pak bu biar kami memeriksa kondisi pasien pak, bu." Terdengar suara Sorang dokter perempuan pada saat Arya akan menyentuh kaki ayah nya dewi, Arya pun menoleh ke arah dokter itu, "Silakan dok." ucap Arya sambil tersenyum pada dokter wanita tersebut." Bu apakah bisa ke ruangan saya.?" dokter muda itu pun meminta ibu nya Dewi agar mengikuti diri nya ke ruangan kantor nya, "Baik Bu" ucap ibunda Dewi pada dokter cantik itu.
"Mah aku ikut.!" Ujar Dewi saat ibu nya melangkah ke luar ruangan itu dan berkata pada ayah nya Anita. Pak Anwar saya tinggal sebentar ya." Baik Bu juju." balas pak Anwar mengangguk ringan.
Mas Arya bagai mana kondisi sahabat saya.?" tanya ayah Anita bertanya pada Arya setelah kepergian ibu dan anak itu dari ruangan perawatan." Menurut yang saya lihat banyak sekali aliran darah yang tidak lancar pak." Tutur Arya pada pak Anwar ayah Anita.
"Apakah bisa di obati mas Arya.?" Tanya kembali pak Anwar pada Arya." Bisa pak tapi proses nya lumayan berat dan pasti memakan waktu dan menguras banyak energi pak." Balas Arya menerangkan pada pak Anwar tentang proses pengobatan nya.
"Ini berkas hasil pemeriksaan pak Budi Bu." Ucap dokter muda itu dan menyodorkan amplop coklat berisi hasil pemeriksaan." Apa hasil dari pemeriksaan nya Bu.?" Tanya ibunda Dewi pada dokter cantik itu yang duduk di depan nya itu." Dengan hati yang berdebar-debar Dewi membuka amplop hasil pemeriksaan ayah nya itu, Wajah nya Dewi pun langsung berubah saat membaca hasil pemeriksaan ayah nya itu.
"Apakah parpalegia ini bisa di sembuhkan Bu.?" Tanya Dewi pada dokter cantik itu wajah nya menegang." Maaf Bu Yuli ,bu Dewi parpalegia itu sangat susah untuk di sembuhkan dan mungkin juga bisa mengalami kelumpuhan permanen bu.!" balas dokter cantik itu menerangkan pada Bu Yuli dan juda Dewi, Tak terasa kedua tangan Dewi meremas maps hasil pemeriksaan itu, Hati nya bingung karena mendengar perkataan dari dokter itu." Apakah ayah saya akan menjadi cacat dok.?" Dengan suara yang bergetar Dewi memastikan apa yang di alami ayah nya itu," dokter cantik itu pun mengangguk ringan menanggapi pertanyaan Dewi.
"Baik lah Bu kalau begitu kita permisi Bu." Pamit Bu Yuli bangkit dari duduk nya dan menyalami dokter cantik itu,"
"Mas Arya bagai mana.?" tanya Dewi setelah memasuki kamar rawat ayah nya wajah masih terlihat tegang menatap Arya yang sedang memegang kaki ayah nya dan menyalurkan energi nya pada tubuh ayah nya Dewi," Sabar wi mas Arya sedang berusaha untuk bisa mengobati apa yang di derita oleh pak Budi.
Apakah kamu pernah melihat apa yang sekarang sedang Arya lakukan nen.?" balas Dewi dengan pandangan mata yang sayu.