NovelToon NovelToon
Sang Pewaris Takdir

Sang Pewaris Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: BigMan

~Karya Original~
[Kolaborasi dari dua Author/BigMan and BaldMan]
[Update setiap hari]

Sebuah ramalan kuno mulai berbisik di antara mereka yang masih berani berharap. Ramalan yang menyebutkan bahwa di masa depan, akan lahir seorang pendekar dengan kekuatan yang tak pernah ada sebelumnya—seseorang yang mampu melampaui batas ketiga klan, menyatukan kekuatan mereka, dan mengakhiri kekuasaan Anzai Sang Tirani.

Anzai, yang tidak mengabaikan firasat buruk sekecil apa pun, mengerahkan pasukannya untuk memburu setiap anak berbakat, memastikan ramalan itu tak pernah menjadi kenyataan. Desa-desa terbakar, keluarga-keluarga hancur, dan darah terus mengalir di tanah yang telah lama ternodai oleh peperangan.

Di tengah kekacauan itu, seorang anak lelaki terlahir dengan kemampuan yang unik. Ia tumbuh dalam bayang-bayang kehancuran, tanpa mengetahui takdir besar yang menantinya. Namun, saat dunia menjerumuskan dirinya ke dalam jurang keputusasaan, ia harus memilih: tetap bersembunyi/melawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BigMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 5 - Saat Takdir Mengetuk: Strein Melawan Kegelapan

...----------------...

Benteng Strein berdiri angkuh, dindingnya yang menjulang tinggi, diperkuat oleh baja keras dan telah menghadapi banyak serangan dalam sejarahnya. Namun hari ini, dinginnya angin yang berhembus membawa sesuatu yang lebih dari sekadar ancaman.

Mereka datang.

Gema langkah kaki yang berat mengguncang tanah, bergemuruh seperti petir yang mengancam langit. Ribuan pasukan berbaju hitam bergerak dalam formasi sempurna, seakan mereka adalah bagian dari mesin raksasa yang tak terhentikan.

Di garis depan, dengan aura yang mampu membekukan darah di dalam tubuh, berdiri pemimpin mereka.

Sang Tirani

Anzai.

Jubah hitamnya yang panjang melambai tertiup angin, seperti sayap kegelapan yang mengancam untuk menelan dunia. Zirah obsidian yang membungkus tubuhnya tampak seperti kulit kedua, memancarkan keteguhan dan kekuatan yang tak tergoyahkan. Pedang panjangnya tergantung di pinggang, tidak tersarung, seolah-olah tak ada yang layak menerima tebasan nya hari ini.

Matanya dibalik topeng tak berekspresinya terlihat keemasan, seperti bara api yang tak pernah padam, memindai benteng yang berdiri di hadapannya. Menilai dan mengukur, seakan sudah melihat akhir pertempuran bahkan sebelum pertempuran itu dimulai. Tidak ada emosi di sana. Tidak ada amarah, tidak ada kegembiraan. Hanya keyakinan mutlak bahwa tempat ini akan runtuh seperti yang lainnya.

Di sampingnya, berdiri seorang pria yang namanya pernah dipuja, sosok yang telah lama dianggap sebagai legenda kini berada di sisi tirani.

Sang Legenda

Kisaki Gin.

Sosok yang pernah menjadi harapan banyak orang, kini berubah menjadi perwujudan penghancuran.

Tubuhnya tertutup sepenuhnya oleh zirah hitam mengkilap dengan ukiran naga perak yang melilit di dada dan bahunya. Helmnya berbentuk runcing dan memiliki dua tanduk dengan visor yang menyembunyikan wajahnya sepenuhnya, meninggalkan hanya dua lubang mata yang menyala redup di balik bayangannya.

Jubah hitam panjang menjuntai di punggungnya, membelai pelan seakan menertawakan angin yang berusaha mengungkap identitasnya.

Di punggungnya, menggantung pedang berbilah besar dengan gagang perak yang dihiasi ukiran naga. Senjata yang sama yang pernah ia gunakan untuk melindungi, kini akan ia gunakan untuk menghancurkan.

Dan di belakang mereka, tiga sosok lainnya melangkah, masing-masing membawa aura yang cukup untuk membuat pasukan Strein menggigil ketakutan.

Sang Penjagal Berdarah

Alzasha

Pria raksasa dengan tubuh yang seakan ditempa dari baja murni. Zirah merah tua yang dikenakannya penuh dengan goresan pertempuran, bukti bahwa tak ada lawan yang mampu menjatuhkannya. Wajahnya tersembunyi di balik topeng oni hitam berukiran emas, hanya menyisakan mata merahnya yang penuh kebengisan.

Di tangannya, sebuah kapak raksasa berbilah dua, seolah ditempa khusus untuk membelah tubuh manusia dengan satu ayunan. Bau darah yang menempel pada senjatanya bahkan bisa tercium dari kejauhan.

Setiap langkahnya menekan tanah, membuatnya seakan bumi pun gentar akan keberadaanya.

Sang Bayangan Tanpa Wajah

Asakura.

Zirahnya jauh lebih ringan dibanding yang lain, serba hitam dengan jubah panjang yang hampir menyatu dengan malam. Wajahnya tertutup kain gelap, hanya menyisakan sepasang mata tajam yang tak memancarkan emosi apa pun.

Di pinggangnya, sepasang belati panjang dengan mata bilah tipis yang hampir tak terlihat dalam gelap. Ia tidak berbicara, tidak membuat suara. Namun keberadaannya sendiri sudah cukup untuk membuat bulu kuduk meremang.

Tak ada yang pernah mendengar suara Asakura. Karena mereka yang pernah mendengarnya, tak pernah hidup untuk menceritakannya. Dia adalah algojo di dalam kegelapan.

Sang Penghancur Takdir

Hannya.

Ia mengenakan zirah hitam yang berat, dihiasi dengan ukiran duri dan tengkorak, memberikan kesan seorang algojo yang baru saja keluar dari neraka. Helmnya memiliki satu tanduk melengkung ke belakang, mempertegas aura mengerikannya.

Di tangannya, ia memegang sebuah tombak hitam panjang dengan ujung bilah melebar, berdenyut dengan energi merah gelap seolah tombak itu sendiri memiliki kehendak untuk membunuh.

Di atas benteng, salah satu komandan Strein, Saboru berdiri dengan ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan.

"Mereka hanyalah manusia! Kita memiliki benteng ini! Kita memiliki keunggulan!" teriaknya, mencoba menyemangati pasukannya.

Namun dari kejauhan, suara yang dingin dan tak berperasaan menjawabnya.

"Keunggulan?"

Anzai melangkah lebih maju.

Kisaki Gin mengangkat satu tangan perlahan, gerakan kecil itu cukup untuk membuat ribuan pasukan Naga Hitam merapatkan formasi, siap untuk menyerang kapan saja.

Gin menoleh ke benteng, dan meski wajahnya tersembunyi di balik visor nya, semua orang yang berdiri di atas dinding tahu bahwa ia sedang menatap mereka.

"Benteng tidak bisa melindungi kalian dari takdir!" Balas Anzai, berteriak dengan suara serak dan dalam seperti geraman.

Senyap.

......................

Di Benteng Klan Strein.

Sinar matahari mulai terasa menyengat di atas menara pengawas Benteng Strein. Dari ketinggian ini, seluruh medan perang terlihat sangat jelas. Di bawah sana, barisan pasukan Strein telah bersiap, berdiri tegak dalam formasi bertahan. Mata mereka terpaku pada pasukan Naga Hitam di kejauhan, tempat di mana bayangan kematian mulai merayap mendekat.

Di atas menara tertinggi, tujuh sosok berdiri, mengawasi dari balik pagar batu yang dingin.

Di tengah mereka, Dai Hideo berdiri dengan jubah yang berkibar diterpa angin. Matanya yang tajam menatap lurus ke depan, menelusuri barisan musuh yang semakin mendekat. Ia telah bertempur dalam banyak pertempuran, tetapi kali ini berbeda. Kali ini, ia tahu bahwa mereka menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar perang biasa.

Di sebelahnya, Obura, komandan perang dengan figur yang sudah mulai menua, mengepalkan tinjunya dengan kuat. "Mereka datang…" Gumamnya, suaranya seperti geraman binatang buas.

Dari kejauhan, cahaya berkedip dari pantulan jirah mulai tampak, membentuk garis panjang yang bergerak perlahan namun pasti menuju benteng mereka. Langkah kaki ribuan prajurit bergema menghantam bumi seperti genderang kematian.

"Tak kusangka kita harus menghadapi neraka seperti ini," desis Saboru, penasehat militer yang mengenakan jubah merah dengan simbol Strein di punggungnya. Matanya menyipit saat melihat figur yang dipercayai adalah Kisaki Gin berada di barisan depan musuh. "Dia benar-benar Kisaki Gin…"

Ketegangan di udara semakin tebal.

Obura tidak segera menjawab. Ia hanya menatap lurus ke arah Kisaki Gin, pria yang pernah bertarung dengannya di masa lalu, pria yang kini mengenakan zirah hitam penuh dengan helm bertanduk naga yang menyembunyikan wajahnya.

Masao menutup matanya sejenak. "Orang-orang berubah. Atau mungkin… mereka menunjukkan jati diri yang sesungguhnya saat dunia memaksanya."

Obura akhirnya berbicara, suaranya rendah namun penuh otoritas. "Gin pernah menjadi harapan dan pahlawan bagi rakyat Klan Spaide. Sekarang dia adalah ujung tombak kehancuran yang dibawa Anzai."

Ia menarik napas dalam, lalu menatap pasukannya di bawah.

"Tembok ini telah melindungi kita selama bertahun-tahun. Kita memiliki senjata, kita memiliki strategi. Tapi hari ini, bukan hanya baja dan taktik yang akan menyelamatkan kita."

Obura berbalik, melangkah ke tepi menara, berdiri di atas panggung batu tempat para pemimpin Strein biasa berbicara kepada pasukan mereka.

Sorak-sorai pasukan terhenti. Semua mata kini tertuju padanya.

Terik matahari menerpa kulitnya saat ia mengangkat suaranya, berbicara kepada setiap jiwa yang berdiri di bawahnya.

"Saudara-saudaraku! Prajurit Strein! Dengarkan aku!"

Sunyi.

Hanya suara angin dan langkah kaki musuh yang semakin mendekat.

Obura menatap mereka satu per satu, memastikan bahwa kata-katanya tidak hanya didengar, tetapi dirasakan di dalam hati mereka.

"Aku tidak akan berdiri di sini dan berbohong kepada kalian. Hari ini, kita menghadapi musuh yang tidak seperti sebelumnya. Mereka datang dengan kekuatan yang telah menghancurkan Klan Spaide dan Acellian, meruntuhkan benteng-benteng kebanggaan mereka!"

Beberapa prajurit menggertakkan gigi mereka, mencengkeram senjata mereka lebih erat.

"Mereka membawa tirani! Mereka membawa kematian! Mereka ingin kita tunduk, mereka ingin kita merangkak di hadapannya seperti budak tanpa kehormatan!"

Teriakan kemarahan mulai terdengar dari barisan pasukan.

Obura menghunus pedangnya perlahan. Bilah perak itu berkilat dalam cahaya matahari.

"Tapi dengarkan aku baik-baik! Kita adalah Strein! Kita adalah tembok terakhir! Jika kita runtuh malam ini, maka dunia akan jatuh ke dalam kegelapan yang tak berujung!"

Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.

"Aku tidak peduli berapa banyak musuh yang mereka bawa! Aku tidak peduli apakah mereka punya Sang Legenda di pihak mereka, atau tiga iblis lainnya di sisi mereka! Ini adalah tanah kita! Rumah kita! Jika kita harus mati, maka kita mati sebagai ksatria, dengan pedang di tangan dan darah di tanah!"

Sorak perang meledak di udara.

Ryou salah satu Kapten militer dari Divisi Pasukan Elit menghunus pedangnya dan berteriak, "Hidup Strein!"

Seruan itu diikuti oleh ribuan suara yang membahana di seluruh benteng.

Saboru menoleh ke belakang, melihat Hideo dan Hitoshi dengan mata penuh keyakinan.

"Bunyikan genderang perang." Teriak Hideo.

Dan saat suara genderang pertama menggema, benteng Strein tidak lagi dihantui ketakutan.

Mereka tidak menunggu kematian.

Mereka menunggu pertempuran.

1
Big Man
seru kok kak.. namnya aja yg jepang kak.. tp story line nya sma kek pendekar2 timur lain.. hnya saja.. gda kultivator .. tp istilahnya berbeda
Big Man: niat blas chat.. mlah ke post di koment.. asem dah
total 1 replies
Ernest T
lnjutttt. kren
Big Man: terimakasih kak /Applaud/
total 1 replies
Desti Sania
belum terbiasa dengan scien jepang
Big Man: Mudah2n cocok ya.. menghibur.. story line nya hmpir sma kok kak sma pendekar2 timur lainnya.. cmn istilahnya aja yang beda dan gda kultivator di sini /Grin/
total 1 replies
Desti Sania
mungkin
Desti Sania
prolog nya dah keren thor,semoga isinya gak membosankan ya
Big Man: amiin.. thanks kak.. semoga menghibur ya
total 1 replies
Bocah kecil
Abirama bukan kaleng2 keknya.. pra pendekar aja tau dan bisa merasakan kekuatan abirama yang tidak biasa.. menarik.. /Kiss/
Aditia Febrian
Aseekkk... Gass lah.. Hajar mereka Abirama!!! /Determined//Determined/
Bocah kecil
Gass lanjoot...!!!
Aditia Febrian
Makin seruu... /Determined//Determined/
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Big Man: Mksh thor.. /Kiss/
total 1 replies
Abu Yub
sip
Bocah kecil
Ni bocil sumpahna, yang satu baperan, yang satu cuplas ceplos.. /Facepalm/
Aditia Febrian
Tahapan ujian menjadi pendekar sejati:
1. Disiplin >> Lulus.
2. .... ?

Lanjut thoorr!!! /Determined//Determined/
Big Man: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Bocah kecil: Bner.. relate sbnrnya..
untuk menjadi org sukses ya slah satunya :
1. Disiplin
2. Kerja keras.
3. Terusin aja sendiri
/Tongue//Joyful//Joyful/
total 2 replies
Aditia Febrian
Ngakak parah /Facepalm//Facepalm/
Aditia Febrian
Si liliane ceplas ceplosnya ampun dah /Joyful//Joyful/
Aditia Febrian
Mantap.. Sebaik-baiknya ayah, ya Abirama.. lanjut thorrr.. /Determined//Determined/
Momonga
Dramatic skali thor.. keren, salut thor.. up lg thor
Teteh Lia
Per bab na pendek, jadi maaf kalau Aq baca na terlalu cepat 🙏
Big Man: Gpp kak.. mksh udh mampir ya.. semoga ceritanya menarik dn bisa menghibur kka ya..
di Ep 11 ke atas udh di konsisten untuk katanya di min 1000-1500 kata ya kak.. semoga itu bsa mengobati kekecewaan kka ya.. /Hey/
total 1 replies
Abu Yub
lanjut thor .kunjungi novel aku juga thor ./Pray/
Big Man: siap kak.. thanks dukungannya..
total 1 replies
Abu Yub
sip deh /Ok/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!