Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
Liam Smith adalah pria yang baru saja diberikan tugas untuk menjadi pemimpin Perusahaan Smith. Pria itu menjadi sosok yang lebih dingin ketika kejadian malam yang dilewatinya bersama Bianca selalu terbayang di benaknya.
Seperti pagi ini, dia kembali bermimpi ketika melakukan malam panas bersama Bianca. Liam terbangun dengan terengah-engah karena tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.
"Si*l! Mengapa aku sangat menginginkan wanita m*rahan itu!" umpat Liam yang ingin melupakan malam yang dia lewatkan bersama Bianca.
Pria yang tampan itu memang sangat kesal dengan sosok Bianca. Perempuan yang telah mengejar cintanya semenjak mereka di bangku kuliah. Awalnya, Liam bersikap baik tetapi, Bianca sebagai teman malah memanfaatkan hal itu hingga bersikap posesif.
"Aku tidak akan menyerah Liam, kamu akan menjadi milikku apa pun caranya," ucap Bianca ketika Liam menolak pernyataan cintanya.
Liam mengira Bianca akan menuntut pertanggung jawaban setelah apa yang mereka lewati. Jujur saja, Liam tidak tega melihat wajah Bianca saat itu. Namun, kekesalannya pada sikap dan perilaku Bianca yang terus ingin menjadikannya sebagai kekasih membuat Liam tidak berbelas kasih pada wanita itu.
Pagi itu dia melihat bercak darah tanda kesucian Bianca. Hal itu membuat Liam bingung karena dengan jelas Ivanka mengatakan Bianca telah sering melakukan perbuatan yang bisa dibilang menj*jikkan. Akan tetapi, bercak darah itu mulai membuat Liam ragu akan pertukaran Ivanka.
"Sebenarnya, siapa yang bohong di sini? Bianca atau Ivanka!" gumam Liam yang selama dua bulan ini terus memikirkan tentang Bianca.
***
Di rumah sakit, James mengepalkan tangan mendengar ucapan Daren. Dia tidak mempercayai ucapan Daren sampai pria itu menghampiri dokter untuk mendapatkan keterangannya.
"Benarkah itu? Adikku tengah mengandung?" ucap James masih mengandalkan dirinya sendiri.
"Ya Tuan, Nona Bianca memang berbadan dua, Anda dapat mengetahui usia kehamilan Nona Bianca dengan mengunjungi dokter Obygn," balas dokter pelan.
"Rahasiakan kehamilan Bianca dari siapa pun yang mungkin mengenal kami. Kamu tahu bagaimana statusnya dokter, kamu juga terikat dengan sumpah seorang dokter yang tidak boleh sembarangan mengatakan tentang kondisi pasienmu," perintah James.
"Tentu, Tuan. Anda bisa mengandalkanku. Tidak akan pernah ada orang yang akan mengetahui keadaan Nona Bianca," kata dokter dengan penuh keyakinan.
Dokter muda itu tentu mengetahui bila masa depannya berada di tangan James. Hingga dia memilih untuk mengikuti perintah James. Semua yang ada di rumah sakit ini mengetahui kekuasaan yang dimiliki James. Tentu saja menjalankan perintah James adalah sesuatu yang mutlak.
"Kondisi Nona Bianca cukup lemah, saya sarankan agar Nona beristirahat yang cukup. Jangan paksa dia untuk bekerja terlalu keras. Hal itu akan semakin melemahkan kondisinya yang mungkin akan berimbas pada kesehatan janin dalam kandungannya," terang Farel —dokter muda— yang memeriksa kondisi Bianca.
"Baiklah, aku akan mengingatnya," balas James menatap tubuh Bianca. Farel kemudian pergi dari hadapan James setelah berpamitan.
James meremas kepalanya sendiri, dirinya tengah dihadapi dengan permasalahan Silvia yang pergi dari hidupnya. Bahkan, perempuan yang baru dia sadari kalau sangat berarti dalam hidupnya itu membawa benihnya. Kini, dia harus dihadapkan dengan Bianca yang tengah hamil entah dengan siapa.
"Apa ini karma untukku, Daren? Mengapa Bianca bisa hamil ditengah kejadian Silvia yang juga sedang hamil. Bodohnya aku tidak menyadari bila Bianca tengah berbadan dua," ucap James frustasi.
Pria itu memang membebaskan Bianca dalam pergaulan. Sebagai pengganti dari sang ayah, dia tidak ingin terlalu mengekang Bianca. Takut bila hal yang dilakukan akan membuat Bianca merasa terpenjara.
Tidak menyangka kebebasan itu menjadi bumerang bagi James. Sebagai Nona Muda keluarga Davis, seharusnya James menempatkan beberapa pengawal pribadi untuk Bianca. Keteledorannya itu membuat Bianca mengandung anak yang belum James ketahui.
"Ah... ha... us..." Bianca mengggumam lemah.
"Bi, kamu telah bangun?" James menyodorkan air putih yang dan membantu Bianca meminum air tersebut.
Setelah itu, Bianca kembali berbaring. Rasa pusing masih menghantamnya. Perempuan itu merasa sangat pusing, hingga dia memijat keningnya sendiri.
"Kamu masih pusing?" tanya James perlahan.
Bianca mengangguk, " Ya. Aku sebenarnya telah beberapa kali merasa pusing dan mual. Namun baru kali ini aku mengalami hal ini," jawab Bianca perlahan.
"Itu karena dirimu yang telah memforsir pekerjaan. Mulai besok, aku akan kembali bekerja, kamu dapat libur untuk sementara waktu," balas James memperhatikan raut wajah Bianca.
"Ya, aku rasa memang waktu istirahatku terlalu sedikit. Bagaimana pencarianmu? Apakah ada tanda-tanda dari Kak Silvia? Tidak mungkin dia pergi jauh tanpa jejak, Kak," kata Bianca yang pusingnya telah hilang.
"Itu tidak penting saat ini, Bi. Maafkan aku yang tidak dapat menjagamu dengan baik. Akan tetapi, aku mohon kamu dapat berkata jujur dalam menjawab pertanyaanku." Perkataan James membuat dahi Bianca berkerut.
Ada yang janggal dari sikap James semenjak dia terbangun. Bianca tidak dapat mendeskripsikan arti dari sikap dan raut wajah James yang terlihat sedih. Namun, Bianca memahami keadaan James saat ini.
Kehilangan wanita yang dicintai merupakan sebuah pukulan yang berat bagi James. Silvia masih belum dapat ditemukan keberadaannya. Hal itu, membuat Bianca harus turun langsung dan bekerja untuk menjaga kestabilan Perusahan Davis.
Bianca tidak keberatan dengan hal itu. Dia turut menginginkan agar James segera menemukan Silvia. Hanya saja, pikirannya tertuju pada Liam yang tidak pernah menghubunginya semenjak mereka melewatkan malam panas bersama. Bianca belum meminta pertanggung jawaban Liam karena telah merenggut mahkotanya.
"Bi, kamu mendengarku?" tanya James memandang adiknya.
"Ah, ya. Tentu saja, apa yang ingin kau tanyakan?" jawab Bianca sambil menunduk karena malah membayangkan otot sempurna milik Liam.
"Siapa Ayah dari janin yang ada dalam kandunganmu?" ucap James dengan perlahan.
"Apa maksud...?" Raut wajah Bianca seketika terheran.
Perempuan itu bersikap seolah tidak memahami pertanyaan James. Janin? Ayah? Kandungan? Bianca tidak dapat berpikir dengan cepat. Dia terus terpaku dengan ucapan James.
"Ya, Bianca. Kamu tengah hamil. Aku ingin tahu siapa Ayah dari anakmu. Katakan padaku, siapa yang telah melakukannya padamu!" kata James dengan penuh ketegasan.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca ❤️