NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: CEO yang Galak

Keesokan paginya, suasana di kantor sudah kembali seperti biasa, dengan hiruk-pikuk aktivitas para karyawan yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Di lantai tertinggi gedung, ruang kerja Lieka Fahrom kembali dipenuhi dengan tumpukan dokumen dan jadwal rapat yang padat. Namun, di balik segala kesibukan itu, bayangan Tanier masih menghantui pikirannya. Apakah perasaannya hanya sekadar profesionalisme, atau lebih dari itu?

Lieka menggelengkan kepala, mencoba menepis pikiran itu. “Fokus, Lieka,” gumamnya pada diri sendiri. Dia tidak boleh terganggu oleh hal-hal semacam ini. Dia adalah seorang CEO, dan tidak ada ruang untuk kebingungan perasaan dalam dunia bisnis yang keras ini.

Pukul 9 pagi, rapat penting dengan para manajer dimulai. Lieka, dengan penampilannya yang selalu rapi dan profesional, memasuki ruang rapat dengan aura yang tegas dan berwibawa. Semua mata tertuju padanya, beberapa karyawan terlihat tegang, mengantisipasi setiap kata yang akan keluar dari mulut wanita yang dikenal galak dan tanpa kompromi ini.

“Baiklah, kita mulai,” kata Lieka dengan nada datar namun memerintah. “Saya tidak ingin membuang waktu lebih banyak, jadi langsung saja ke inti permasalahan.”

Manajer pemasaran berdiri dan mulai mempresentasikan hasil kampanye terbaru. Namun, hanya beberapa menit masuk ke presentasinya, wajah Lieka mulai mengeras. Tanpa ragu, dia mengangkat tangan, menghentikan presentasi di tengah jalan.

“Stop!” kata Lieka dengan nada tajam. Suara gesekan kertas terhenti, dan seluruh ruangan terdiam. “Apa ini? Angka yang kalian tunjukkan tidak sesuai dengan proyeksi yang kita buat. Apa yang sebenarnya terjadi?”

Manajer itu terlihat cemas, tangannya gemetar saat mencoba mencari jawaban. “Kami... kami mengalami beberapa kendala, Bu Lieka. Anggaran yang dialokasikan...”

Lieka menatapnya dengan tajam, memotong penjelasannya. “Saya tidak mau mendengar alasan! Jika kalian tidak bisa memenuhi target yang sudah kita sepakati, maka saya akan cari orang lain yang bisa. Ini bukan permainan, ini bisnis. Kalian semua dibayar mahal untuk memastikan hal-hal seperti ini tidak terjadi.”

Suasana dalam ruangan menjadi semakin tegang. Para manajer saling bertukar pandang, mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang semakin memanas. Sementara itu, Tanier yang duduk di salah satu sudut ruangan, diam-diam memperhatikan. Dia tahu Lieka bisa galak, tapi baru kali ini dia melihatnya dalam kondisi seperti ini—begitu tajam, begitu tak kenal ampun.

Setelah mengakhiri rapat dengan teguran keras, Lieka meninggalkan ruangan dengan langkah cepat. Dia menuju ruang kerjanya tanpa bicara pada siapa pun. Para karyawan di sekitarnya hanya bisa menunduk, tidak berani menatap langsung ke arah bos mereka yang sedang marah.

Di dalam ruang kerjanya, Lieka menutup pintu dengan kasar dan duduk di kursinya. Amarahnya masih membara. Perusahaan ini adalah hidupnya. Dia telah bekerja keras untuk membangunnya dari nol, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun merusaknya.

Namun, di tengah kemarahannya, bayangan Tanier kembali muncul dalam pikirannya. Kenapa pemuda itu begitu sulit untuk diabaikan? Dalam banyak hal, Tanier adalah kebalikan dari dirinya. Sementara dia tegas dan galak, Tanier justru sabar dan humoris. Mungkin itulah yang membuatnya tertarik, meskipun dia enggan mengakuinya.

Lieka menghela napas panjang. Dia tidak bisa membiarkan emosinya mengacaukan profesionalismenya. Tapi, semakin dia mencoba menjauhkan Tanier dari pikirannya, semakin kuat perasaan itu muncul.

***

Sementara itu, di ruang kerja tim, Tanier berbincang dengan Fadil dan beberapa rekan lainnya. Meskipun mereka bekerja keras, suasana di ruangan mereka jauh lebih santai dibandingkan dengan ruangan Lieka.

“Gila, tadi Bu Lieka ngamuk ya?” ujar Fadil sambil menatap Tanier. “Lo liat nggak? Mukanya bener-bener serem.”

Tanier hanya mengangguk pelan. “Iya, gue liat. Tapi gue bisa ngerti kenapa dia marah. Angka-angka itu memang nggak sesuai target.”

Fadil tertawa kecil. “Iya, tapi tetap aja, galaknya luar biasa, bro. Gue nggak kebayang gimana kalo gue yang jadi manajer itu.”

Tanier tersenyum tipis. Dia tahu Fadil benar, tapi ada sisi lain dari Lieka yang dia lihat. Di balik galaknya, ada seseorang yang sangat peduli pada perusahaannya, yang rela mengorbankan banyak hal untuk kesuksesan mereka. Dan entah bagaimana, Tanier merasa terdorong untuk mendekati Lieka, bukan hanya sebagai atasan, tapi juga sebagai seseorang yang ingin dia bantu dan dukung.

“Gue rasa Bu Lieka nggak sepenuhnya galak, bro,” kata Tanier tiba-tiba, membuat Fadil dan rekan-rekan lainnya menatapnya dengan bingung.

“Maksud lo?”

“Dia keras karena dia peduli. Gue rasa ada banyak tekanan di posisi dia, dan itu yang bikin dia kelihatan galak.”

Fadil terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Mungkin lo bener. Tapi tetep aja, gue nggak mau berada di posisi manajer tadi.”

Tanier tertawa kecil, namun di dalam hatinya, dia semakin yakin bahwa ada sesuatu di balik sikap keras Lieka. Dia tahu bahwa perasaan itu mulai tumbuh, meskipun dia belum siap untuk mengakuinya.

***

Hari itu berakhir dengan Lieka yang masih terjebak dalam pikirannya. Dia tahu bahwa banyak yang menggantungkan harapan mereka pada dirinya. Dan sebagai CEO, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Namun, di balik topeng kekuatan itu, dia merasakan sesuatu yang mulai berubah—sesuatu yang membuatnya mempertanyakan keputusannya, terutama soal Tanier.

Ketika malam tiba, Lieka menatap ke luar jendela kantornya, merenungi semua hal yang telah terjadi hari itu. Dia merasakan kelelahan mental yang mendalam, tetapi di antara kebingungannya, satu hal tetap jelas: Tanier.

Ada sesuatu tentang pemuda itu yang terus menggugah hatinya, sesuatu yang mungkin bisa mengubah cara pandangnya terhadap cinta dan kehidupan. Namun, di balik itu semua, dia juga tahu bahwa mendekati Tanier berarti menghadapi berbagai tantangan—termasuk mantan suaminya yang masih mencoba masuk kembali dalam hidupnya, serta mantan pacar Tanier yang juga mengintai di bayang-bayang.

Lieka menghela napas panjang, menutup matanya sejenak. Mungkin, hanya waktu yang bisa memberi jawaban.

Keesokan harinya, Lieka tiba lebih awal dari biasanya. Dia ingin memastikan semuanya siap sebelum rapat penting dengan investor. Di dalam hati, dia bertekad untuk memfokuskan pikirannya pada pekerjaan dan meninggalkan segala kerumitan emosi yang mengganggu.

Setelah beberapa jam bekerja, pintu ruang kerjanya diketuk. Tanier masuk dengan senyum lebar di wajahnya, membawa secangkir kopi panas dan sepotong kue.

“Pagi, Bu Lieka! Saya bawa kopi dan kue kesukaan Anda. Mungkin ini bisa membantu mengusir stres sebelum rapat,” ujarnya sambil meletakkan kedua benda itu di meja kerja Lieka.

Lieka menatap Tanier, terkejut dan sedikit tersentuh dengan perhatian yang diberikan pemuda itu. “Terima kasih, Tanier. Tapi saya tidak punya waktu untuk makan, kita harus segera bersiap untuk rapat.”

“Justru itu, Bu. Anda perlu istirahat. Jangan biarkan diri Anda terlalu tegang. Semua ini penting, tapi kesehatan Anda juga sama pentingnya,” jawab Tanier sambil memaksa Lieka untuk duduk.

Lieka merasa sedikit tertegun oleh ketegasan Tanier. Dia mengamati wajahnya, ada kehangatan di balik tatapan penuh perhatian itu. “Kamu tahu, kamu seharusnya tidak memanggilku ‘Bu’ terus-menerus. Panggil saja saya Lieka. Kita bekerja bersama, kan?”

Tanier tersenyum, meskipun dia merasa tidak biasa. “Baiklah, Lieka. Tapi tetap saja, Anda harus makan.”

Mendengar kata “harus,” Lieka merasa tergerak. Mungkin Tanier benar. Di tengah tekanan dan tuntutan yang terus membebani, sedikit perhatian dari seseorang yang peduli bisa membuat perbedaan.

Dia akhirnya mengambil kue yang disajikan Tanier, mengigitnya perlahan. Rasa manisnya mengalir ke mulutnya, memberikan sedikit kelegaan. “Ini enak, terima kasih. Kamu sangat perhatian,” ucap Lieka, merasakan kehangatan di dadanya.

Tanier mengangguk. “Saya hanya melakukan apa yang bisa saya lakukan. Anda tahu, kadang-kadang orang yang ada di posisi seperti Anda butuh sedikit dukungan. Terutama dengan semua tekanan yang harus Anda hadapi.”

Lieka menghela napas. “Ya, tekanan di posisi ini kadang bisa sangat melelahkan. Tetapi saya tidak punya pilihan. Saya harus menjalankan perusahaan ini dengan baik, dan tidak ada ruang untuk kesalahan.”

“Tenang saja, kita semua ada di sini untuk membantu Anda,” Tanier berusaha memberi semangat. “Saya yakin kita akan berhasil.”

Ketika Lieka mengangkat tatapan matanya, dia melihat kepercayaan diri yang terpancar dari wajah Tanier. Ada sesuatu tentang pemuda ini yang membuatnya merasa lebih baik, meskipun dia tidak bisa sepenuhnya mengabaikan perasaan campur aduk yang muncul dalam hatinya.

***

Rapat dengan investor dimulai dan Lieka memimpin dengan percaya diri. Dia menyampaikan semua informasi yang diperlukan, menampilkan kekuatan perusahaannya dan rencana ke depan dengan jelas. Tanier berada di sampingnya, siap memberikan dukungan jika diperlukan. Di tengah rapat, satu pertanyaan muncul dari investor tentang pengelolaan perusahaan yang sedang dalam proses restrukturisasi.

“Bagaimana Anda menghadapi tantangan ini, mengingat mantan suami Anda masih terlibat dalam perusahaan?” tanya salah satu investor.

Lieka merasakan darahnya mendidih. Dia tahu pertanyaan itu akan datang. Dia sudah mempersiapkan jawabannya. “Kami telah membuat keputusan yang tegas untuk memisahkan diri dari pengaruh pribadi. Dalam bisnis, emosi tidak boleh menguasai. Saya hanya ingin memastikan perusahaan ini maju ke depan, terlepas dari siapa pun yang terlibat di dalamnya.”

Jawabannya membuat beberapa investor angkat bicara, tetapi Lieka tidak membiarkan diri terganggu. Dia melanjutkan presentasinya, menyoroti pencapaian perusahaan dan potensi untuk masa depan.

Tanier memperhatikan Lieka dengan penuh rasa hormat. Dia tahu betapa sulitnya bagi Lieka untuk tetap tenang dan fokus dalam situasi seperti ini. Dan dia merasa bangga bisa berada di sisinya.

***

Setelah rapat, Lieka merasa lega, meskipun lelah. Dia menghabiskan waktu menjawab email dan mengorganisir dokumen. Ketika Tanier memasuki ruang kerjanya, dia melihat Lieka sudah lelah, tetapi di wajahnya ada senyuman puas.

“Kita berhasil,” kata Lieka dengan lelah tetapi penuh semangat.

Tanier tersenyum, merasa bangga dengan pencapaian mereka. “Saya tahu Anda bisa melakukannya. Anda luar biasa, Lieka.”

Lieka merasa hangat di dalam hati. Dia tidak bisa menyangkal perasaan yang tumbuh di antara mereka. Namun, saat dia berusaha menyimpan perasaannya, suara ketukan di pintu mengalihkan perhatian mereka.

Pintu terbuka dan masuklah Sundari, mantan pacar Tanier. Dengan gaun yang ketat dan makeup glamor, dia masuk dengan senyuman yang tidak tulus. “Hei, Tanier! Aku sedang mencari kamu. Apa kamu sibuk?”

Lieka merasakan ketegangan meningkat. Sundari memiliki aura yang menonjolkan kepercayaan diri dan sensualitas. Dalam sekejap, suasana di ruang kerja berubah.

“Sundari, ini Lieka, CEO perusahaan,” Tanier memperkenalkan dengan hati-hati.

Sundari berbalik dengan senyuman mengejek. “Ah, tentu. Sang CEO galak. Senang sekali bisa bertemu denganmu. Tanier sering berbicara tentang kamu.”

Lieka tidak menyukai nada dalam suara Sundari. “Terima kasih,” jawab Lieka dengan nada dingin, berusaha menjaga profesionalisme.

“Bisakah kita bicara sebentar, Tanier? Ada beberapa hal yang perlu aku diskusikan,” kata Sundari, dengan mata yang penuh tantangan.

Tanier melihat Lieka sejenak, kemudian mengangguk. “Tentu, saya akan keluar sebentar.” Dia keluar mengikuti Sundari, meninggalkan Lieka sendirian di ruang kerjanya.

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!