NovelToon NovelToon
Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo

Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Horror Thriller-Horror
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hansen Jonathan Simanjuntak

Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Suara-Suara yang Tak Terlihat

Pagi itu, Lila nggak bisa tenang. Semalaman dia kepikiran soal telepon aneh tadi malam. Siapa yang nelepon? Maksud mereka apa dengan 'kita sudah menunggumu'? Kepalanya penuh tanda tanya.

Lila bangkit dari tempat tidur, tapi masih linglung. "Apa gue mimpi semalem?" gumamnya, setengah berharap semua kejadian itu cuma imajinasinya yang kelelahan.

Setelah mencuci muka dan ngopi seadanya, Lila berusaha meyakinkan dirinya kalau hari ini bakal biasa aja. "Gue harus balik fokus. Jangan mikirin hal-hal aneh dulu," katanya dalam hati sambil memandang cermin. Tapi jauh di dalam, dia tahu itu nggak bakal semudah itu.

Di luar, jalanan sudah mulai ramai. Suara klakson dan hiruk-pikuk kota bikin Lila merasa sedikit normal lagi. Dia menyusuri trotoar menuju kantor, tapi bayangan telepon semalam terus mengintainya.

...****************...

Di kantor, suasana sama aja kayak biasanya. Rina udah nongkrong di depan meja Lila, seperti biasa dengan ekspresi penuh gosip.

"Lil, lo tau nggak sih, kemarin gue denger ada kecelakaan di gedung yang lo liput!" seru Rina tiba-tiba.

"Hah? Kecelakaan?" Lila terdiam. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang.

"Iya! Katanya ada salah satu pekerja jatoh dari lantai dua. Lo tahu nggak? Tempat itu kayaknya beneran angker, deh!" Rina ngedumel sambil menggoyang-goyangkan tangannya, berusaha menakuti Lila.

Lila menelan ludah. Dia teringat bayangan hitam yang dia lihat di jendela lantai dua kemarin. "Sial, jangan-jangan gue beneran ngeliat sesuatu," batinnya.

"Tapi yaudahlah ya, nggak usah lo pikirin banget," lanjut Rina sambil duduk di meja sebelah. "Lo kan paling nggak suka hal-hal kayak gini."

Lila menghela napas. "Iya sih... tapi tetep aja, Rin. Gedung itu emang bikin gue ngerasa nggak nyaman," jawabnya jujur.

Rina menatapnya dengan tatapan heran. "Maksud lo gimana?"

"Nggak tau. Waktu gue di sana, rasanya... kayak ada yang ngawasin gue. Gue bahkan sempet liat bayangan di jendela," Lila menjelaskan sambil mengernyit, mencoba mengingat perasaannya saat itu.

"Hii... serem banget!" Rina langsung merinding. "Seriusan lo? Lo ngeliat apa?"

"Nggak jelas. Cuma bayangan hitam. Tapi waktu gue liat lagi, udah nggak ada," Lila menjawab dengan nada serius.

"Lo harus hati-hati, Lil. Jangan-jangan lo ngeliat hantu pekerja yang dulu mati di situ," kata Rina setengah bercanda, tapi sorot matanya menunjukkan kalau dia juga merasa nggak nyaman.

Lila tertawa kecil, meski di dalam hatinya nggak selega itu. "Iya, lo bener. Mungkin gue cuma kecapekan."

...****************...

Siang itu, Lila mendapat panggilan dari bosnya, Pak Anton. Dengan langkah pelan, dia menuju ruangannya, sambil berharap itu bukan tentang sesuatu yang buruk.

"Lila, gue ada liputan tambahan buat lo," Pak Anton langsung buka suara begitu Lila masuk. "Ini tentang seorang paranormal terkenal yang katanya bisa nyelesaikan kasus-kasus gaib. Gue pikir lo yang paling cocok buat ngeliput ini."

Lila diam sejenak. "Paranormal?" tanya Lila, memastikan dia nggak salah dengar.

"Iya. Orang ini udah sering bantuin orang-orang di kota ini yang merasa diganggu sama makhluk gaib atau yang kehilangan jejak anggota keluarga. Gue pikir ini bisa jadi artikel yang menarik," jelas Pak Anton sambil menyerahkan selembar kertas dengan informasi detailnya.

Lila merasa aneh. Seolah alam semesta ngasih sinyal ke dia. Telepon aneh, bayangan hitam di gedung tua, dan sekarang, liputan tentang paranormal?

"Gue kayak ditarik ke hal-hal aneh terus," pikir Lila sambil menatap kertas itu.

"Lo gimana? Mau nggak?" Pak Anton bertanya lagi, memandang Lila dengan sorot penuh harap.

Lila akhirnya mengangguk. "Yaudah deh, Pak. Gue ambil," jawabnya. Bagian dari dirinya penasaran, meski bagian lain sedikit takut.

...****************...

Sore harinya, Lila dan Rina pergi ke lokasi liputan: rumah besar di pinggiran kota yang katanya tempat si paranormal itu tinggal dan praktek. Dari luar, rumahnya terlihat biasa aja, tapi begitu mereka melangkah masuk, atmosfernya langsung beda. Udara terasa lebih dingin, dan suasananya kayak nggak dari dunia ini.

"Lil, lo ngerasa nggak sih? Kok gue jadi merinding gini ya?" Rina berbisik, memeluk dirinya sendiri.

"Iya, gue juga ngerasa," jawab Lila pelan, sambil mengamati sekeliling. Dia berusaha tetep tenang, meski hatinya bilang tempat ini nggak wajar.

Mereka disambut oleh asisten paranormal, seorang pria tua dengan wajah datar. "Silakan, masuk," katanya dengan suara serak, membukakan pintu lebih lebar.

Di dalam, suasana lebih suram lagi. Ada banyak benda-benda aneh seperti patung-patung kecil, lilin, dan botol-botol kaca berisi cairan misterius. Lila berusaha nggak terlalu fokus pada hal-hal aneh itu.

Tak lama kemudian, mereka bertemu dengan paranormalnya. Seorang wanita berumur sekitar 50-an dengan wajah tenang tapi tajam. Dia duduk di sebuah kursi besar, seolah menunggu kedatangan mereka.

"Selamat datang," sapa wanita itu dengan suara pelan tapi jelas.

Lila dan Rina duduk di hadapannya. Lila merasa jantungnya mulai berdegup lebih kencang. "Terima kasih udah mau ditemuin, Bu," kata Lila sambil berusaha tersenyum.

"Jadi, kalian ingin tahu tentang pekerjaan saya sebagai paranormal?" wanita itu langsung bertanya, sorot matanya tajam seolah bisa melihat ke dalam diri Lila.

Lila mengangguk. "Iya, saya jurnalis, dan kami tertarik buat nulis tentang aktivitas paranormal di kota ini," jawabnya.

Wanita itu memandang Lila dengan lebih tajam lagi, seolah menilai sesuatu yang lebih dari sekadar niat liputan. "Kamu... punya sesuatu yang spesial, ya?" tanyanya tiba-tiba.

Lila terdiam. Dia nggak tahu harus jawab apa. "Maksud ibu...?"

"Kamu bisa melihat mereka, bukan? Makhluk dari dunia lain," kata si paranormal tanpa ragu, seolah hal itu sudah jelas.

Rina langsung kaget. "Hah? Apa maksudnya, Lil?"

Lila nggak langsung menjawab. Suasana di ruangan itu tiba-tiba terasa berat. Dia bisa merasakan tatapan wanita itu yang seolah tahu segalanya tentang dia. "Gue nggak bisa bohong," pikir Lila. Akhirnya, dia menghela napas panjang.

"Iya... kadang-kadang gue bisa lihat hal-hal yang orang lain nggak bisa lihat," jawab Lila pelan.

Rina membelalak, nggak percaya dengan apa yang baru didengarnya. "Serius, Lil? Kok lo nggak pernah cerita?"

Lila tersenyum tipis. "Gue pikir itu nggak penting, Rin. Lagian, gue juga nggak mau orang-orang ngira gue aneh."

Si paranormal mengangguk pelan. "Kamu belum sepenuhnya menerima siapa dirimu, Lila. Tapi waktunya sudah tiba. Mereka akan terus datang kepadamu."

Lila terdiam. Kata-kata wanita itu seolah menjadi pertanda. Dia tahu apa yang akan datang... sesuatu yang besar, sesuatu yang nggak bisa dia hindari lagi.

...****************...

Dalam perjalanan pulang, Rina masih syok dengan pengakuan Lila. "Gue nggak nyangka, Lil. Lo beneran bisa liat hantu?"

"Kadang," jawab Lila singkat. "Tapi gue nggak bisa ngontrol kapan atau gimana."

"Terus lo nggak takut?"

Lila tertawa kecil, tapi ada sedikit ketegangan di balik tawanya. "Ya takutlah, Rin. Gue cuma nggak mau mikirin terus. Kalo gue takut terus, hidup gue bakal kacau."

Rina mengangguk pelan, masih berusaha mencerna semua informasi yang baru dia terima. "Lo kuat juga, Lil."

Lila tersenyum, tapi dalam hatinya, dia bertanya-tanya... seberapa lama lagi dia bisa bertahan tanpa benar-benar menghadapi semua ini?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

besok di lanjut yah guys Author mau tidur dulu

🥱🥱

bye bye guys

1
Doristeri
I love the Story 😍❤️
SEPI RAMADHANI (SEPAY)🇮🇩
lanjut kak
Tina Febbryanti
lila sudah bisa mengendalikan ketakutannya...bagus lila
Tina Febbryanti
lila belum paham kalau dia istimewa,pasti lila punya kodam itu...
Tina Febbryanti
masih menyimak dan meresapi....ada maksa apa di cerita ini ...
Tina Febbryanti
baru mampir....😊
Hansen Nathan
Jangan lupa komen yahhh guys
Kelly Andrade
Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
not
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
Aishi OwO
Gila, endingnya bikin terharu.
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!