Seorang wanita karir dikhianati oleh sang suami, namun demi putrinya dia memendam semuanya sendirian.
Pernikahan yang hambar, kekecewaan yang teramat besar pada sang suami mengakibatkan Maura frustasi hingga tak sengaja melakukan one night stand bersama laki-laki yang lebih muda darinya.
Disaat Maura akhirnya sudah berpisah dengan sang suami, percikan api cinta kembali muncul kepada pria selain suaminya. Namun saat itu ia mengetahui, jika putrinya juga mencintai pria yang sama.
Haruskah Maura mengalah sekali lagi, demi sang putri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Haruskah Tetap Bertahan.
Setelah mendapatkan telepon dari istri keduanya, Raka pergi dari perusahaan tempatnya bekerja dengan tergesa-gesa. Ia memang bukan pemilik perusahaan, namun jabatannya memang tinggi di perusahaan hingga dia bisa hidup mewah dengan dua istri dan dua anak.
Raka mengendari mobil dengan cepat, 10 menit jarak yang ditempuh dari perusahaan nya bekerja ke tempat tinggalnya bersama Zara.
Raka masuk ke dalam rumah dengan jantung bertalu-talu, ia takut Maura menyakiti Zara. Ia tak menduga, akhirnya Maura mengetahui pernikahan keduanya padahal ia cukup apik menutupi nya.
Saat langkahnya mulai mendekat ke arah ruang tamu, ia mendengar suara Maura yang meninggi.
“DIAM!!! Tutup mulut mu itu! Kau hanyalah seorang jal4ngg yang menginginkan suami wanita lain sejak awal! Jika kau wanita baik-baik, seburuk apapun hubungan kami... kau tidak akan menyelusup di tengah-tengah kami seperti seorang pencuri!“ Maura sudah berdiri, wajahnya merah padam.
“MAURAAA...!!!“
Raka gegas melangkah lebar, ia tidak terima Maura membentak-bentak Zara.
“Jangan menghina Zara, karena dia lebih baik dari kamu!“ Raka mence kaal lengan Maura dengan kuat, sampai bibir Maura meringis kesakitan.
Itu adalah kekera-san pertama kalinya Raka pada Maura, sejak berpacaran hingga menikah Raka tak pernah sekalipun menyakiti tubuh Maura.
Namun lihat lah sekarang, hanya demi istri keduanya yang begitu Raka cintai laki-laki itu tega menyakiti Maura yang sudah lama bersama dirinya.
“Kamu berani menyakiti ku, Mas?“ Maura begitu terluka, ia benar-benar sedang berada di titik terendah.
Raka baru tersadar dengan tindakan impulsif nya, ia melepaskan cekalan nya. Ada bekas merah di lengan Maura, pria itu merasa bersalah.
“Sayang, maaf.“ Raka mencoba meraih jemari Maura, namun wanita itu gegas menepisnya.
“JANGAN PERNAH SENTUH AKU LAGI, Mas!“ Maura menjauhkan dirinya.
“Sayang, jangan begini. Aku tau aku salah dengan menikah diam-diam tanpa sepengetahuan mu, tapi Mas sangat mencintai Zara. Mas juga masih sangat mencintai mu, jadi__“
“STOP! Jangan bicara lagi! Semua kata-kata dari mulutmu itu terdengar sangat menjij1k-kan! Kau bilang masih mencintai ku tapi kau juga mencintai gun-d1k mu ini! Dasar bajingaan brengseek! Kau ingin memiliki kami berdua? Ahhhh... tidak! Sebenarnya kau sudah tidak mencintai ku lagi, bukan? Aku dengar, kau sudah tak ada rasa lagi padaku sebelum kalian berdua bertemu. Benar begitu, Zara?“
Zara gelagapan, dia bungkam karena ia memang berbohong. Meskipun ia dinikahi Raka, suaminya itu mengatakan masih mencintai Maura sampai saat ini.
“Apa yang Mbak bicarakan, saya nggak mengerti.“ Elak Zara.
Maura menyeringai sinis, ternyata Zara adalah perempuan manipulatif juga. Tapi biarlah, ia tidak ingin membongkar kebusukan Zara di depan Raka karena ia memang berniat berpisah dari Raka. Biarkan laki-laki itu bersama perempuan busuk seperti Zara.
“Tunggu lah gugatan cerai dariku!“ Maura menatap tajam pada Raka, ia pun mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari rumah itu, namun ia teringat niatnya datang menemui Zara. “Ah! Aku datang kesini sebenarnya ingin meminta sesuatu darimu Zara, tapi karena sekarang aku sudah tau sifat asli mu seperti apa... aku akan memperingati mu saja!“
Ekspresi wajah Maura begitu dingin, telunjuknya mengarah tepat pada wajah Zara. “Kau! Jangan pernah muncul di hadapan putriku dan mengatakan kau adalah istri kedua Papanya. Jika kau tidak menuruti peringatan ku, saat itu juga aku akan menghancurkan mu...!“
Raka bahkan masih mematung karena syok mendengar Maura akan menggugat cerai dirinya, ia tak membela Zara. Maura adalah istri yang baik, meksipun Maura seorang wanita karir. Hanya saja selama beberapa waktu Maura seperti berubah, itu lah yang membuat Raka mulai berpaling pada Zara.
Saat Raka tersadar, sosok istri pertamanya sudah pergi.
“Maura! Tidak! Aku nggak mau bercerai dengan mu!“ Raka membalikkan tubuh ingin mengejar Maura, namun Zara menahan suaminya.
“Mas, tengok dulu putra kita. Tubuhnya tadi sedikit anget, kayaknya dia demam. Aku belum pengalaman jadi orang tua, jadi temani aku merawat putra kita. Ya?“
Raka dilema, dia ingin segera mengejar Maura namun putranya pun sangat berharga baginya. Akhirnya Raka memutuskan untuk mengurus putranya lebih dulu baru menemui Maura.
.
.
Maura pulang ke rumah, hari itu ia sengaja mengambil cuti. Saat sudah masuk ke dalam rumah, terdengar suara deru mesin kendaraan diluar gerbang.
Maura mengintip dari jendela, ia kira itu suaminya menyusul namun bibirnya tersenyum miris karena itu bukan Raka, ternyata suaminya itu bahkan tak memperdulikan nya lagi.
Putrinya turun dari sebuah motor sport, membuka helmet dan memberikan pada si pengendara. Sementara laki-laki itu tidak membuka helm nya dan Maura tidak bisa mengenali wajah si pengendara motor.
Deva, putri dari Maura terlihat melambaikan tangan ke arah si pengendara motor, sebelum motor itu melaju pergi.
Maura menunggu di ruang tengah, saat melihat putrinya ia mendekat.
“Sayang, bagaimana kuliah mu hari ini?“ tanya Maura lembut.
“Tak ada masalah, tadi aku kumpul dulu sama temen-temen di rumah Prita karena Papa nya ulang tahun. Seru sih Mah mereka itu... keluarga yang harmonis. Orang tua Prita mesra banget, sayangnya Mama sama Papa jarang terlihat mesra akhir-akhir ini. Apalagi setelah Papa kecelakaan waktu itu dan Mama baru pulang seminggu kemudian ke rumah. Deva rasa, sikap Papa berubah sama Mama. Kalian, fine kan Mah?“
Maura tersenyum menutupi lukanya, inilah yang ia takutkan jia berpisah dengan Raka. Putrinya yang akan menderita dengan perpisahan mereka, ia tak ingin mengecewakan sang putri.
Sebenarnya Maura sudah curiga sejak lama dengan tingkah suaminya, apalagi Raka jarang pulang ke rumah dengan alasan ada proyek di luar kota dari perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Maura percaya sepenuhnya, namun lambat laun sikap Raka semakin berubah. Pernah dalam tidurnya Raka memanggil nama Zara dan Ammar, hati istri mana yang tidak hancur saat suaminya mengigau nama wanita lain.
“Enggak dong sayang, Mama sama Papa fine-fine aja tuh. Kamu juga nggak pernah liat kami bertengkar, kan?“
Deva tersenyum senang, gadis itu memeluk sang Mama. “Deva sayang kalian berdua, meskipun Mama dan Papa jarang ada di rumah... tapi Deva bisa merasakan kasih sayang kalian berdua sama Deva. Mama sering telepon tiap waktu menanyakan keadaan aku, makanku dan semua aktivitas Deva. Terimakasih sudah menjadi ibu terbaik untuk Deva ya, Mah.“
Maura mengelus kepala putrinya. Haruskah Mama tetap bertahan dengan Papamu demi kamu?
d tunggu karya selanjutnya💜